Penulis
Intisari-online.com -Dubes China untuk Seoul Rabu kemarin mendesak dua negara Korea untuk damai satu sama lain.
Hal tersebut ia sampaikan di tengah amukan Pyongyang atas latihan militer AS-Korea Selatan.
Xing Haiming membuat pernyataan ini pertama kali dalam forum menandai ulang tahun ke-29 tercapainya hubungan antara China dan Korea Selatan.
Hari itu juga pejabat top Korea Utara Kim Yong-chol mengatakan "krisis keamanan serius" jika latihan militer gabungan dilanjutkan.
"Hubungan antar-Korea seharusnya diperbaiki. Lagipula mereka sama-sama warga Korea dan kami berharap mereka membuat upaya konkrit agar damai dengan satu sama lain," ujar Xing kepada jurnalis.
"Akan bagus bagi mereka untuk melakukan banyak hal yang membawa perdamaian dan pemulihan semenanjung Korea."
Dalam pidato penyampaian selamat lain di forum tersebut, Xing mengatakan China akan melanjutkan "peran konstruktif" untuk memastikan perdamaian di semenanjung Korea, menambahkan jika Beijing mendukung upaya Seoul memperbaiki hubungan dengan Pyongyang.
"Bersama dengan Korea Selatan, kami akan melanjutkan mengejar denuklirisasi…dan menjaga perdamaian di semenanjung Korea," ujarnya.
Ia mengulangi permintaan Beijing untuk "kemajuan paralel dua hal", yang seharusnya disadari Korea Utara seharusnya dihadapi mereka dalam fase denuklirisasi bersama dengan kemajuan yang dilakukan dalam pembicaraan antara Washington dan Pyongyang.
Beijing juga meminta "penghentian dobel" atau mencoba menekan ketegangan pengujian rudal dan nuklir Korea Utara untuk menyerang latihan militer AS dan Korea Selatan.
Latihan militer itu rupaya dilihat Pyongyang sebagai persiapan perang.
Pendahulu Xing, Qiu Guohong, mengatakan dalam forum yang sama bahwa China, tidak seperti AS, tidak akan menyuruh Korea Selatan memihak di tengah permusuhan antara China dan AS.
Qiu mengatakan baik China dan Korea Selatan seharusnya memastikan hubungan mereka dengan AS tidak mengancam ikatan bilateral.
"Kami tidak percaya Korea Selatan akan dengan mudah memilih salah satu pihak menghadapi permusuhan rumit strategis antara China dan AS.
"Menurut kami mereka akan membuat keputusan atas dasar perhitungan mereka sendiri yang paling cocok dengan kepentingan nasional mereka," ujar Qiu.
Ia mengatakan Korea Selatan berada di posisi "canggung".
Ia memprediksi Washington akan mendesak Seoul untuk bergabung dengan upaya AS "melawan China".
"China, seperti di masa lalu, tidak akan menuntut Korea Selatan memilih pihak antara AS dan China.
"Hal itu tidak akan membangun hubungan yang normal antara AS dan Korea Selatan. Teman-teman Korea Selatan boleh merasa tenang," ujarnya.
Awal Rabu kemarin, Kim Yong-chol, jenderal dan politikus yang memainkan peran penting dalam pertemuan bersejarah antara Kim Jong-Un dan mantan Presiden Donald Trump, mengkritik Korea Selatan dan AS untuk merespon keinginan baik Pyongyang dengan "aksi barbar".
Korea Selatan harus dibuat benar-benar paham berapa banyak yang mereka bayar karena memilih persekutuan dengan Washington daripada perdamaian antar Korea, ujarnya dalam pernyataan yang dikutip KCNA.
"Kami akan membuat mereka sadar dalam hitungan menit betapa bahayanya pilihan yang mereka buat dan krisis keamanan serius seperti apa yang akan mereka hadapi karena pilihan mereka yang salah," ujarnya.
Pernyataan datang sehari setelah Kim Yo-jong, adik Kim Jong-Un, memperingatkan Seoul dan Washington atas latihan militer tahunan saat Korea Utara menolak menjawab panggilan rutin hotline antar-Korea.
Presiden AS Joe Biden mengatakan terserah Pyongyang bagaimana merespon permintaannya untuk meminta cara "praktis" bergabung dengan mereka.
Korea Utara juga mengatakan mereka terbuka dengan diplomasi, tapi kecewa dengan AS dan Korea Selatan yang menerapkan kebijakan barbar seperti melanjutkan latihan militer.
Pyongyang mungkin menggunakan retorika tajam untuk mendorong tingkat mereka dalam pembicaraan masa depan, mengecilkan konsesi dari Korea Selatan atau mengalihkan pandangan dunia dari krisis ekonomi negara.