Find Us On Social Media :

Dikenal Sebagai Negara dengan Pengaruh Komunis Kuat, Ternyata Sejarah Islam di China Malah Sudah Berkembang Jauh Sebelum Terkena Pengaruh Komunis

By Mentari DP, Kamis, 22 April 2021 | 19:30 WIB

Aksi kekerasan polisi China terhadap muslim Uighur.

Intisari-Online.com - Negara China dikenal sebagai negara Komunis terbesar di dunia.

Walau begitu, ada beberapa umat Muslim yang tinggal di sana.

Salah satunya Muslim Uighur.

Baca Juga: Mahathir Sudah Berkoar-koar tentang Jebakan Utang China, Nyatanya Kini Malaysia Kian Makin Mesra dengan China, Pejabat yang Berperan dalam Bencana MH370 Ini Dalangnya

Namun sayangnya informasi yang didapat Muslim Uighur tidak mendapat kehidupan yang selayaknya.

Dilansir dari kompas.com pada Kamis (22/4/2021), lebih dari 1 juta Muslim Uighur dilaporkan ditahan  di pusat-pusat penahanan di provinsi paling barat Xinjiang, China.

Bahkan PBB mencurigai praktik genosida terhadap Muslim Uighur. 

Tentu saja sikap China terhadap Muslim Uighur itu langsung mendapat protes dari berbagai negara.

Masalahnya, mengapa umat Muslim di China tidak mendapat keadilan?

Baca Juga: Hilang Kontak, Diduga KRI Nanggala-402 Tenggelam di Palung Sedalam 700 Meter: Tak Disangka Seperti Ini Kondisi Palung Terdalam di Bumi, Penyelam Sampai Geleng-geleng Kepala

 

Lebih lanjut, bagaimana sejarah Islam di China bisa berkembang?

Tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya sejarah Islam di China sudah ada sejak lama. Tepatnya sejak abad ke-7.

Awal mulanya berasal dari utusan dari Timur Tengah yang menemui Kaisar Gaozong dari Dinasti Tang.

Bahkan tak lama setelah kedatangan utusan itu, masjib pertama dibangun.

Tujuannya untuk orang Arab dan Persia yang berkeliling Samudera Hindia dan Laut China Selatan.

Laut China Selatan memang telah menjadi tempat berlabuhnya banyak kapal dan pelabuhan tersebar di sepanjang area.

Situasi berubah ketika memasuki abad ke-13 di bawah Dinasti Yuan Mongol.

Saat itu, umat Islam datang ke China dalam jumlah besar.

Karena kewalahan menjalankan birokrasi, kekaisaran China meminta bantuan umat Muslim yang berada di ota-kota penting Jalur Sutra.

Seperti dari Bukhara dan Samarkand di Asia Tengah.

Setiap harinya ratusan hingga ribuan umat Muslim dari Asia Tengah dan Persia datang membantu dan mengembangkan Istana Yuan.

Tak heran ada banyak orang yang melakukan pernikahan antarbudaya dengan warga setempat.

Baca Juga: Masalah atau Gimmick Belaka? Baru 5 Bulan Menikah, Mendadak Nathalie Holscher Hapus Foto Sule hingga Curhat 'Kuat': Faktanya Pasangan yang Beneran Bahagia Jarang Pamer Kemesraan di Media Sosial

Selama kejadian itu, tradisi budaya China dan budaya Muslim bersatu.

Kehidupan itu berjalan hingga 300 tahun berikutnya.

Bahkan selama Dinasti Ming, umat Muslim memegang pengaruh penting dalam pemerintahan China.

Misalnya ada Zheng He atau Cheng Ho, laksamana Muslim yang memimpin armada China.

Melansir dari The Conversation pada 2019, data tahun 2019 menyebutkan setidaknya ada 1,6 persen dari total populasi di China atau sekitar 22 juta orang adalah umat Muslim.

Wah, banyak juga yang populasi umat Muslim di China?

Baca Juga: Pantas Petinggi China Sampai Gelagapan Menjawab, Cara Menteri Malaysia Ini Menjilat China Benar-benar Bak Serahkan Leher Negeri Jiran ke Tangan Negeri Tirai Bambu