Fretilin di Bibiliu dikendalikan oleh Lere Anan Timor, dan pasukannya dikenal pasukan paling kuat dan berbahaya saat itu.
Basis mereka adalah Aimanasrai (tanah cabai rawit) yaitu daerah rawa-rawa subur membentang luas dengan berbagai sumber makanan.
Tim Batalyon 514 menyusup rawa tersebut dengan senyap setelah pelajaran meninggalnya Pratu Tosan.
Tim pimpinan Sersan Satu Hasan itu mendapati dua gerilyawan Fretilin berjalan di tengah rawa tanpa senjata, kemungkinan mereka akan mandi atau mencari makanan.
Segera saja Batalyon 514 menyergapnya, salah satunya ditangkap hidup-hidup satunya lagi melarikan diri.
Gerilyawan yang tertangkap bernama Filomino Manuaman yang kemudian dibawa untuk interogasi, ia mengaku pernah terlibat dalam kontak senjata dengan Batalyon 611 sebelum Batalyon 514 sampai di tempat itu.
Filomino mendapat luka tembak dengan Batalyon 611, kemudian Batalyon 514 merawatnya.
Lambat laun diajak berbicara dengan bahasa Tetun dan diperlakukan dengan baik, ia justru patuh mengerjakan tugas-tugas untuknya di posko dan kemudian ia ikut dalam gerakan posko mobil 514 di Bibiliu.