Penulis
Intisari-Online.com – Perang Dunia tidak hanya menyisakan duka bagi mereka yang terkena dampaknya, bahkan keluarga prajurit pun mengalami duka yang mendalam.
Tidak hanya itu, bahkan lingkungan hidup pun terpengaruh oleh tindakan yang mengerikan.
Daniel Cremin adalah pemimpin skuadron yang menerbangkan pesawat Spitfire dalam Perang Dunia II.
Pada 24 Maret 1942, pesawatnya menabrak pesawat lain selama latihan di Cornwall. Pesawat-pesawat itu hancur total.
Pesawat Cremin kehilangan satu sayap dan berputar ke tanah sementara pesawat lainnya menukik langsung ke tanah. Kedua pesawat dilalap api setelah benturan.
Keluarga Cremin menerima peti mati tertutup yang diberitahukan kepada mereka berisi jenazahnya.
Kemudian peti mati itu dimakamkan di Pemakaman Katolik Roma Wardour di Tisbury, Wiltshire.
Tujuh puluh lima tahun kemudian, Stuart Palmer mencari lokasi kecelakaan di dekat St Erth, Hayle, dengan detektor logamnya.
Dia menggali sedalam 1,22 meter dan menemukan apa yang dia yakini sebagai tulang manusia.
Palmer menghubungi polisi yang kemudian mengirim tulang tersebut untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Ketika laboratorium memastikan bahwa itu memang tulang manusia, sebuah tim dikirim ke situs tersebut untuk menyelidiki lebih dekat.
Kemudian mereka menemukan lagi dan lagi tulang manusia, hingga kemudian polisi mulai berusaha mengidentifikasi siapa pemiliknya.
Setelah penyelidikan lebih dekat dari lokasi kecelakaan, mereka memutuskan bahwa jenazah kemungkinan besar adalah milik salah satu pilot yang terlibat dalam kecelakaan itu.
Penyelidikan lebih lanjut membuat mereka yakin bahwa jasad itu adalah Cremin.
Pengujian DNA menggunakan sampel dari putra Cremin, Mark Cremin, memastikan bahwa jenazah tersebut memang miliknya.
Cremin lahir di Sydney pada tahun 1917. Ia mendaftar di Royal Australian Air Force pada tahun 1936.
Setelah berpartisipasi dalam program pertukaran pilot antara Inggris dan Australia, ia ditugaskan di Royal Air Force pada tahun 1938.
Dia bertugas di Timur Tengah dan dipromosikan menjadi letnan penerbangan pada tahun 1940.
Selama di Timur Tengah, dia bertemu Patricia Whitemore dekat Kairo, Mesir. Keduanya diam-diam menikah pada tahun 1939.
Ketika perang dimulai, dia kembali ke keluarganya di Wiltshire.
Putra Cremin, Mark, lahir pada bulan Februari 1940.
Cremin tetap bertugas di Timur Tengah. Cremin menerima Distinguished Flying Cross pada tahun 1941 atas keberaniannya selama pengepungan Habbaniya di Irak.
Saat Natal, Cremin pulang untuk menyambangi istrinya dan bertemu putranya untuk pertama kalinya.
Dia kemudian pergi ke Portreath di Cornwall di mana kemudian dia terbunuh.
Istrinya tinggal di Tisbury selama sisa hidupnya sampai dia meninggal dunia pada tahun 1974.
Mark Cremin percaya bahwa peti mati tertutup yang diterima keluarganya setelah kecelakaan itu berisi karung pasir.
Dia kemudian menguburkan tulang-tulang yang ditemukan oleh Palmer di kuburan asli ayahnya.
Pemeriksaan baru diadakan setelah jenazah diidentifikasi.
Pemeriksa mayat, Matthew Boyling, mendengar peristiwa kecelakaan itu dan tentang bagaimana Cremin adalah pilot yang dihormati.
Boyling kemudian mengeluarkan vonis kematian karena kecelakaan.
Keputusannya adalah Cremin meninggal di Fryther Farm tempat pesawatnya mendarat setelah tabrakan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari