“Saya merasa sangat sedih dan tidak punya apa-apa untuk dikatakan,” kata kakaknya, Ye Htut Aung, berbicara kepada kantor berita Reuters melalui telepon.
Kematiannya bisa menjadi seruan bagi para pengunjuk rasa yang kembali turun ke jalan pada hari Jumat.
"Saya bangga padanya dan saya akan keluar sampai kami mencapai tujuan kami untuknya," kata pengunjuk rasa Nay Lin Htet, 24, kepada Reuters pada rapat umum di kota utama Yangon.
Berita itu muncul ketika para pemimpin kudeta militer Myanmar meningkatkan tindakan kerasnya terhadap pengunjuk rasa yang telah muncul di kota-kota kecil dan kota-kota di seluruh negeri.
Militer Myanmar menunjukkan pendekatan yang lebih keras terhadap perbedaan pendapat meskipun tekanan internasional meningkat dan sanksi diperluas.