Pengakuan Ramos Horta, Setelah Berpisah dari Indonesia, Ternyata Inilah Dampak Positif dan Negatif yang Melanda Timor Leste

Afif Khoirul M

Penulis

Seiring berjalannya waktu, situasi di Timor Leste kerap kali mendapat sorotan karena ekonominya yang cenderung jalan ditempat.

Intisari-online.com - Timor Leste merdeka setelah referendum yang disponsori PBB tahun 1999.

Mayoritas rakyat Timor Leste memilih merdeka dari Indonesia, dan kini Indonesia dan Timor Leste telah berpisah sebagai dua negara berbeda.

Pasca referendum Timor Leste menjadi negara mandiri tahun 2002, dan diakui merdeka dan berdaulat oleh PBB.

Namun, seiring berjalannya waktu, situasi di Timor Leste kerap kali mendapat sorotan karena ekonominya yang cenderung jalan ditempat.

Baca Juga: Bak Belum Puas Rampok Ladang Minyak Timor Leste, Australia Kembali Lakukan Pengeboran Triliunan Rupiah di Bayu-Undan

Kini setelah 20 tahun lebih merdeka dari Indonesia lantas bagaimana hubungannya dengan Indonesia, dan bagaimana situasi Timor Leste kini.

Hal itu ternyata pernah diungkapkan mantan Presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta, saat berbicara pada Deutsche Welle, melalui DW.

Deutsche Welle berbicara pada Jose Ramos-Horta, yang menerima Nobel Perdamaian tahun 1996.

Dia mengatakan Timor Leste kini telah banyak berubah, dan keadaanya mengalami peningkatan setelah merdeka.

Baca Juga: Inilah Iklim Timor Leste, Kapan Sebaiknya Berkunjung ke Negara Ini

Menukil DW, Ramos-Horta mengatakan,Timor Leste kini sangat damai. Tidak ada kekerasan politik, sama sekali.

"Negara ini sangat damai dalam hal tersebut. Bahkan tingkat kriminalitas biasa pun sangat rendah. Tidak ada kejahatan terorganisir."

"Tetapi kami masih memiliki beberapa tantangan serius dalam mengatasi kemiskinan, kekurangan gizi."

"Kami belum berhasil di bidang ketahanan pangan, tetapi negara ini berkembang sangat pesat dalam 15 tahun terakhir."

"Sekarang aliran listrik di negara kami 24 jam."

"Dalam waktu dekat kami akan memiliki kabel bawah laut yang didatangkan dari Australia untuk meningkatkan konektivitas. Kami akan menikmati konektivitas abad ke-21."

"Kami telah memiliki cyber optic di seluruh negeri, sekarang tinggal menunggu kabel bawah laut."

Baca Juga: Kisah Para Danjen Kopassus Terbaik (3)

Selain itu ada sebuah penelitian oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), yang mengatakan bahwa pada tahun 2018.

Timor Leste tidak memiliki lagi kasus malaria, jadi sudah mencapai target pengentasan penyakit malaria, yang selama berabad-abad membunuh begitu banyak orang.

"Pada tahun 2002, kami hanya memiliki 19 dokter. Sekarang kami memiliki lebih dari 1.000 dokter," kata Ramos-Horta.

Situasi politik secara keseluruhan, Timor Leste adalah negara demokrasi, kami bangga akan hal itu, meski tidak selalu berjalan lancar.

Kadang ada ketegangan di parlemen, antara parlemen dan presiden, pemerintah dan presiden, demikian sebaliknya, tetapi itulah demokrasi.

Jika tidak menginginkan ketegangan, jika tidak menyukai ketegangan politik, bisa jadi mungkin seperti menyalin model Korea Utara, di mana semua orang selalu harus setuju dengan pemimpinnya.

Selain itu Timor Leste dan Indonesia kini memiliki hubungan yang cukup mesra meski dikatakan sebagai mantan penjajahnya.

Ini bukan hanya sekadar hubungan resmi, antara pemimpin, tetapi bahkan orang ke orang. Mahasiswa Timor Leste misalnya.

Baca Juga: Berharap Ekonominya Membaik Setelah Merdeka dari Indonesia, Timor Leste Setujui RUU Pertambangan

Banyak dari mereka yang sekolah di Indonesia.

Hal itu dijelaskan Ramos-Horta setelah berjumpa dengan Deutsche Welle, dia mengatakan.

"Jika Anda melihat statistik imigrasi Indonesia, kunjungan Indonesia, puluhan ribu orang dari Timor Leste pergi ke Indonesia, setiap bulannya."

"Jika Anda pergi ke Timor Leste, Anda juga akan melihat ribuan orang Indonesia, bekerja dan tinggal di sana."

"Kami mengimpor 70% barang kami dari Indonesia. Itu adalah hubungan yang baik dan ini juga tak lepas dari keberhasilan kepemimpinan politik kita."

"Kami mempromosikan rekonsiliasi di antara orang-orang Timor Leste, yang terbagi di masa lalu. Kemudian normalisasi dan rekonsiliasi dengan Indonesia."

Artikel Terkait