Penulis
Intisari-online.com -Perdagangan dan pembelian senjata internasional telah meningkat setelah terjadi pertumbuhan tajam bertahun-tahun.
Pengiriman senjata skala besar masih tetap di tingkat yang sama antara 2011-2015 dan 2016-2020, menurut sebuah lembaga penelitian pertahanan SIPRI.
Melansir Al Jazeera, AS, Perancis dan Jerman telah meningkatkan penjualan senjata pada 5 tahun terakhir.
SIPRI, lembaga penelitian pertahanan di Swedia, merilis laporan perdagangan senjata pada 15 Maret 2021 lalu.
Perancis dan Jerman berhasil menggeser posisi Rusia dan China sebagai pengekspor senjata terbesar setelah AS.
Sementara itu penjualan senjata di negara-negara Timur Tengah telah meningkat drastis sebesar 25% dalam periode ini.
Pendorong utamanya adalah Arab Saudi yang bertambah 61%, Mesir (136%) dan Qatar (361%).
Meski angka penjualan ini tidak meningkat dibandingkan dua periode sebelumnya, penjualan senjata internasional saat ini tetap setara dengan akhir Perang Dingin lalu.
"Masih terlalu dini mengatakan periode pertumbuhan penjualan senjata selama dua dekade ini berakhir," ujar Pieter D. Wezeman, Peneliti Senir di SIPRI Arms and Military Expenditure Programme.
"Contohnya, dampak Covid-19 atas ekonomi dapat menyebabkan beberapa negara mengkaji ulang pembelian senjata pada tahun-tahun mendatang.
"Namun di saat yang sama, bahkan di puncak pandemi pun, beberapa negara tetap sepakati penjualan senjata secara besar-besaran."
AS tetap menjadi penjual senjata terbesar di dunia, mengirim senjata-senjata ke 96 negara selama 5 tahun terakhir.
Seperempat dari senjata yang diekspor AS masuk ke Arab Saudi.
Rusia adalah pengekspor senjata terbesar kedua, tapi ekspor ini menurun sebesar 22 persen.
Sebagian besar disebabkan karena kegagalan pengiriman senjata ke India.
SIPRI menyebutkan New Delhi mencari cara mengurangi ketergantungan atas senjata Rusia.
Meski begitu impor senjata India dari AS juga turun secara signifikan di waktu yang sama.
Ekspor senjata China sementara itu menurun sebesar 7.8%.
Penerima senjata China adalah Pakistan, Bangladesh dan Algeria.
Mesir, yang terlibat ketegangan dengan Turki atas sumber hidrokarbon di Mediterania timur, juga meningkatkan impor senjata sebesar 136%.
Baca Juga: Tak Gentar Ancaman Sanksi dari AS, Turki Tetap Akan Beli Lagi Rudal S-400 Buatan Rusia
Impor senjata Turki justru malah turun sebesar 59%.
Sebagian besar hal ini disebabkan karena AS menunda pengiriman jet tempur F-35 ke negara itu setelah Turki membeli sistem pertahanan udara Rusia.
Wilayah Asia Pasifik kemarin merupakan wilayah pengimpor senjata terbesar.
Asia Pasifik menerima 42% penjualan senjata global antara 2016 dan 2020.
India, Australia, China, Korea Selatan dan Pakistan adalah pengimpor terbesar di Asia Pasifik.
"Bagi negara-negara Asia dan Oseania, persepsi yang tumbuh jika China adalah ancaman adalah pengatur utama impor senjata," ujar Siemon Wezeman, peneliti senior di SIPRI.
"Lebih banyak impor senjata direncanakan dan beberapa negara di wilayah juga berupaya memproduksi senjata mereka sendiri."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini