Penulis
Intisari-online.com - Indonesia kehilangan salah satu Alutsistanya pada Rabu (21/4/21).
Kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang kontak pada tanggal tersebut, dan setelah dilakukan pencarian, kapal itu dinyatakan tenggelam di laut Bali.
Atas insiden tersebut, Indonesia kini kehilangan salah satu kapal selam terbaiknya.
Oleh karena itu, Kini Indonesia hanya memiliki 4 kapal selam utama, di antaranya adalah kapal selam Cakra-401, kapal selam Nagapasa-403, kapal selam Ardedeli-404, dan kapal selam Alugoro-405.
Pada Maret 2021 lalu, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto sempat menyinggung soal beberapa Alutsista yang ingin diboyongnya.
Untuk memodernisasi Alutsista Indonesia, Prabowo melakukan safari ke berbagai negara.
Dari perjalanan tersebut, setidaknya ada dua kapal selam yang sudah disodorkan ke Indonesia, meski belum ada kesepakatan.
Seperti dirangkum dari berbagai sumber,dua kapal selam tersebut, adalah buatan Prancis dan satunya adalah buatan Jerman.
Pertama, kapal selam yang disodorkan tersebut adalah kapal selam Riachuelo, pada Desember 2020.
Dilaporkan bahwa Prabowo telah berdiskusi dengan konsorsium perusahaan galangan kapal asal Prancis Naval Group.
Seperti dilaporkan, Indonesia menjajaki pemesanan kapal kelas Riachuelo, yang merupakan hasil modifikasi dari Scorpene.
Scorpene sendiri merupakan kapal selam konvensional yang dirancang Naval Group Prancis, untuk diekspor.
Naval Group juga memberikan tawaran promosi dengan iming-iming transfer teknologi, dalam pembelian kapal selamnya tersebut.
Sudah ada 14 kapal selam kelas Scorpene yang dioperasikan di luar Prancis.
Beberapa negara seperti Chili memiliki 2 unit, Malaysia 2 unit, India 6 unit, hingga Brasil 4 unit.
Kapal selam itu juga bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan spesifik negara pemesannya.
Scorpene dirancang memiliki banyak fungsi, cocok beroperasi di lautan dangkal, dan bisa menjalankan banyak misi seperti, perang anti-permukaan, perang anti-kapal selam, dan kegiatan intelijen.
Spesifikasinya antara lain, memiliki beban 1.600-2.000 ton, panjang 72 meter dengan kecepatan 20 knot.
Bisa menyelam lebih dari 300 meter selama 45 hari, dengan kapasitas 35 awak.
Bisa membawa 18 muatan senjata, 6 laras dan mampu beroperasi di laut lebih dari 240 hari, per tahunnya.
Kedua adalah kapal selam tipe 214, dari Jerman yang sudah melakukan pertemuan dengan BUMN dan Menteri Pertahanan.
Kapal ini buatan Thyssen-Krupp Marine Systems (TKMS), produsen kapal selam asal Jerman, dengan tawaran pengadaaan kapal selam Disel Listrik (SSK) tipe 214 pada TNI AL.
Kapal selam ini merupakan yang tercanggih buatan TKMS Jerman dengan tipe Hybrid.
SSK tipe 214, merupakan kapal selam dengan kompartemen berlambung tunggal yang menggabungkan prinsip desain dari tipe sebelumnya, yaitu 209 dan 212A.
Penggabungan ini, menjadikan 214 memiliki solusi hemat biaya operasional.
Memiliki panjang 72 meter dengan diameter pressure hull 6,3 meter, kapal ini bisa menampung 27 kru dengan 8 tabung senjata.
SSK tipe 214 juga mampu menyelam di kedalaman 400 meter, dan bisa menampung makaan air bersih dan bahan bakar untuk beroperasi selama 84 hari.
Dilengkapi teknologi Fuel Cell Air-Independent Propulsion System terbaru, meningkatkan ketahanan saat dikedalaman laut, dan mengurangi terdeteksi.
Selain itu SSK tipe 214 mampu membawa berbagai senjata besar, seperti rudal dengan kemampuan melesat dan kecepatan maksimal tanpa menimbulkan kebisingan.