Penulis
Intisari-online.com -Presiden pertama Indonesia Soekarno terkenal karena kharisma, keberaniannya dan pandangannya yang khas.
Ia meraih perhatian dunia di kemerdekaan Indonesia setelah memimpin pergerakan kemerdekaan melawan pemerintahan kolonial Belanda.
Selanjutnya, Soekarno memasuki kantor presiden dengan dukungan yang tumpah-tumpah dan digadang-gadang sebagai pahlawan nasional.
Namun tentu saja ada reputasi yang melekat padanya.
Soekarno dikenal sebagai sosok yang mencintai negaranya, Republik Indonesia.
Ia juga dikenal sebagai sosok yang mencintai wanita.
Hal itu pun menarik para intelijen kuat di dunia, mengira hal itu sebagai celah Soekarno dan ia bisa kalah dengan jebakan cinta.
Puncaknya adalah pada Perang Dingin di mana sejarah mencatat Soekarno mulai 'dibribik' dan dipepet oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet.
Indonesia memang saat itu dianggap akan memerankan hal penting di Perang Dingin, dan mata dua negara adidaya itu menyorot kepulauan negeri ini tanpa lelah karena negaranya padat, penting secara strategi dan pada saat itu menjadi rumah dari partai komunis terbesar di luar Uni Soviet.
Soekarno sendiri bukanlah seorang komunis, tapi banyak memiliki rekan komunis dan ia setuju beberapa kecenderungan ideologi tersebut, tapi di balik kebijakan bebas aktif, ia tetap bisa bercengkerama dengan baik dengan para pemimpin Blok Barat.
Itulah sebabnya Moskow dan Washington layaknya berebut Indonesia selama puluhan tahun.
Aksi rebutan ini bahkan sampai melibatkan jebakan cinta untuk membungkam Soekarno dan mengancamnya.
Sayangnya, kedua negara di bawah agen mata-mata mereka tidak ada yang berhasil.
Melansir medium.com, di tahun 1955 CIA tengah kebingungan untuk menggulingkan Soekarno, setelah upaya dengan jor-joran dana jutaan Dolar untuk mencurangi pemilu Indonesia tahun 1955 gagal total.
CIA kemudian merencanakan operasi paramiliter skala besar, tapi rencana itu ditunda karena dianggap bisa menjadi senjata makan tuan.
Saat itulah ada laporan muncul jika Soekarno terlibat hubungan gelap dengan pramugari, yang bisa jadi merupakan mata-mata KGB.
CIA langsung berupaya mengeksploitasi hubungan cinta terlarang Soekarno tersebut untuk mencoreng namanya.
Awalnya CIA bergantung pada penyebaran gosip dan mendorong laporan hubungan gelap itu ke mana saja.
"Idenya adalah Soekarno digambarkan seorang playboy yang justru menjebak dirinya sendiri dalam pesona agen wanita Soviet," tulis William Blum di bukunya Killing Hope: U.S. Military and CIA Interventions Since World War II.
"Ia telah jatuh ke tangan Soviet, seperti tulisan laporan CIA, atas hasil pengaruh wanita atau karena ia diperas oleh wanita itu, atau keduanya."
Saat itu memang benar Soekarno pergi ke Uni Soviet dan ia ditemani pramugari cantik berambut pirang saat kunjungan itu, dan wanita itu kemudian pergi ke Indonesia dengan pejabat Soviet Kliment Voroshilov dan terlihat bersama Soekarno beberapa kali, menurut Blum.
Serta, Uni Soviet memang berupaya mengancam Soekarno dengan merekam aksi panasnya dengan sekelompok pramugari.
"Ketika… Soekarno kunjungi Moskow tahun 1960-an, KGB berupaya menjebaknya dengan honey trap, mengirimkan sekelompok wanita muda cantik yang berperan sebagai pramugari ke hotelnya," tulis Tim Lister di CNN.
Namun waktu Lister kurang tepat, sumber lain mengatakan KGB sedang menggodok cerita Soekarno itu pada 1957 atau 1958.
Namun KGB juga gagal, karena Soekarno tidak menyembunyikan kehidupan cintanya.
Soekarno dengan terbuka mendukung poligami, dengan memiliki 4 istri resmi sementara menjaga pernikahan "de fakto" dengan istri kelima, seperti dijelaskan Elizabeth Martyn di The Women's Movement in Postcolonial Indonesia.
Tidak heran upaya KGB menjebaknya gagal total, bahkan disebut-sebut Soekarno meminta rekaman aktivitasnya dengan kru pramugari tersebut.
Namun CIA tidak tahu jika KGB gagal menjebak Soekarno, dan kemudian mereka terus-terusan menyebarkan gosip jika Soviet menjebak Soekarno dengan 'rekaman di pesawat'.
CIA juga saat itu mulai melakukan aksi paramiliter ke Indonesia.
CIA melatih dan mempersenjatai puluhan ribu pemberontak dan "tentara penyelamat" dari Filipina, Taiwan, dan AS di pangkalan militer di Okinawa, Filipina, dan Singapura, menurut Blum.
Akhirnya pemberontakan terjadi pada awal tahun 1958, dan CIA terus-terusan menyediakan senjata untuk menggempur Indonesia, tapi pemberontakan itu kurang efektif.
Akhirnya CIA menggunakan senjata alternatif yaitu propaganda jika Soekarno mudah tergoda dengan wanita.
Joseph Burkholder Smith, yang memimpin operasi CIA di Indonesia dari 1956-1958 menulis di memoarnya, "Kami berhasil dengan tema ini, berita tentang hubungan gelap Soekarno muncul di media dunia, dan saat media Inggris Round Table mengusut hubungan gelap internasional, jebakan mata-mata Rusia kepada Soekarno masuk ke dalam daftar analisis mereka."
CIA kemudian merasa hal ini sukses dan mereka perlu bukti lebih banyak agar citra Soekarno sepenuhnya runtuh, dan kemudian CIA memutuskan untuk membuat video kejadian Soekarno dan kru pramugari Rusia di pesawat.
Tentu saja CIA kesulitan membuatnya, karena sulit mencari sosok seperti Soekarno di AS yaitu kulit sawo matang dan botak, sehingga CIA memutuskan menggunakan aktor yang kemudian menggunakan topeng dengan wajah Soekarno, tulis Blum.
Sampai sekarang, video buatan CIA ini juga sulit untuk rilis.
CIA tercatat berhasil mengkudeta Soekarno dengan bantuan sekutu Inggris MI6, dan membantu Soeharto untuk menjadi presiden selanjutnya.
Penggulingan Soekarno menjadi salah satu misi kudeta paling sukses yang dilaksanakan MI6, seperti dikutip dari The Independent.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini