Find Us On Social Media :

Berada di Jurang Kebangkrutan, 'Perdana Menteri Korup' Malaysia Ini Terungkap Pernah Nyaris Jual Malaysia ke China, Pantas Saja Malaysia Hanya Pasrah Saat Wilayah Maritimnya Diobok-obok China

By Afif Khoirul M, Jumat, 5 Maret 2021 | 18:13 WIB

Najib Razak pemimpin Malaysia yang dituduh dalam skandal 1MDB.

Jumlah yang harus dibayarkan atas nama 1MDB berjumlah total 7,46 miliar dollar AS.

Ini termasuk utang karena dana kekayaan kedaulatan Abu Dhabi yang saat itu menuntut 1MDB atas jaminan pinjaman yang belum dibayar.

Menurut dokumen Laporan Sarawak, dana talangan juga mencapai perusahaan yang dikendalikan oleh Jho Lo dan mantan Menteri Utama Sarawak yang kaya raya Taib Mahmud, yang digunakan untuk menyalurkan uang ke Najib.

Kesepakatan itu juga memberi China keuntungan tambahan selama bertahun-tahun yang akan datang.

Membatasi kemampuan Makaysia untuk membuka proyek-proyek selanjutnya menjadi penawaran kompetitif, terutama adopsi teknologi kereta api China untuk infrastruktur utama di masa depan.

CCCC akan mendapatkan potongan 10 tahun untuk GST dan pajak penghasilan, mengizinkan CCCC untuk memilih pemasok dan subkontraktor tanpa mengacu pada pemerintah.

Sedangkan pemerintah akan bertanggung jawab atas pembebasan lahan di sepanjang jalur tersebut.

Publikasi rincian ini, dianggap oleh banyak orang di Malaysia sebagai indikasi pengkhianatan dan juga korupsi, kemungkinan besar akan membuat Tiongkok gelisah.

Sudah cukup buruk bahwa AS telah meluncurkan tuntutan pidana terhadap banyak orang yang terkait dengan 1MDB dan yang melibatkan Najib di semua hal.

Pengungkapan terbaru menambah ancaman terhadap posisi Najib dan karenanya kemungkinan bahwa kesepakatan apa pun yang sekarang ditandatangani dengan CCCC nantinya akan ditolak oleh Malaysia karena dimenangkan secara korup.

Sementara itu, mengherankan bahwa sebuah partai yang berkuasa yang mengaku mewakili kepentingan rakyat Melayu.

Tetapi pemimpinnya jelas-jelas tidak hanya menyalahgunakan posisinya untuk menghasilkan uang bagi dirinya sendiri dan rekan-rekannya.

Mengalihkan banyak uang dari pembangunan ke kemewahan pribadi, dan, yang terburuk, telah menjual kepentingan nasional ke negara yang memaksakan klaimnya atas sebagian besar perairan Malaysia serta pulau Layang-Layang di lepas pantai Sabah.

Tidaklah mengherankan jika kekuatan angkatan laut Malaysia yang besar tidak melakukan apa pun untuk menghentikan penangkapan ikan Tiongkok di perairannya.