Penulis
Intisari-online.com - Sejak Hamas didirikan tahun 1987, sayap militer klandestein yang beroperasi bersama organisasi politik terbuka.
Kini berkembang dari organisasi milisi kecil, menjadi tentara semi-reguler, menurut Israel.
Pada awal berdirinya Hamas rutin melakukan penembakan dan perculikan pada warga Israel.
Ratusan orang Israel tewas dalam pembomban bunuh diri yang dilakukan oleh Hamas selam konflik tahun 2000.
Baca Juga: Dukung Mati-matian Sejak Israel Berdiri, AS Tiba-tiba Sebut Tidak Dapat Mendukung Israel Selamanya
Ketika kekerasan menyebar, Hamas mulai memproduksi roket-roket yang belum sempurna lalu diberinama Qassam.
Roket yang belum sempurna ini dijalankan, dan hanya memiliki jangkauan beberapa kilometer, dan sering terbang tanpa tujuan.
Sebagian besar roket ini jatuh di Jalur Gaza dan hanya menimbulkan sedikit kerusakan di Israel.
Setelah Israel menarik pasukannya tahun 2005, Hamas menciptakan jalur pasokan rahasia untuk Iran dan Suriah, menurut militer Israel.
Baca Juga: Inilah Tujuh Kunci Utama tentang Agama Israel dan Politiknya, Israel Tanah Suci Tiga Agama Ini
Roket jarak jauh, bahan peledak tinggi, logam dan mesin telah diangkut ke Jalur Gaza dari perbatasan Mesir.
Roket itu dikirim ke Sudan, kemudian melewati gurun Mesir yang luas dan diselundupkan melalui sistem terowongan sempit di bawah Semenanjung Sinai, kata para ahli.
Pada tahun 2007, ketika Hamas memaksa Otoritas Palestina meninggalkan Jalur Gaza untuk mengambil alihnya, Israel dan Mesir mengeluarkan blokade yang ketat.
Meski begitu, penyelundupan senjata ke Hamas terus berlanjut, militer Israel mengakui.
Setelah politisi Muslim dan sekutu Hamas Mohammed Morsi terpilih sebagai Presiden Mesir pada 2012, penyelundupan senjata ke Jalur Gaza meningkat secara dramatis.
Hamas telah menyimpan sejumlah roket buatan luar negeri dengan jangkauan yang ditingkatkan, seperti Katyushas atau Fajr-5, yang dipasok oleh Iran dan digunakan oleh Hamas dalam perangnya dengan Israel pada 2008 dan 2012.
Setelah Presiden Morsi digulingkan pada 2013, otoritas Mesir membongkar ratusan terowongan penyelundupan.
Sejak itu, industri senjata lokal di Jalur Gaza telah berkembang.
Iran telah memulai produksi roket di Jalur Gaza, memberikan pengetahuan dan teknologi. Tapi sekarang Palestina bisa membuatnya sendiri.
Baca Juga: Serangan Israel Sejatinya Berniat untuk Membantai Seluruh Warga Palestina, Mengapa Dunia Hanya Diam?
"Saat ini, sebagian besar roket yang kami lihat dibuat di Jalur Gaza, seringkali dengan tambahan inovasi teknologi," kata analis keamanan independen yang mengkhususkan diri pada senjata yang digunakan di Timur Tengah, kata Fabian Hinz.
Sebuah dokumenter yang disiarkan oleh saluran Al Jazeera pada bulan September 2020 menampilkan adegan orang bersenjata Hamas yang berhasil merakit rudal Iran dengan jangkauan hingga 80 km dan hulu ledak yang dapat membawa muatan.
Bahan peledak tersebut memiliki berat mencapai 175 kg.
Pejuang Hamas dikatakan telah memperoleh sejumlah roket Israel yang rusak dan memindahkannya untuk memasukkan beberapa bahan peledak ke dalamnya.
Hamas bahkan menggunakan pipa air tua sebagai badan roket.
Untuk membuat roket, ahli kimia dan insinyur Hamas membuat bahan peledak dari pupuk, zat pengoksidasi, dan bahan lainnya di pabrik darurat.
Banyak material masih diselundupkan ke Jalur Gaza melalui banyak terowongan.
Hamas secara terbuka memuji Iran atas dukungannya. Para ahli percaya bahwa sekarang dukungan Iran terutama dalam bentuk cetak biru, manual senjata, pengujian mesin dan beberapa keahlian teknis lainnya.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, Iran memberikan 100 juta dollar AS setahun untuk kelompok bersenjata Palestina.
Menurut perkiraan militer Israel, sebelum pecahnya konflik, Hamas memiliki 7.000 roket dengan berbagai jangkauan, yang dapat mencakup hampir seluruh wilayah Israel, bersama dengan 300 rudal anti-tank dan 100 rudal ruang udara.
Baca Juga: Mirip dengan Iron Dome, Inilah Sistem Anti-Rudal C-RAM, Benarkah Indonesia Sudah Memilikinya?
Selain itu, Hamas memiliki puluhan drone, memiliki tentara 30.000 pejuang, termasuk 400 pasukan komando angkatan laut.
Selama konflik ini, Hamas memperkenalkan senjata baru seperti drone serang, kendaraan bawah air tak berawak dan roket tak berawak bernama "Ayyash" dengan jangkauan 250 km.
Israel mengklaim sistem baru ini telah dinonaktifkan atau tidak dapat melancarkan serangan langsung ke wilayah Israel.
Militer Israel mengatakan operasi saat ini telah memberikan pukulan telak bagi fasilitas penelitian, penyimpanan dan produksi senjata Hamas.
Namun, para pejabat Israel mengakui bahwa mereka tidak dapat menghentikan Hamas untuk terus meluncurkan roket ke wilayah Israel.
Tidak seperti peluru kendali, roket seringkali kurang akurat dan telah dicegat oleh pertahanan Iron Dome Israel.
Namun, dengan terus-menerus menantang kekuatan Israel, Hamas mungkin ingin mengirimkan pesan kunci.
"Tujuan Hamas bukanlah penghancuran militer Israel. Bagaimanapun, roket hanyalah alat untuk menciptakan pengaruh dan menulis ulang aturan permainan," kata pakar Hinz.