Find Us On Social Media :

Dikecam Orang Indonesia Akibat Kejahatannya Pada Palestina, Siapa Sangka Perdana Menteri Israel Nethanyahu Pernah Sebut Nama Indonesia dan Inginkan Hal Ini

By Afif Khoirul M, Rabu, 24 Februari 2021 | 15:00 WIB

Perdana Menteri Israel Benjamin Nethanyahu, dan bendera Indonesia.

Intisari-online.com - Sudah bukan rahasia lagi jika Israel banyak dikecam oleh warga Indonesia atas tindakannya yang dianggap melanggar HAM.

Israel secara terang-terangngan merebut paksa tanah yang ditinggali Palestina, merampas kehidupan rakyat Palestina atas tempat tinggalnya.

Hal ini memicu seruan internasional untuk mengecam tindakan yang dilakukan oleh Israel.

Meski demikian tampaknya Israel penah menginginkan hubungan yang istimewa dengan Indonesia.

Baca Juga: Bukan karena Angin, Seorang Ibu di Palestina Berhasil Hamil Meski Suaminya di Penjara oleh Israel Lewat Berjuangan Mati-matian, Tanpa Pernah Bertemu

Menurut Times of Israel, perdana menteri Israel Benjamin Nethanyahu pernah mangatakan ingin memiliki hubungan baik dengan Indonesia.

Hal itu diungkapkan langsung oleh pada sebuah pertemuan dengan umat Kristen tahun 2018 silam.

Dia berbicara di depan umat Kristen untuk mempromosikan hubungan diplomatik dengan Indonesia.

Karena dia memandang dengan memiliki hubungan dengan indonesia akan sangat bermafaat bagi negara Yahudi tersebut, karena penduduk Indonesia yang besar.

 Baca Juga: Akhirnya Harapan untuk Hentikan Pandemi Covid-19 Bakal Terwujud, Israel Sebut Sudah Berhasil Atasi Virus Corona dengan Vaksin, Rahasianya Pun Bakal Diungkapkan

"Indonesia sangat, sangat penting bagi kami. Ini negara yang sangat penting," kata Netanyahu pada KTT Media Kristen Internasional di Yerusalem 2018 silam.

"Itu salah satu negara terakhir di dunia yang tidak memiliki hubungan terbuka dan kuat dengan Israel," tambahnya.

Menurut situs web KTT tersebut, acara empat hari tersebut mempertemukan sekelompok jurnalis Kristen terpilih dari seluruh dunia.

Mereka berkumpul untuk membahas topik-topik utama terkait Israel dan dunia Kristen.

Israel dan Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik formal.

Tetapi ada hubungan perdagangan dan pariwisata dan warga negara kedua negara dapat berkunjung melalui berbagai visa .

"Indonesia berpenduduk lebih dari 200 juta orang. Ia memiliki umat Muslim. Ia juga memiliki puluhan juta orang Kristen. Kami ingin melihat mereka di sini (di Yerusalem)," kata Netanyahu.

Baca Juga: Saddam Hussein Licin bak Belut, Agen Israel Nadav Zeevi hingga Berencana Menguntit Gundik Saddam Hussein dalam Upaya Pembunuhan Sang Diktator

"Kami ingin memiliki hubungan yang baik dengan mereka. Saya akan mengurus visa, lihat apa yang bisa saya lakukan," katanya.

Netanyahu membuat pernyataan itu sebagai tanggapan atas pertanyaan jurnalis Kristen pro-Israel dari Indonesia, Monique Rijkers.

Ia mendesaknya agar Israel tetap terbuka bagi orang Indonesia.

Rijkers mengacu pada larangan singkat Israel terhadap turis Indonesia awal tahun 2018 lalu.

Pada saat itu, agen perjalanan Indonesia harus membatalkan rencana perjalanan untuk ribuan orang Indonesia yang menuju ke Timur Tengah karena blokir pemegang paspor Indonesia oleh Israel.

Baik Muslim dan Kristen Indonesia dilaporkan melakukan peziarah ke Tanah Suci yang dimulai di Mesir.

Kemudian menuju ke Israel dan wilayah Palestina sebelum berakhir di Yordania .

Larangan Israel itu sebagai tanggapan atas keputusan Indonesia yang menolak visa untuk puluhan warga Israel pada sebelumnya.

Baca Juga: Rahasia Senjata Pemusnah Massal Nuklir Israel Dibocorkan oleh Teknisinya Sendiri, Beginilah Agen Wanita Mossad Menjebak Vanunu hingga Masuk Perangkapnya

Media Indonesia telah berspekulasi bahwa keputusan Jakarta untuk memblokir orang Israel adalah tanggapan atas pembunuhan lebih dari 140 warga Palestina oleh pasukan keamanan Israel di perbatasan Gaza selama protes selama sebulan, yang dikenal sebagai Great March of Return 2018.

Israel segera mencabut larangannya setelah Jakarta setuju untuk mencabut larangan bagi pengunjung Israel.

Namun, tahun sebelumnya Israel dan Indonesia juga sempat saling melakukan pelarangan dengan Indonesia.

Pada 2016, otoritas Israel mencegah Menteri Luar Negeri Indonesia memasuki Tepi Barat Palestina.

Otoritas Israel mengontrol siapa yang dapat masuk dan keluar dari wilayah pendudukan.

Keputusan tersebut dilaporkan diambil setelah Menteri Indonesia menolak untuk mengunjungi Yerusalem untuk bertemu dengan anggota Pemerintah Israel.