Dalam konteks banyaknya orang yang melintasi perbatasan China-Myanmar untuk menambang mineral sejak tahun 2016.
Eksploitasi sumber daya alam secara masif membuat Myanmar khawatir, tentang masalah lingkungan dan masalah hak eksploitasi di wilayah negara ini.
Namun, Ryan Castilloux, CEO Adamas Intelligence (Kanada), mengatakan kepada Nikkei Asia:
"Myanmar telah menjadi pemasok penting bijih tanah jarang ke China dalam beberapa tahun terakhir."
"Gangguan dari Myanmar dapat mendorong harga beberapa elemen tanah jarang menjadi sangat tinggi," katanya.
Jelas dalam hal ini merugikan China, di sisi lain China juga sangat bergantung dengan pasokan unsur tanah langka dari Myanmar ini.