Penulis
Intisari-Online.com - Negara Timor Leste adalah koloni Portugis selama empat abad.
Warisan sejarah dan khususnya religiusitasnya sangat penting untuk mempertahankan identitas Timor Leste setelah pasukan Indonesia menduduki wilayah tersebut pada tahun 1975.
Dilansir dari Dw.com, negara Timor Leste memperoleh kemerdekaan penuh pada tahun 2002, tetapi hubungan dengan Portugal tetap penting.
Ini adalah hubungan yang sama strategisnya dengan yang sentimental.
Baca Juga: Orang Timor Leste Dulu Sering Dikunjungi Pedagang Arab, China, dan Gujarat
Pada tahun 90-an, bintang rock Portugis Luis Represas menyanyikan lagunya 'Aí Timor' berkali-kali untuk meningkatkan kesadaran tentang penderitaan orang Timor di bawah pendudukan Indonesia.
Ini membantu mendorong pemerintah Portugal untuk melobi di forum-forum global memperjuangkan hak Timor atas penentuan nasibnya sendiri.
Bahkan sebelum kemerdekaan pada Mei 2002, para pemimpin Timor memberi isyarat bahwa bahasa Portugis akan menjadi salah satu dari dua bahasa resmi, disamping bahasa Tetum, bahasa lokalnya.
Hampir 5% penduduk berbicara bahasa Portugis, sementara lebih dari 40% berbicara bahasa Indonesia.
Baca Juga: Merdeka Jadi Negara 'Timor Leste', Ternyata Inilah Arti Nama Bekas Wilayah Indonesia Ini
Pada tahun 2009, Menteri Luar Negeri Timor Leste, Zacarias da Costa, berada di Lisbon untuk peresmian kedutaan baru, dan untuk melihat duta besar Timor untuk CPLP, komunitas negara-negara berbahasa Portugis, mengambil jabatannya.
Timor hanya negara ketiga yang menunjuk perwakilan tetap untuk organisasi yang masih dalam tahap pembentukannya.
Bagi negara miskin seperti itu untuk mempertahankan dua misi diplomatik terpisah di Lisbon adalah upaya besar, tetapi menteri da Costa mengatakan itu merupakan hal benar:
Baca Juga: Nasib Timor Leste Sekarang Setelah 21 Tahun Pilih Lepas dari Indonesia
Tautan bahasa
Da Costa adalah contoh hubungan yang mengikat elit negara Timor Leste ke Portugal.
Portugal pun berkomitmen menjaga hubungan istimewa itu.
Portugal membantu pembangunan lembaga di bidang-bidang seperti keadilan, tetapi tekanan terbesar ada pada pendidikan: staf dan bahan-bahan untuk pengajaran bahasa Portugis.
Tapi mereka menekankan bahwa investasi Portugal dalam bahasa tersebut untuk menanggapi permintaan lokal.
Apa yang baik untuk Portugal, tampaknya, juga bagus untuk Timor.
(*)