Penulis
Intisari-Online.com -Taliban telah mengejutkan dunia dengan cepatnya mereka berhasil merebut kembali Afghanistan.
Taliban menduduki ibu kota Afghanistan, Kabul, pada Minggu (15/8/2021).
Penaklukkan kelompok itu atas ibu kota menandai kembalinya kekuasaan Taliban atas Afghanistan setelah digulingkan selama 20 tahun akibat diinvasi pasukan AS dan sekutunya pada 2001.
Dengan demikian, Taliban juga memegang kendali atas sumber daya alam (SDA) Afghanistan yang melimpah dengan nilai sekitar 3 triliun dollar AS atau sekitar Rp 42.000 triliun, seperti mengutip Tribun Manado.
Nilai tersebut ditaksir oleh mantan Menteri Kementerian Pertambangan dan Perminyakan Afghanistan yang lengser setelah Taliban berkuasa.
Reuters mewartakan, SDA yang terkandung di bumi Afghanistan sangat beragam.
SDA tersebut meliputi, tembaga, emas, minyak, gas alam, uranium, bauksit, batu bara, bijih besi, litium, kromium, timah, seng, batu permata, belerang, travertin, gipsum, marmer, dan lain-lain.
Berdasarkan data Kementerian Pertambangan dan Perminyakan Afghanistan dan pemerintah AS yang dikutip Reuters, berikut SDA Afghanistan yang potensial jika pengembangannya tidak direcoki oleh konflik.
Selain SDA, Taliban juga berhasil menguasai peralatan militer Afghanistan, seperti helikopterMi-17.
Melansir Express.co.uk, Kamis (26/8/2021), lebih dari 100 helikopter buatan Rusia telah jatuh ke tangan Taliban, menurut bos pengekspor senjata negara Rusia.
Namun, Taliban mungkin tidak dapat menggunakan sebagian besar barang rampasan mereka, karena mereka tidak memiliki akses ke suku cadang untuk helikopter.
Alexander Mikheev, kepala Rosoboronexporter, mengatakan kepada kantor berita Interfax: "Armada helikopter di sana besar – lebih dari 100 helikopter Mi-17 dari berbagai jenis.
“Tentunya armada ini membutuhkan perbaikan, perawatan dan penyediaan suku cadang.”
Mikheev melanjutkan dengan mengatakan sebagian besar armada sudah tidak bisa terbang.
Helikopter tersebut dibeli untuk tentara Afghanistan oleh Amerika, dan lebih disukai daripada AS membuat UH-60 Black Hawk, karena lebih murah dan lebih mudah untuk diterbangkan.
Mi-17 adalah versi ekspor helikopter Mi-8 Rusia, dan diproduksi di dua pabrik di Kazan dan Ulan-Ude di Rusia.