Find Us On Social Media :

Hisashi Ouchi Memang Korban Kecelakaan Nuklir Tokaimura yang Paling Terkenal, Tapi Dia Bukan Satu-satunya

By Mentari DP, Minggu, 23 Mei 2021 | 08:20 WIB

Hisashi Ouchi korban kecelakaan nuklir Tokaimura.

Intisari-Online.com - Hisashi Ouchi adalah korban kecelakaan nuklir Tokaimura.

Pria 35 tahun itu meninggal dunia pada 21 Desember 1999.

Hanya kurang dari tiga bulan setelah dia dan dua rekannya mengalami kecelakaan nuklir di JCO Co, di desa Tokai, Prefektur Ibaraki pada pada 30 September 1999.

Baca Juga: Kromosomnya Hancur dan Sel Darah Putih Nyaris Nol, Inilah Hisashi Ouchi, Manusia dengan Paparan Radiasi Nuklir Terbesar dalam Sejarah

Lalu Masato Shinohara (29) meninggal dunia tujuh bulan kemudian, juga menjadi korban paparan radiasi nuklir yang mematikan.

Kondisi Hisashi Ouchi dan Masato Shinohara adalah yang terparah karena menerima masing-masing 17 siever dan 10 siever.

Padahal jika manusia terkena lebih dari 7 siever, maka nyawa mereka tidak bisa diselamatkan.

Sementara korban ketiga, Yutaka Yokokawa (54) sempat dirawat di rumah sakit selama beberapa bulan lalu sebelum dipulangkan. Hanya saja, dia belum pulih sepenuhnya.

Ketiganya merupakan korban paling terkenal dari kecelakaan Tokai, tetapi mereka bukan satu-satunya.

Dilansir dari japantimes.co.jp pada tahun 2000 silam, ribuan orang lainnya yang tinggal di dalam dan sekitar desa Tokai dan kota Naka terkena dampaknya.

Baca Juga: Kondisinya Sama Mengerikannya Seperti Hisashi Ouchi, Inilah Korban Lain Paparan Nuklir Terbesar dalam Sejarah

Penyebabnya karena pemerintah Jepang terlalu naif pada masa itu.

Di mana mereka membuat penyangkalan nasionalnya bahwa kecelakaan nuklir bisa terjadi di sini.

Lalu jaminan pemerintah dan industri bahwa industri tenaga nuklir Jepang aman.

Kepercayaan itu datang pada para pemimpin perusahaan dan politik bangsa.

Padahal ketika penduduk desa ditanya apakah akan mengizinkan Perusahaan Tenaga Listrik Tokyo (TEPCO) bekerja di sekitar rumah mereka, 53 persen penduduk desa Kariwa memilih “Tidak".

Mereka menolak proposal TEPCO.

Hasil survei itu mengejutkan karena desa Kariwa di Prefektur Niigata terletak di jantung negara tenaga nuklir Jepang.

Desa ini memiliki tujuh reaktor dan sekitar satu dari empat rumah tangga memperoleh pendapatan utamanya dari pekerjaan yang berhubungan dengan tenaga nuklir.

Ketakutan warga terjadi setelah kecelakaan nuklir Tokaimura terjadi.

 

Reaktor nuklir Tokai terletak sekitar 110 km timur laut Tokyo. Pada saat kecelakaan terjadi, JCO Co. berada dalam bisnis "pengubahan ulang uranium".

Itu adalah sebuah proses di mana uranium yang diperkaya diubah menjadi oksida uranium untuk fabrikasi menjadi bahan bakar yang digunakan di pembangkit listrik tenaga nuklir.

Setelah kecelakaan itu, lisensi manufaktur JCO dicabut pada Maret 2000. Kini, perusahaan itu berurusan dengan kasus kriminal dan klaim kompensasi.

Baca Juga: Setelah Hisashi Ouchi dan 1 Rekannya Tewas Pasca Terpapar Radiasi Nuklir, Korban ke-3 Justru Ditangkap Polisi Sebagai Pelaku

 

Apa dampak kecelakaan tenaga nuklir terburuk di Jepang terhadap kehidupan, kesehatan, dan pikiran penduduk setempat?

CNIC melakukan survei lapangan terhadap penduduk di Tokai dan kota tetangga Naka pada Februari 2000.

Hasil survei berjudul “JCO Criticality Accident and Local Residents: Damages, Symptoms and Changing Attitudes”.

Laporan itu berisi 48 halaman yang informatif dan dapat dibaca yang mencermati kekhawatiran dan ketakutan 946 rumah tangga, sampel dari 2.683 rumah dalam radius 2 km dari lokasi kecelakaan.

Kesehatan dan keselamatan adalah perhatian utama.

Warga menyuarakan kecemasan atas efek tertunda dari radiasi (54,6 persen responden), dan ketakutan bahwa mungkin ada kecelakaan terkait nuklir (53,9 persen).

Seorang penduduk berkata, "Saya (prihatin) tentang kesehatan anak-anak saya."

"Apakah mereka dapat memiliki anak meskipun mereka menikah, dan adakah kemungkinan memiliki anak yang tidak normal."

Masalah kesehatan yang sedang berlangsung untuk beberapa termasuk sakit kepala, kelemahan, kelelahan dan sulit tidur.

Beberapa penduduk setempat takut akan diskriminasi yang dialami oleh para korban di Hiroshima dan Nagasaki.

Baca Juga: Pantas Saja Minim Korban di Israel, Selain Dilindungi Iron Dome, Ternyata Begini Cara Rakyat Israel Bersembunyi dari Gempuran Hamas

“Saya khawatir. Bahwa meskipun tidak ada kerusakan fisik, anak-anak saya akan didiskriminasi di masa depan hanya karena mereka tinggal di dekat pabrik JCO dan tidak akan bisa menikah."

Survei tersebut menemukan bahwa hampir 90 persen penduduk menganggap Badan Sains dan Teknologi bertanggung jawab atas kecelakaan dan dampaknya.

Badan tersebut, yang bertanggung jawab untuk mengawasi JCO Co., telah dimasukkan ke dalam Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi.

Enam puluh enam persen penduduk desa menyuarakan kritik terhadap tenaga nuklir dan mengkritik Jepang membangun pembangkit nuklir baru.

Sekitar setengah dari mereka yang diwawancarai merasa khawatir ketika melihat kota mereka hidup berdampingan dengan industri nuklir.

Oleh karenanya berharap pemerintah memikirkan penduduk lokal ketika membangun fasilitas tenaga nuklir di masa depan.

Baca Juga: 150 Anggota KKB Papua Bersatu, Benarkah Takut Diburu Kopassus?