Penulis
Intisari-online.com - Korea utara merupakan negara yang mengagung-agungkan kekuatan militer mereka.
Maka tak heran jika para wanita banyak yang berpartisipasi menjadi pasukan militer negara.
Meski demikian, terselip kisah tragis di dalamnya, perempuan Korea Utara yang menjadi pasukan militer ternyata alami kehidupan bak di neraka begitu mereka tinggal di barak.
MelansirFox News, sebuah artikel yang terbit tahun 2017, pernah mengekspose kehidupan getir yang dialami oleh tentara wanita di Korea Utara.
Tentara wanita di Korea Utara sering menjadi obyek pemerkosaan, dan beberapa terpaksa menggunakan kembali pembalut wanitanya.
Sementara itu, banyak dari mereka yang berhenti menstruasi sama sekali karena kondisi yang sulit selama tugas militer.
Hal itu dibocokan oleh seorang mantan tentara wanita Korea Utara yang menjadi pembelot, dia membongkar kekejaman rezim itu selama bertahun-tahun.
Le So Yeon, seorang pembelot yang tinggal di Korea Selatan menceritakannya pada BBC, tentang 10 tahun hidupnya di dalam barak pasukan militer Korea Utara.
Periode itu dimulai pada usia 17 tahun, dia bertugas sebagai pasukan militer tahun 1992 dan 2001, untungnya dia tidak pernah mengalami pelecehan seksual.
Tetapi dia menyaksikan teman-temannya menjadi sasaran kebejatan dari komandannya, banyak teman-temannya yang menderita pelecehan seksual.
"Komandan kompi biasanya akan tinggal di kamarnya di unit, setelah berjam-jam memperkosa tentara wanita di bawah komandonya, ini akan terjadi berulang tanpa akhir," kata Lee.
Militer Korea Utara mengatakan bahwa penanganan serius pelecehan seksual, dengan hukuman tujuh tahun bagi pria tang bersalah melakukannya..
Tetapi sebagian wanita yang diperkosa tidak mau bersaksi, jadi para pelaku sering lolos dari hukuman.
Diam dalam pelecehan seksual merupakan sikap patriatikal masyarakat Korea Utara.
Sikap yang sama memastikan bahwa wanita yang menjadi pasukan militer bisa melakukan sebagian besar tugasnya.
Lee yang berusia 41 saat diwawancarai BBC tahun 2017, mengatakan menikmati saat menjadi tentara.
Tetapi pelatihan yang ketat dan kurangnya bahan makanan membuat hidup menjadi prajurit wanita Korut sangat sulit.
"Setelah enam bulan sampai satu tahun kami hidup di barak, kami tidak bisa menstruasi karena kekurangan gizi, dan tinggal di lingkungan yang penuh tekanan," katanya.
"Para prajurit wanita mengatakan bahwa mereka senang tidak mengalami menstruasi, tetapi itu hal buruk, tetapi jika mereka mengalami menstruasi itu juga sangat buruk," jelasnya.
Lee mengatakan, prajurit wanita sering menggunakan kembali pembalut wanita.
Lee bergabung dengan tentara di masa remajanya secara sukarela, tetapi di bawah rezim Kim Jong-Un, wanita Korea Utara diminta untuk melayaninya setidaknya tujuh tahun di ketentaraan.
Dimulai pada usia 18 tahun, menurut BBC.
Mandat dilaksanakan tahun 2015, diperkirakan akan meningkatkan jumlah perempuan antara usia 18-25 tahun di militer.
Namun ada pengecualian bagi mereka yang memiliki bakat khusus seperti olahraga, dan musik.
Sementara itu, Lee memutuskan menjadi pembelot tahun 2008 dan melakukan dua upaya, dia ditangkap dan dikirim ke kamp penjara, namun berhasil melarikan diri setelah berenang di Sungai Tumen.