Penulis
Intisari-Online.com – Pemimpin tertinggi Vatikan, Paus Fransiskus, ini seharusnya mengunjungi Indonesia.
Tidak hanya Indoneisa, termasuk dalam daftar kunjungannya adalah negara Timor Leste dan Papua Nugini, yang seharusnya dikunjungi pada akhir tahun 2020.
Namun, perjalanan tersebut dibatalkan karena dunia sedang ‘bergelut’ dengan pandemi virus Covid-19.
Mengapa Paus Fransiskus menyebut tetap wajib mengunjungi Indonesia, negara yang mayoritas Muslim?
Keinginan Paus untuk melakukan perjalanan itu diungkapkan kepada ulama Muslim yang dihormati Yahya Cholil Staquf dari Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia, setelah ia bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada awal 2019.
Dia bertemu dengan Paus ketika itu untuk membahas cara-cara mengatasi konflik antaragama.
Hal tersebutlah yang kemudian mendorong Presiden Indonesia, Joko Widodo, mengirim undangan resmi kepada Paus Fransiskus pada Januari tahun lalu.
Namun, semua harapan yang muncul sirna begitu saja akibat pandemi.
Antusiasme masyarakat untuk menyamput Paus yang berusia 84 tahun ke Indonesia tetap tinggi.
Mosignor Marco Sprizzi, perwakilan Vatikan untuk Timor Leste, menjamin bahwa Paus akan mengunjungi negara berpenduduk mayoritas Katolik itu beberapa tahun ke depan.
Hal ini menghidupkan kembali harapan bahwa Paus akan mengunjungi Indonesia, yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia dan bakal menjadi episentrum gerakan Islam global.
Tidak ada rencana waktu yang pasti untuk kunjungan tersebut, tetapi Monsignor Sprizzi mengatakan bahwa Paus Fransiskus berharap dapat mengunjungi negara kecil itu tahun depan, dengan syarat situasi Covid-19 sudah membaik dan semua orang telah divaksin.
Hampir sepertiga dari 1,3 juta orang Timor Leste telah melakukan vaksinasi, sementara Indonesia pada 1 Agustus telah menginokulasi 67 orang atau 24,5 persen dari total populasinya.
Pemerintah Indonesia berharap dapat memvaksinasi 181 juta dari 270 juta penduduknya untuk mendapatkan kekebalan kelompok.
Tidak hanya karena pandemi, ada alasan penting mengapa Paus Fransiskus harus berkunjung ke Indonesia.
Indonesia telah memiliki hubungna lama dengan Vatikan, yang didirikan setelah kemerdekaan pada tahun 1947, dan komunitas Kristen yang dinamis, meskipun 87,2 persen penduduknya memeluk Islam.
Melansir ucanews, pada banyak kesempatan, Paus Fransiskus telah menekankan persaudaraan dengan umat Islam.
Selama kunjungan apostolik ke Timur Tengah pada awal 2019, paus dan imam besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed el-Tayeb, menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia dan Hidup Bersama di Abu Dhabi di Uni Emirat Arab.
Dokumen tersebut merupakan tonggak sejarah dalam hubungan antara Kristen dan Islam.
Di atas segalanya, itu menyatukan orang Kristen dan Muslim dalam misi menemukan kembali dan mempromosikan nilai-nilai perdamaian, keadilan, kebaikan, keindahan, persaudaraan manusia dan koeksistensi yang disingkirkan oleh kekerasan dan terorisme.
Para pemimpin Muslim dan Kristen Indonesia kemudian mengadakan serangkaian pertemuan tentang bagaimana mewujudkan cita-cita tersebut dalam dokumen menyentuh kehidupan orang-orang biasa.
Para uskup Indonesia mencurahkan waktu mereka selama pertemuan tahunan mereka pada November 2019 untuk mempelajari dokumen tersebut dan bagaimana menerapkannya.
Indonesia juga memiliki hubungan lama dengan Tahta Suci yang dimulai segera setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan.
Vatikan merupakan salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia dari Belanda.
Sebagai balasannya, Presiden Soekarno saat itu mengizinkan Vatikan untuk membuka misi kerasulan di Indonesia pada tahun 1947.
Soekarno bahkan mengunjungi Vatikan hingga tiga kali, yaitu pada tahun 1956 bertemu dengan Paus Pius XII, pada tahun 1959 bertemu dengan Paus Yohanes XXIII, dan pada tahun 1964 bertemu Paus Paulus VI.
Tiga kali kunjungan ke Vatikan tersebut, Soekarno menerima tiga medali kehormatan tertinggi.
Pada pertemuan pertama 13 Juni 1956 selama 20 menit, Soekarno dihadiahi medali Grand Cross of the Pian Order.
Lalu, sebelum pulang pada pertemuan kedua pada 14 Mei 1959, yang sempat mengejutkan media asing karena iring-iringan sembilan mobil sedannya, Soekarno kembali dihadiahi medali kehormatan.
Dan kunjungan yang ketiga pada 12 Oktober 1964 yang bertemu Paus Paulus VI, Soekarno memperoleh medali kehormatan ketiga, bahkan dibuatkan perangko khusus oleh Vatikan, serta cenderamata lukisan mosaik Castel san Angelo Vatican.
Selain Soekarno, Presiden Indonesia lainnya yang pernah mengunjungi Vatikan adalah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada tahun 2000.
Jika Paus Fransiskus jadi datang, maka dia menjadi Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia setelah Paus Paulus VI pada tahun 1970 dan Paus St. Yohanes Paulus II pada tahun 1989.
Ketika itu Paus juga mengunjungi Timor Leste, yang masih berada di bawah kekuasaan Indonesia.
Kunjungan kepausan sebelumnya mempromosikan kerukunan antaragama, keadilan sosial, kebebasan beragama, demokrasi, hak asasi manusia dan pengembangan pluralisme agama dan budaya di Indonesia.
Sementara kunjungan Paus Fransiskus sekarang lebih dibutuhkan untuk meningkatkan keyakinan pada nilai-nilai seperti itu dan mendorong kembali gelombang ekstremisme dan ancaman teroris yang dihadapi Indonesia dan bagian dunia lainnya.
Kunjungan Paus ini juga akan menyoroti apresiasi Gereja universal atas upaya pemerintah Indonesia untuk memprioritaskan dialog dan kerukunan antaragama untuk menghindari konflik di masyarakat yang sering dipicu oleh masalah etnis, ras, dan agama.
Tentunya, akan lebih baik jika Paus datang ke Indonesia segera setelah pandemi berakhir.
Bila ditunda lagi, bisa berarti kehilangan kesempatan besar memanfaatkan dokumen persaudaraan manusia Abu Dhabid dan ensikliknya Fratelli Tutti, yang menyerukan persaudaraan dan solidaritas manusia antara komunitas Kristen dan Muslim di Indonesia.
Kita tunggu saja. (ktw)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari