Demi Menyenangkan Mayoritas Agama di Timor Leste, Ternyata Ini Cerita di Balik Pembangunan Patung Cristo Rei Dili

Khaerunisa

Penulis

Patung Cristo Rei, Timor Leste

Intisari-Online.com - Mayoritas agama di Timor Leste adalah Kristen, tepatnya Kristen Katolik.

Bahkan, Timor Leste termasuk negara dengan agama kristen terbesar secara presentase di wilayah Asia Tenggara.

Presentase agama Kristen di Timor Leste adalah sekitar 99 persen dari total populasinya.

Rupanya, hal itu menjadi salah satu motivasi Presiden Soeharto untuk membangun patung fenomenal Timor Leste, Patung Cristo Rei.

Baca Juga: Cerita Anak-anak Timor Leste yang Dicuri Tentara Indonesia, Dijadikan Anak hingga Pembantu

Ya, patung yang kini menjadi salah satu destinasi wisata paling menarik di Bumi Lorosae itu dibangun oleh Presiden RI ke-2, Presiden Soeharto.

Seperti diketahui, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Timor Leste menjadi bagian wilayah Indonesia melalui invasi oleh militer Indonesia yang dimulai tahun 1975.

Invasi Timor Leste yang saat itu dikenal sebagai Timor Timur memakan banyak korban, diperkirakan ratusan ribu orang Timor Leste meninggal, terluka, atau tertangkap.

Tentunya itu meninggalkan luka bagi rakyat Timor Leste.

Baca Juga: Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa, Beginilah Fungsi dan Artinya

Melansir atlasobscura.com, patung Cristo Rei dibangun oleh Presiden Soeharto sebagai hadiah dari Indonesia kepada Timor Leste.

Patung fenomenal ini dibangun pada tahun 1996.

Saat itu, Presiden Soeharto ingin memperingati 20 tahun invasi dan aneksasi Indonesia atas Timor Timur dengan setengah meminta maaf kepada rakyat Timor Timur atas beberapa dekade pendudukan Indonesia.

Disebut Suharto, seorang Muslim, membangun patung Yesus raksasa berdiri di atas bola dunia, yang dapat diakses dengan tangga 590 langkah.

Baca Juga: Padahal Brutal, Ini Alasan Amerika Masih Mati-matian Dukung Israel Hancurkan Palestina

Patung yang berdiri kokoh di Dili itu dibangun di kota Bandung, Indonesia.

Hampir semua pekerja yang mengukir wajah Yesus menjadi tembaga adalah Muslim.

Namun ternyata, dengan tiga bulan pembangunan dan biaya 5 miliar rupiah ($ 559.000), pemerintah Indonesia masih gagal untuk menenangkan hati mayoritas rakyat Timor.

Disebut bahwa alasannya adalah karena Soeharto memiringkan patung itu menghadap ibu kota Indonesia, Jakarta, yang menimbulkan kontroversi di antara orang Timor.

Baca Juga: Cek Weton Rabu Wage : Watak, Keberuntungan, dan Jodoh yang Tepat Bagi Pemilik Weton Rabu Wage

Dikatakan bahwa tipuan tersebut tidak banyak berpengaruh dalam menghentikan gerakan kemerdekaan Timor Timur, sisi yang sangat banyakdipilih rakyat Timor pada tahun 1999.

Seperti diketahui, referendum Timor Timur untuk menentukan nasib wilayah ini digelar pada 30 Agustus 1999.

Referendum Timor Timur digelar setelah lengsernya pemerintah Soeharto atau ketika Indonesia berada di bawak pemerintahan Presiden BJ Habibie.

Perlawanan rakyat Timor Leste selama dua dekade pendudukan Indonesia akhirnya menemui hasil dengan diselenggarakannya jejak pendapat tersebut.

Baca Juga: 5 Tokoh Perintis Kebangkitan Nasional yang Kini Diperingati Setiap 20 Mei

Kemudian hasil referendum Timor Leste pun menunjukkan hasil bahwa mayoritas rakyat Timor Leste menginginkan kemerdekaan dan menolak integrasi dengan Indonesia.

Kemerdekaan Timor Leste resmi diakui secara internasional pada tahun 2002.

Dengan hasil referendum tersebut, Timor Leste lepas dari Indonesia dan tidak lagi menjadi bagian wilayah Indonesia.

Meski begitu, patung Kristus di Dili tersebut masih berdiri hingga saat ini, menjadi salah satu warisan pemerintah Indonesia di Timor Leste.

Baca Juga: Memahami Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa dengan Ideologinya

Presiden Soeharto Tetap Dipandang Berjasa Bagi Timor Leste

Diakui oleh rakyat Timor Leste, meski banyak penderitaan dirasakan, namun tak dapat dipungkiri bahwa selama berada di bawah pimpinan Soeharto, pembangunan dilakukan di Bumi Lorosae.

Hal itu seperti yang diungkapkan peraih Nobel Perdamaian 1996 dan mantan Administrator Apostolik Dioses Dili, Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo, di Portugal, Senin (28/1/2008), dikutip dari Kompas.com.

Menurutnya, seluruh rakyat Timor Timur, yang kini dikenal Timor Leste, kapan saja dan dimana pun berada tidak akan pernah melupakan jasa besar mantan Presiden Soeharto dalam membangun rakyat dan tanah Timor Lorosae selama masa integrasi Timor Timur dengan Indonesia.

"Orang Timor Lorosae tidak akan pernah melupakan jasa besar Pak Harto dalam membangun Timtim di segala bidang kehidupan.

"Kita berharap, walaupun Pak Harto telah meninggal dunia namun para pemimpin bangsa Indonesia yang menggantikannya memiliki semangat membangun seperti Pak Harto dan terus menjalin kerja sama Indonesia dengan Timor Leste demi tercapai perdamaian dan kesejahteraan bersama," kata Belo.

Baca Juga: Misteri Sakhrah di Masjid Al Aqsa, Batu Pijakan Nabi Muhammad SAW Saat Mi’raj

(*)

Artikel Terkait