Penulis
Intisari-Online.com - Taiwan baru-baru ini mengeluarkan setidaknya 15 peringatan terhadap aksi pesawat militer China.
Melansir 24h.com.vn, Dilaporkan sebanyak 28 pesawat militer China melanggar zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan pada Selasa (15/6/2021) kemarin.
Atas aksi tersebut, Taipei menuntut agar pesawat China meninggalkan ADIZ Taiwan.
Bahkan, pada satu titik mereka memperingatkan secara eksplisit, menyatakan bahwa, "jika terjadi sesuatu, Anda harus bertanggung jawab".
Militer Taiwan menyiarkan peringatan radio ke pesawat PLAAF yang terbang di ketinggian 5.900 meter pada pukul 09.20.
"Perhatian! Anda telah memasuki wilayah udara saya, ini memengaruhi keselamatan penerbangan kami. Segera berbalik dan pergi," kata mereka.
Siaran itu kemudian menambahkan peringatan yang tidak biasa: "Jika terjadi sesuatu, Anda bertanggung jawab atas konsekuensinya."
Setelah siaran radio yang dikirim Taiwan, sempat datang tanggapan dari pilot pesawat China.
Dikatakan, aksen Mandarin pilot tersebut terdengar seperti dia mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan daratan Cina ketika dia berkata, "Ini laut, oke? Baca beberapa buku."
Penerbangan pesawat-pesawat China secara luas dilihat sebagai bagian dari upaya Beijing untuk menekan Taiwan.
Seperti diketahui, Taiwan mendirikan pemerintahannya sendiri yang berpenduduk sekitar 24 juta orang di lepas pantai China dan mengklaim kedaulatanya.
Bertentangan dengan itu, China masih menganggapnya sebagai bagian dari wilayahnya.
Serangan hari Selasa yang membuat Taiwan begitu geram menandai keempat kalinya pada bulan Juni pesawat militer China telah melanggar ADIZ Taiwan.
Sementara itu, mengutip npr.org (15/6/2021), Serangan tersebut terjadi sehari setelah para pemimpin NATO menyatakan keprihatinan tentang China sebagai ancaman keamanan yang berkembang.
Para pemimpin negara-negara G7 sendiri bertemu di Eropa.
Mereka berjanji untuk bekerja sama melawan kebijakan ekonomi "non-pasar" China dan mengkritik China atas hak asasi manusia.
Tanggapan China Terhadap Seruan NATO
Menyusul keluarnya komunike NATO dalam pertemuan puncak hari Senin (14/6), di mana NATO sepakat mengambil sikap tegas terhadap China dan segala menuvernya di kawasan, China memberikan tanggapan yang keras.
China pada hari Selasa (15/6) meminta NATO berhenti membesar-besarkan beragam teori yang melihat China sebagai ancaman dunia.
Dilansir dari Reuters, salah satu poin dari komunike NATO menyebut bahwa ambisi dan perilaku keras China menghadirkan tantangan sistemik bagi tatanan internasional berbasis aturan dan bidang yang relevan dengan keamanan aliansi.
Presiden AS Joe Biden yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, mendesak mitranya untuk melawan otoritarianisme China dan kekuatan militer yang meningkat.
Komunike baru NATO secara umum menunjukkan perubahan fokus dari alliansi yang awalnya berdiri untuk mempertahankan Eropa dari Uni Soviet selama Perang Dingin.
Merespons hal tersebut, China menganggap NATO sudah berlebihan dalam melihat aktivitas China.
Pemerintah China bahkan melihat adanya mental Perang Dingin dari negara-negara NATO.
"Pernyataan NATO memfitnah perkembangan damai China, salah menilai situasi internasional, dan menunjukkan mentalitas Perang Dingin," tulis perwakilan China untuk Eropa dalam website resminya.
(*)