Find Us On Social Media :

Picu Kematian Ribuan Burung Pipit di Bali dan Sempat Porak-porandakan Depok, Cuaca Ekstrem 'Siap' Hantam Jakarta 26-27 September, BPBD Langsung Minta Warga Lakukan Ini

By Tatik Ariyani, Minggu, 26 September 2021 | 13:21 WIB

Ribuan burung pipit jatuh berhamburan ke tanah - Pohon tumbang di pertigaan Simpang Tugu Jam antara Jalan Margonda Raya, Jalan Kartini, dan Jalan Siliwangi

Intisari-Online.comCuaca ekstrem telah memicu kematian ribuan burung pipit di Bali dan membuat Depok porak-poranda.

Beberapa waktu lalu, ribuan burung pipit mati mendadak di Bali dan Cirebon.

Fenomena burung pipit berjatuhan dan mendadak mati terjadi di Kuburan Banjar Sema, Desa Pring, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali.

Penelitian Bala Besar Veteriner (BBVet) menduga bahwa ribuan burung pipit mendadak mati karena kekurangan oksigen saat terbang akibat hujan lebat di daerah itu. Burung-burung itu tidak kuat melawan asam hujan.

Baca Juga: Pantas Saja Ribuan Burung Pipit di Bali Berjatuhan dan Mati, Ini Rupanya yang Diduga Jadi Penyebabnya, Perilaku Warga pun Harus Diubah

"Kayak kita berenang terlalu banyak air, kita kan jadi sulit bernapas karena kekurangan O2. Karena hujan lebat dia kan, terguyur air banyak sekali. Di samping itu juga kemungkinan juga bisa matinya karena habis makan-makanan yang beracun," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar, Made Santiarka yang merilis hasil riset BBVet, kepada Kompas.com, Jumat (17/9/2021).

Santiarka memastikan bahwa kematian ribuan burung itu bukan karena infeksius akibat mikroorganisme.

Peristiwa serupa terjadi di Cirebon di mana sedikitnya 500 burung pipit pingsan dan mati di lingkungan Kantor Pemerintah Kota Cirebon, Selasa (14/9/2021).

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat Ammy Nurwati mengatakan, kematian burung pipit itu karena perubahan cuaca yang cukup ekstrem.

Baca Juga: Berjibaku Menyelamatkan Nyawa Saat Ditenggelamkan Banjir, Beginilah Kisah Mencekam Banjir di Stasiun Bawah Tanah China, 'Aku Tak Bisa Bernapas'