Penulis
Intisari-Online.com -Kyal Sintewas saat terjadi bentrokan antara aparat dengan demonstran di kota Mandalay, Myanmar.
Gadis 19 tahun yang juga punya nama China Deng Jia X ituditembak mati oleh aparat Myanmar.
Kyal menjadi ikon perlawanan, terutama karena kaus yang dikenakannya saat turun ke jalan, "Semua akan baik-baik saja".
Dia masuk ke dalam 38 korban tewas bentrokan melawan aparat, hari paling berdarah sejak kudeta Myanmar pada 1 Februari.
Kyal Sin, dikenal dengan julukan Angel.
Foto yang beredar di media sosial memerlihatkan remaja itu merangkak di jalanan, di tengah gas air mata dan tembakan.
Seorang dokter kepada AFP membenarkan bahwa Kyal ditembak mati, dengan peluru itu menembus kepalanya.
Sebelum kematiannya, Kyal sempat mengungkapkan ingin mendonasikan organ tubuh.
Sebelum berdemonstrasi pada pekan ini, Kyal Sin disebut tidak hanya memasukkan golongan darah dan nomor telepon di Facebook.
Kyalmenyatakan, bakal menyumbangkan organ tubuh jika terjadi sesuatu padanya.
"Jika kalian membutuhkan, kalian bebas menghubungi saya di nomor yang tertera," ujar Angel seperti dikutip AFP Kamis (4/4/2021).
"Saya bisa menyumbangkan (organ tubuh) jika saya mati. Jika seseorang butuh pertolongan, saya bisa langsung memberikannya," kata dia.
Begitu kabar kematiannya menyebar, dengan tribut membanjiri internet, di mana salah satunya karya seni saat dia berpose sebelum tewas.
Baca Juga: Jangan Sembarangan, Segera Keluarkan Suban dari Kaki, Ini Manfaatnya
Di laman Facebook, Kyal menunjukkan beragam sisi, mulai dari kemampuannya menari, selfie, hingga hubungannya dengan sang ayah.
Dalam salah satu foto yang dia unggah di Februari, dia mengikatkan pita merah yang adalah simbol keberanian di tangan.
"Saya tak ingin mengunggah foto ini terlalu banyak. Hanya, terima kasih Ayah," kata dia disertai tagar #JusticeforMyanmar.
Kemudian pada November 2020, dia berpose setelah memberi suara di pemilu, yang memenangkan partai milik Aung San Suu Kyi.
Kyal berujar, "Untuk pertama kalinya di hidupku, saya melaksanakan tanggung jawab sebagai warga. Satu suara dari hati."
Para pelayat menyanyikan lagi revolusiner berjudul We Won't Forget Until the End of the World dalam pemakaman Kamis pagi.