Penulis
Intisari-online.com - Kapal Selam milik Indonesia KRI Nanggala-402 dikabarkan hilang kontak pada Rabu (21/4/21) di laut Bali.
Kapal ini merupakan salah satu alutsista milik militer Indonesia, yang dimiliki tahun 1981.
Sementara itu, kapal selam Indonesia telah banyak melakukan misi-misi penting untuk menjaga kedaulatan wilayah Indonesia.
Termasuk perang melawan Belanda pada saat mempertahankan Indonesia, dan merebut pulau Papua.
Menurut National Interest, salah satu pertempuran epik yang dilakukan oleh kapal selam Indonesia adalah saat menjalankan misi di Papua.
Pada mulanya kapal selam berbobot 1.470 ton dikirim ke Indonesia pertama antara tahun 1959-1962, bersama torpedo akustik anti-kapal SAET-50, yang sangat canggih saat itu.
Awak pertama Indonesia, melakukan pelatihan sembilan bulan di Gdansk, Polandia dari instruktur Rusia dengan Bahasa Inggris, di Baltik.
Tujuannya adalah satu melakukan misi merebut kembali Papua dari Belanda menggunakan kapal selam Indonesia.
Kisah ini dijelaskan oleh Laksamana Pramono Agung dalam buku "Sejarah Skuadron Kapal Selam Indonesia."
Ada tiga pengerahan kapal selam menuju papua, dalam operasi militer yang disebut Jaya Wijaya 1 melawan Belanda di Papua Barat.
KRI Nagabanda (403), KRI Trisula (402), dan KRI Tjandrasa (408) berhasil melancarkan serangan terhadap pasukan Belanda, di Papua Barat.
Dalam operasi Tjakra II, Tjandrasa berhasil menyusup ke wilayah musuh hingga mendaratkan pasukan khusus Indonesia di pulau tersebut, membawa 15 personel di dekat Sentani.
Atas keberhasilan operasi tersebut, Pemerintah Indonesia menganugerahi Tjandrasa dan krunya dengan medali bergengsi "Bintang Sakti".
Hingga saat ini, Tjandrasa adalah satu-satunya kapal angkatan laut yang dianugerahi medali tersebut.
Pada April 1963, dalam operasi VISHNU MUKTI, KRl Nagarangsang, Tjundamani dan Alugoro kembali melakukan 'unjuk kekuatan' di perairan Papua Barat.
Pada saat itu misi ini menggambarkan insiden mengerikan yang melibatkan nagabanda dekat Biak pada tahun 1962, dengan kisah sebagai berikut:
"Pukul 12.15 tiba-tiba ada perintah untuk menyelam hingga kedalaman 15 meter. Komandan kapal selam Mayor Tjipto Wignjoprajitno tersentak sambil berujar : Mereka terbang di atas kita! Jika mereka menjatuhkan bom, kita tamat!"
Ternyata malam itu pesawat Neptunus Belanda mendekati Nagabanda dari belakang. Awak hanya mendeteksi saat pesawat berada di atas mereka.
Nagabanda terus menyelam hingga kedalaman 50 meter. Tiba-tiba terdengar suara: ping ... ping ... ping ... Ternyata Belanda telah menjatuhkan sonar buoy.
Nagabanda terus menyelam hingga 70 meter. Segera setelah itu, Belanda mulai menurunkan muatan ke kedalaman.
Selama tiga jam Nagabanda terus melakukan gerakan zig-zag sambil terendam.
Akibatkan kapal terus menyelam, sehingga kondisi kapal selam menjadi kritis, terutama setelah kemudi horizontal kapal selam mengalami kerusakan. Perahu tidak bisa lagi berhenti dari penyelamannya.
Komandan Nagabanda memutuskan untuk mematikan mesin diesel agar tidak terlalu dalam.
Setelah itu mereka mencari "landasan pacu cair" (lapisan air laut yang kepadatannya lebih tinggi dari perairan di sekitarnya). Di sana mereka diam saja sambil mematikan semua peralatan penghasil bunyi.
Bahkan awaknya pun dilarang bergerak.
Mereka bertahan di udara pengap, panas dan kekurangan oksigen selama 36 jam sebelum akhirnya yakin skuadron Belanda pindah.
Tengah malam mereka naik ke permukaan laut dengan meniup pemberat.
Dari sana mereka berlayar ke Halmahera, di mana mereka menemukan kerusakan pada kemudi horizontal yang disebabkan oleh daun setir kanan dan kiri terlepas karena ledakan muatan yang dalam.
Misi tersebut sukses mengelabui Belanda, lalu Indonesia menebar ketakutan dengan sebuah foto yang disebarkan.
Kelas Whiskey Alugoro difoto saat melakukan uji tembak rudal jelajah anti-kapal SSN-3 Shaddock yang dipasok oleh Soviet.
Uji coba rudal sayap lipat besar, yang harus ditembakkan saat muncul ke permukaan, mungkin dimaksudkan untuk mengintimidasi pasukan Belanda.
Jakarta akhirnya mencapai tujuannya untuk memaksa Belanda keluar dari Papua Barat.
Tak hanya misi mencekam di Papua, kapal selam Indonesia juga melakukan misi penting di Malaysia dll.
Dari tahun 1963–1966, secara militer tidak berhasil menentang pembentukan negara Malaysia merdeka, menariknya ke dalam bentrokan berulang dengan pasukan Australia.
Tahun 1964, Nagabanda dikirim untuk memata-matai pesisir Australia Barat, yang ternyata memiliki perairan yang lebih dingin daripada biasanya para awaknya.
Saat berbalik, mereka memutuskan untuk membuang sampahnya di perairan Australia, terutama kaleng makanan kosong bertuliskan "Made In Indonesia."
Tujuannya membuat Australia menyadari, Indonesia berhasil menyusup wilayah mereka tanpa ketahuan.
Kemudian, Nagabanda juga dikirim untuk memotret pantai Terengganu Malaysia untuk menentukan apakah layak untuk mendaratkan pasukan di sana.