Penulis
Intisari-Online.com -Konflik China-India semakin menegangkan dan bisa memicukekhawatiran akan perang.
Apalagi setelah China dan India sama-sama terus membangunkekuatan militer mereka di sepanjang perbatasan mereka yang disengketakan di Himalaya.
Sebelumnya, pada Juni tahun 2020 lalu, pertempuranmematikan pertama antara kedua belah pihak sejak 1975 di Lembah Galwan.
Kedua tentarasaling berhadapan dengan senjata, termasuk dengan tongkat yang menyebabkan kematian sedikitnya 20tentara India dan empat tentara China.
Akar penyebab konflik terletak pada perbatasan yang tidak jelas, sepanjang 3.440 km yang diperebutkan kedua negara, yang dikenal sebagai Garis Kontrol Aktual (LAC).
Lalu ketegangan terus meningkat antara dua negara tetangga bersenjata nuklir ini.
Di mana foto-foto satelit menunjukkan kedua belah pihak dengan cepat membangun kemampuan militer mereka.
Dilansir dari express.co.uk pada Jumat (11/6/2021), New Delhi telah meningkatkan kehadiran militernya di wilayah tersebut dengan pengerahan 60.000 tentara dan senjata canggih termasuk rudal permukaan-ke-udara dan 24 jet tempur Rafale.
India juga telah menambahkan 10.000 tentara ke Strike Corps-nya yang secara khusus dilatih untuk pertempuran dengan China dan Pakistan.
Di sisi lain, China terus mengadakan latihan tembakan langsung menggunakan mortir self-propelled.
Tapi aksi China ini bertentangan dengan perjanjian 1996 untuk tidak menggunakan senjata di dekat perbatasan.
Analis keamanan semakin khawatir dengan ketegasan agresif China di wilayah tersebut danbalasan India yang sesuai.
Pravin Sawhney, editor majalah keamanan nasional Force, mengatakan kepada Daily Telegraph: "Ancaman China telah meningkat secara substansial dan berkembang."
"Ini karena kemampuan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China sungguh besar."
"Saat ini tidak ada perang, tetapi ketika Anda meningkatkan ancaman, perang tidak akan pernah bisa dikesampingkan."
China terus mempertahankan konsentrasi pasukan dalam jumlah besar di Dataran Depsang dan Mata Air Panas di sepanjang perbatasan.
Jenderal M M Navarane, panglima militer India, mengatakan tidak akan ada de-eskalasi sampai China menarik pasukannya.
"Kami sangat jelas bahwa tidak ada de-eskalasi yang dapat terjadi sebelum pelepasan di semua titik gesekan," kataJenderal Navarane.
"Tapi kehadiran pasukan China di seluruh sisi, mulai dari Ladakh hingga Arunachal Pradesh,bisa menjadi pemicunya."
"Kita harus siap untuk perang jika pecah suatu saat nanti," tutupnya.