Penulis
Intisari-Online.com -Utang Indonesia semakin banyak.
Bahkan kini, ketika Indonesia kembali diterjang gelombang kedua pandemi virus corona, utang Indonesiasemakin banyak berkali-kali lipat.
Asal tahu saja, utangIndonesia pada akhir tahun 2020 mencapai Rp6.074,56 triliun.
Tapi pemerintah pun menjabarkan alasan mengapa merekaharus menambah utang negara.
Tambahan utang sangat diperlukan untuk menutup defisit yang semakin membengkak karena besarnya pengeluaran pemerintah.
Hal itu disampaikan olehMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Belum lagi, semakin lama penanganan pandemi, maka semakin besar pula risiko rusaknya perekonomian negara.
"Pandemi Covid-19 memang sebuah tantangan yang sungguh luar biasa."
"Dia tidak hanya mengancam jiwa manusia, dia juga mampu mempengaruhi dan mengoyak perekonomian suatu negara," jelas Sri Mulyani dikutip dari siaran Youtube Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan pada Minggu (25/7/2021).
"Semua negara di dunia menggunakan instrumen kebijakan untuk bisa menangani pandemi Covid-19 dan dampak ekonomi sosial serta keuangan," kata Sri Mulyani lagi.
Melihat situasi di Indonesia,dirinya merasa perlu mengeluarkan kebijakan ekstra dalam urusan pengelolaan anggaran negara.
"Pandemi adalah extra ordinary challenge, tantangan yang luar biasa."
"Itu membutuhkan respon kebijakan yang juga extra ordinary."
"Salah satunya adalah APBN yang harus menjawab begitu banyak tantangan di masa pandemi ini," ungkap dia.
Sri Mulyani bilang,menyelamatkan nyawa manusia tak bisa ditawar.
Oleh karenanya, pemerintahharus jor-joran menyediakan anggaran untuk penanganan kesehatan sesuai kebutuhan.
LanjutSri Mulyani, selain anggaran untuk bidang kesehatan, pemerintah juga mengeluarkan dana besar untuk hal lainnya.
Misalnya untuk masyarakat kelasmenengah ke bawah yang terdampak pandemi Covid-19.
Oleh karenanya, kataSri Mulyani, menambah utang adalah jalan keluarnya.
"Dan itu berimplikasi pada defisit APBN, kenapa kita harus menambah utang, seolah-olah dengan menambah utang menjadi tujuan."
"Padahal dia (utang) merupakan instrumen untuk menyelamatkan warga negara dan perekonomian kita,"tutup Sri Mulyani.