Penulis
Intisari-online.com - Semua orang tentu sudah kangen rasanya hidup normal dengan kebebasan untuk berkumpul dan melakukan perjalanan bebas, dan tidak mengenakan masker.
Faktanya untuk mencapai hal itu tampaknya masih perlu dikaji ulang.
Sejauh ini ada dua negara yang mencoba hidup normal dengan menganggap Covid-19 seperti flu biasa.
Dua negara tersebut adalah Inggris, dan Singapura, yang berencana menerepkan prokes, namun menganggap Covid-19 seperti flu biasa.
Namun tampaknya angan-angan itu justru membuatnya was-was karen statistik yang dicatatkan Singapura justru mengkhawatirkan.
Menurut, laporan ReutersSabtu (24/7/21) Singapura yang awalnya menggalakkan vaksinasi demi hidup normal justru tertampar kenyataan mengejutkan ini.
Hampir 50% orang positif Covid-19 di Singapura adalah mereka yang sudah divaksinasi.
Orang yang divaksinasi penuh di Singapura menyumbang 44% dari infeksi baru dalam empat minggu terakhir, tetapi perlu disebutkan bahwa belum ada rawat inap, menurut angka resmi.
Menurut Reuters, data baru membuktikan vaksin sangat efektif dalam mencegah komplikasi parah Covid-19.
Namun, data juga menunjukkan bahwa vaksinasi saja tidak cukup untuk mencegah infeksi.
Dari 1.096 infeksi komunitas yang tercatat di Singapura dalam 28 hari terakhir.
Ada 484 atau 44% divaksinasi lengkap, 30% divaksinasi dengan dosis tunggal vaksin dan lebih dari 25% tidak divaksinasi.
Di antara mereka yang dirawat di rumah sakit, termasuk delapan yang sakit parah, tidak ada yang divaksinasi, kata Kementerian Kesehatan Singapura.
"Ini adalah bukti baru bahwa vaksin membantu mengurangi komplikasi parah Covid-19," kata Kementerian Kesehatan Singapura.
Seraya menambahkan bahwa orang yang divaksinasi lengkap tidak menunjukkan gejala, atau gejala yang sangat ringan.
Infeksi pada orang yang divaksinasi tidak berarti vaksin tidak efektif, kata para ahli.
"Semakin banyak orang mendapatkan vaksinasi di Singapura, jadi kita akan melihat peningkatan jumlah infeksi pada kelompok ini," kata Teo Yik Ying, dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock School of Public Health di Universitas Nasional Singapura (NUS).
"Penting untuk membandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi. Setelah tingkat vaksinasi mendekati 100%, jumlah infeksi terutama akan berada di antara kelompok yang divaksinasi," kata Teo.
Singapura telah memberikan setidaknya satu suntikan vaksin kepada 75% dari populasi 5,7 juta, tertinggi kedua di dunia setelah Uni Emirat Arab (UEA).
Singapura juga mengimunisasi setengah dari populasinya.
Ke depan, strategi Singapura adalah hidup dengan Covid-19, yang berarti hanya fokus pada pencegahan kasus parah dan kematian.