Penulis
Intisari-Online.com - Baru pada tahun 2016, setelah puluhan tahun berlalu, tugu peringatan korban Holocaust pertama didirikan di Suriname.
Pada tugu peringatan yang didirikan di ibukota Suriname, Paramarimbo, lebih dari 100 nama Yahudi terukir dengan huruf emas di sekitar 3 sisinya.
Monumen tersebut terletak berdekatan dengan sinagoga Neve Shalom yang megah.
Itu adalah monumen pertama yang didirikan Suriname untuk para korban Holocaust lokal di wilayah Karibia.
"Meskipun mereka berada di bagian utara Amerika Selatan, dampaknya sangat besar - 105 orang Yahudi terjebak di tempat yang salah pada waktu yang salah," kata Jacob Steinberg, seorang profesional tambang emas yang berperan penting dalam menggalang dana untuk monumen tersebut, mengutip The Times of Israel.
Suriname, negara yang merdeka pada tahun 1975 ini kehilangan hampir seperlima dari populasi Yahudinya selama Holocaust, menurut Steinberg.
Suriname pada saat Holocaust terjadi, adalah koloni Belanda yang dikenal sebagai Guyana Belanda.
Tidak adanya universitas di sana kala itu, membuat anak-anak muda sering pergi ke Belanda untuk melanjutkan pendidikan atau memajukan karir mereka, jelas Steinberg.
Baca Juga: Isi Perjanjian Roem Royen dan Dampaknya Bagi Indonesia, Termasuk Dibebaskannya Soekarno dan Hatta
Ternyata, kepergian mereka membuat sebagian terjebak dalam mesin kematian Nazi.
Berada di tempat dan waktu yang salah, mereka pun tidak pernah kembali lagi ke rumah.
“Bibi, paman, sepupu - mereka dijemput oleh Nazi, dan setelah perang mereka tidak kembali,” kata Evelyn Stroobach, yang neneknya, Rebecca Fernandes, adalah seorang Yahudi Suriname yang selamat dari perang dengan bersembunyi.
Menurut Times of Israel, ada beberapa Fernandes yang terbunuh di Auschwitz, dan mungkin mereka adalah kerabat.
Salah satu korbannya adalah paman buyut Stroobach, Abraham Samuel Fernandes, yang lahir di Suriname tetapi pergi bekerja di Belanda sebelum perang.
Dia bergabung dengan perlawanan Belanda, tetapi dia ditangkap dan dikirim ke penjara, di sana dia disiksa dan dibunuh pada usia 34.
"Ketika mereka tahu dia orang Yahudi, dia mendapat perlakuan terburuk," tutur Stroobach.
Dia mengatakan ibu dan neneknya selamat dari perang dengan tinggal di lingkungan non-Yahudi di Amsterdam dan hampir tidak pernah meninggalkan rumah.
Menanggapi pendirian monumen peringatan korban Holocaust pertama di Suriname, Stroobach mengungkapkan kepuasannya.
Ia mengatakan "sungguh luar biasa" bahwa sebuah monumen untuk para korban Holocaust akhirnya didirikan di Suriname.
“Hitler mengatakan tidak ada yang akan mengingat. Kami harus membuktikan Hitler salah karena kami akan selalu ingat, ”katanya.
Selain nama 105 korban Holocaust, monumen tersebut mencantumkan tanggal lahir dan kematian mereka, serta nama kamp Nazi di mana kehidupan mereka berakhir. Sebagian besar dibunuh di Auschwitz, kata Steinberg.
Sementara itu, melansir sdjewishworld.com, pada 27 Januari 2020, bertepatan peringatan 75 tahun Hari Peringatan Holocaust Internasional, sebuah tugu peringatan granit hitam baru.
Itu juga diukir dengan huruf emas, didedikasikan di sebelah Monumen Holocaust Suriname tersebut.
Ukiran ditulis ditulis dalam bahasa Inggris dan Belanda, berbunyi: “Monumen ini untuk mengenang pria, wanita dan anak-anak Yahudi Suriname yang terbunuh dalam Holocaust.
"Holocaust adalah pembunuhan enam juta orang Yahudi pada tahun 1939-1945 oleh pemerintah Nazi Jerman dan kolaboratornya."
Baca Juga: Pancasila sebagai Sistem Filsafat untuk Menunjang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
Komunitas Yahudi Suriname
Melansir The Times of Israel, Komunitas Yahudi Sephardic Suriname berasal dari abad ke-17.
Orang-orang Yahudi Portugis dan Spanyol pindah ke daerah itu karena mereka diizinkan untuk memiliki tanah dan diberi kebebasan untuk membentuk milisi mereka sendiri.
Mereka mulai sebagai penanam, tetapi kemudian memperoleh perkebunan tebu dan memiliki budak, kata Steinberg.
Mereka mendirikan komunitas dengan nama seperti Torarica, Savannah Yahudi, dan Yerusalem di Sungai.
Baca Juga: Bau Tak Sedap dari Saluran Air Selalu Muncul? Begini Cara Mudah Menghilangkannya
“Negara Yahudi otonom pertama, bisa dibilang, berada di Suriname pada abad ke-17,” kata Steinberg yang telah melakukan penelitian ekstensif tentang sejarah komunitas.
Dia mengatakan pengunjung ke negara itu masih dapat melihat batu nisan dan sinagog Yahudi abad ke-17 di hutan.
"Orang Yahudi adalah pemukim pertama," katanya.
“Para petani Belanda datang untuk mencari uang dan kembali ke Belanda. Orang-orang Yahudi tetap tinggal. Mereka datang untuk hidup dalam masyarakat bebas," ungkapnya.
Ada sekitar 2.000 populasi orang Yahudia pada abad ke-18 di Suriname, namun mereka mulai meninggalkan Suriname setelah runtuhnya ekonomi perkebunan.
"Bahkan lebih banyak lagi yang pergi setelah Suriname merdeka dari Belanda pada tahun 1975, kata Steinberg.
Dikatakan, hanya sekitar 100 orang Yahudi dan satu sinagoga yang tersisa di negara itu hari ini.
Banyak yang bercampur dan berasimilasi dengan non-Yahudi, tambahnya.
(*)