Pantas Sampai Diragukan Banyak Pakar, Faktanya Status Endemi Covid-19 Masih Jadi Mimpi di Siang Bolong, Lihat Saja Syarat dan Fakta di Lapangannya Ini, Bak Langit dan Bumi!

Tatik Ariyani

Penulis

Ilustrasi vaksin Covid-19.

Intisari-Online.com -Dalam beberapa pekan terakhir, Pemerintah Indonesia tampaknya telah mengalihkan fokusnya pada pertempuran melawan Covid-19, dan sedang menjajaki gagasan untuk beralih dari memperlakukannya sebagai pandemi menjadi endemik.

Menurut KBBI, endemik adalah berkenaan dengan penyakit yang muncul dalam wilayah tertentu. Sementara dikutip dari laman Very Well Health, endemik adalah penyakit yang selalu ada di populasi atau wilayah tertentu.

Negara tetangga Singapura telah mulai melakukannya, dan Malaysia juga mengatakan akan melakukannya pada akhir Oktober.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pada 23 Agustus bahwa pemerintah sedang merumuskan protokol untuk "berdampingan dengan Covid-19" dan ini termasuk mempercepat vaksinasi serta meningkatkan tingkat pelacakan dan pengujian.

Baca Juga: Pakar Sampai Mencecar, Asia Tenggara dan Indo-Pasifik Lumpuh Akibat Covid-19 dan Australia Malah Ongkang-ongkang Saat Bisa Membantu Indonesia Cepat Pulih dari Covid-19

Indonesia telah berjuang untuk mencapai tujuan kekebalan kelompok melalui vaksinasi.

Upaya tersebut terhambat oleh gelombang infeksi baru sejak Juni, yang terutama disebabkan oleh varian Delta.

Tetapi situasinya agak mereda, dengan jumlah kasus turun di bawah 10.000 dan kematian turun menjadi di bawah 1.000.

Sejauh vaksinasi berjalan, 31 persen dari 208 juta populasi yang memenuhi syarat telah menerima dosis pertama mereka, sementara hampir 18 persen divaksin sepenuhnya - masih jauh di bawah target pemerintah 70 persen untuk mencapai kekebalan kelompok.

Baca Juga: Baru April Lalu Jadi Pusat Sebaran Covid-19, India Sukses Torehkan Pertumbuhan Ekonomi Tercepat yang Bisa Amankan Negara Tersebut, Bisakah Indonesia Menconteknya?

Pemerintah sebagian besar telah menganggap vaksinasi sebagai peluru perak untuk mengakhiri pandemi.

Sejauh ini, pandemi telah membuat sistem perawatan kesehatan Indonesia terpuruk danribuan bisnisserta mata pencaharian babak belur.

MeskipunIndonesia meningkatkan upaya vaksinasinya, pasokan vaksin global yang terbatas - terhadap kebutuhan setidaknya 416 juta dosis - berarti bahwa mencapai kekebalan kelompok mungkin membutuhkan waktu lebih lama dari targetnya, yaitu pada akhir tahun ini.

Pakar kesehatan mengatakan Indonesia masih memiliki jalan panjang untuk mengatasi penyakit tersebut.

Dr Hermawan Saputra dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia mengatakan kepada The Straits Times bahwa pasokan vaksin masih terbatas dan tidak dapat menjangkau daerah-daerah terpencil di luar pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

“Bahkan dengan upaya terbaik, Indonesia baru bisa mencapai herd immunity(kekebalan kelompok) pada 2022 hingga 2023,” ujarnya seperti melansirThe Straits Times, Jumat (3/9/2021).

Indonesia harus siap ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kembali Covid-19 sebagai penyakit endemik, kata Dr Hermawan.

Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan menerapkan program berbasis komunitas untuk mengendalikan penyebaran virus, katanya.

Baca Juga: 'Mereka Akan Melakukan Penyiksaan,' Kisah Cinta Tentara Afghanistan dan Perawat AS Ini Sekarang Terpisah oleh Taliban

“Untuk mencegah pandemi yang berkepanjangan di Indonesia, kita perlu mendorong lebih banyak inisiatif berbasis masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama,” katanya.

“Jadi kalau ada masyarakat yang jatuh sakit, masyarakat bisa menghubungkannya dengan fasilitas kesehatan dan dalam kasus yang lebih ringan, masyarakat diberikan dukungan, mulai dari logistik hingga kesehatan mental,” tambahnya.

Dr Masdalina Pane dari Ikatan Ahli Epidemiologi Indonesia mencatat bahwa di antara syarat penyakit ini (Covid-19) dapat diklasifikasikan sebagai endemik, negara-negara harus menjaga jumlah kasus tetap rendah pada jumlah 20 per 100.000 orang dan tingkat kematian di bawah satu per 100.000 orang.

Negara-negarajuga harus mempertahankan tingkat positif kurang dari 5 persen, dan rawat inap hanya lima per 100.000 orang.

Sementara di Indonesia, pada 3 September, jumlah kasus mencapai 29,99 per 100.000 orang dan tingkat kematian adalah 1,75 per 100.000.

Tingkat positif berada di 10,36 persen, dan rawat inap di 12,32 per 100.000 orang, menurut angka Kementerian Kesehatan.

Sehingga, Indonesia belum memenuhi persyaratan tersebut, katanya,dan menambahkan bahwa saat ini diklasifikasikan di bawah situasi level tiga WHO, yang didefinisikan sebagai "situasi penularan komunitas dengan kapasitas tambahan terbatas untuk merespons dan risiko layanan kesehatan menjadi kewalahan".

Baca Juga: Pantas Sampai Sesumbar Sebut Ogah Tunjukkan Batang Hidungnya di Hadapan Presiden Palestina, PM Israel Ternyata Simpan Dendam Kesumat Gara-gara Laporan yang Gagal Dibendung AS Ini

Indonesia dapat mengurangi ketergantungannya pada impor vaksin, test kit, obat-obatan dan peralatan medis yang mahal, seperti ventilator, dengan memproduksi sendiri, katanya.

"Selama kita tetap bergantung pada negara lain, situasinya akan sulit," kata Dr Pane

Memasuki fase endemik juga menuntut masyarakat untuk lebih bertanggung jawab atas kesejahteraannya sendiri, tambahnya.

Masyarakat "juga harus melakukan bagiannya" dan dites setiap kali orang mengalami gejala, katanya.

Artikel Terkait