Hal itu menurut laporan Departemen Luar Negeri AS.
"Siswa menderita cedera fisik dan psikologis, kekurangan gizi, kelelahan, dan gangguan pertumbuhan akibat kerja paksa yang diwajibkan," kata laporan itu.
Tentu saja Korea Utara membantah laporan tersebut.
Di mana menurut klaim dari kantor berita negara Korea Utara KCNA, lulusan sekolah yatim piatu telah secara sukarela bekerja di bidang yang sulit.
Seperti lokasi konstruksi dan tambang batu bara.
“Lusinan anak yatim piatu bergegas ke Kompleks Penambangan Batubara Area Chonnae untuk memenuhi sumpah mereka untuk membalas budi."
"Bahkan mereka melakukannya sebagai bukti cinta mereka kepada partai komunis yang berkuasa selama bertahun-tahun dengan mendidik mereka."
Lanjut klaim KCNA, para remaja itu secara sukarela bekerja di tempat-tempat kerja besar untuk pembangunan sosialis atas keinginan mereka sendiri.
Di mana mereka memiliki tujuan untuk memuliakan masa muda mereka dalam perjuangan untuk kemakmuran negara.
Di masa muda, anak-anak itu memiliki kebijaksanaan, keberanian, dan antusiasme yang tinggi untuk menjadi sukarelawan.
Dengan tujuan untuk melayani.
Termasuk di lokasi termasuk Tambang Batu Bara Pemuda Ryongdae di Sunchon, Perkebunan Yoldusamchon di Kabupaten Sukchon dan Perkebunan Koperasi Ryongrim di Mundok County, klaim media pemerintah.