Penulis
Intisari-Online.com -Awal abad ke-20 menjadi periode penting bagi bangsa Indonesia, di mana Indonesia mengalami sebuah fase yang disebut kebangkitan nasional.
Jawa Timur, khususnya Surabaya, di masa Hindia Belanda menjadi tempat berkumpulnya beberapa tokoh pergerakan nasionalisme.
Seperti Soekarno, Soetomo, Oemar Said Tjokroaminoto, Liem Koen Hian, dan Abdurrahman Baswedan.
Sebelum nasionalisme akan persatuan Indonesia muncul, menurut sejarawan Leiden Unviersity, Adrian Perkasa, yang ada hanyalah nasionalisme kedaerahan.
Baca Juga: Sejarah Lahirnya Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1908
Dan rasa nasionalisme kedaerahan sendiri masih bertahan pada awalnya, meski nasionalisme Indonesia secara luas baru lahir.
"Pra-nasionalisme Indonesia, yakni nasionalisme kedaerahan seperti nasionalisme Batak, nasionalisme Minahasa, dan ada juga Tionghoa dan Arab yang pro tempat asalnya dan ada juga yang mendukung Indonesia," paparnya dalam Webinar Hari Kebangkitan Nasional, Rabu (20/05/2021) sebagaimana diwartakan National Geographic.
"Saya ada kegelisahan, bahwa biasanya yang dicurigai itu bangsa-bgansa asing, tapi sebetulnya nasionalisme pribumi sendiri masalah juga ada."
"Nasionalisme Jawa itu juga ada lewat Soetomo dan Mangkunegaran yang justru mengkampanyekannya."
Baca Juga: Inilah 5 Tokoh Perintis Kebangkitan Nasional, Bangkitkan Kesadaran Bangsa untuk Bersatu
Kegelisahan akan nasionalisme bagi Soetomo, lewat organisasi Boedi Oetomo, terbentuk ketika ia mencoba membuat cabangnya di luar Pulau Jawa.
Tetapi berdasarkan peraturan kolonial yang berlaku, organisasinya hanya berlaku pada orang Jawa.
Peraturan itu mengakibatkan kongres-kongres Boedi Oetomo terpaku di sekitar Jawa Timur, Surakarta, dan Yogyakarta, karena selain itu juga organisasi ini memiliki kedekatan dengan kalangan ningrat.
Sejak berdirinya pada 1908, organisasi ini hanya sesekali mengadakan kongresnya di Batavia, Bandung, dan Semarang.
Baca Juga: Mengapa Kebangkitan Nasional Sangat Penting bagi Indonesia?
Kedekatan organisasi ini dengan pihak ningrat juga membuat Soejitno atau Mangkunegara VI tertarik, terutama saat kongres di Surakarta pada 1915.
Setelah dirinya turun tahta akibat tidak satu suara dengan Mangkunegaran yang hendak diintervensi pemerintah Hindia Belanda, ia mengasingkan diri ke Surabaya pada 1916.
Mangkunegara VI sendiri sangat dekat dengan Soetomo karena memiliki kesamaan visi, yakni kebudayaan sebagai kebangkitan nasional.
Bahkan, berdasarkan surat-surat peninggalannya, Mangkunegara VI dan Soetomo sangat erat dan saling mengunjungi rumah.
Baca Juga: 5 Tokoh Perintis Kebangkitan Nasional yang Kini Diperingati Setiap 20 Mei
Kemudian pada 1924, Soetomo juga mendirikan Indosische Studieclub di Surabaya untuk memberdayakan masyarakat bumiputera agar memiliki kesadaran pengetahuan politik, masalah nasional, dan sosial, dan memupuk kebangsaan sendiri.
Selain jadi tempat berkumpulnya pergerakan yang dilakukan bumiputera, Surabaya juga menjadi tempat lahirnya nasionalisme Indonesia dari kalangan Tionghoa.
Hal ini dibuktikan dengan kemunculan Partai Tionghoa Indonesia (PTI) pada 1932 oleh Liem Koen Hian dan Kwee Thiam Tjing.
Sejarawan Leo Suryadinata dalam Peranakan Chinese Politics in Java 1917–1942, menulis, bahwa partai ini terbentuk dari perselisihan sesama Tionghoa yang mendukung kolonial Belanda, atau mendukung nasionalisme Tiongkok.
Baca Juga: Mengenal 5 Tokoh Kebangkitan Nasional, Dari Dr. Sutomo hingga Douwes Dekker
PTI sendiri berhasil mengubah surat kabar Sin Jit Po menjadi Sin Tit Po.
Media ini dahulunya menggemborkan semangat anti kolonialisme yang cenderung mendukung identitas Tionghoa untuk nasionalisme Tiongkok.
Perubahannya membuat agendanya mendukung semangat PTI untuk nasionalisme Indonesia.
Kebangkitan Nasional
Meski begitu, peringatan Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei diambil dari tanggal lahirnya organisasi Budi Utomo.
Berdirinya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 oleh Dr Sutomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) menandai kebangkitan nasional Indonesia.
Dr Sutomo beserta para pelajar STOVIA mendirikan perhimpunan Budi Utomo untuk mengejar ketertinggalan bangsa dari bangsa-bangsa lain.
Tokoh Kebangkitan Nasional yang terkenal disebut Tiga Serangkai yaitu Douwes Dekker, dr Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantoro (Suwardi Suryoningrat).
SekarangHari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei.
(*)