Iwakura Mission, Saat Sebuah Proyek Studi Banding Benar-benar Bisa Mengubah Wajah Jepang Selamanya, Bukan Sekadar Tamasya

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Iwakura Mission

Intisari-Online.com - Pada Agustus 1871, pemerintahan Meiji yang baru menghapuskan domain tradisional Jepang, menggantinya dengan prefektur di bawah otoritas terpusat.

Revolusi tanpa darah ini, mengalihkan kekuasaan dari para pemimpin di setiap domain, dicapai melalui prestise Kaisar Meiji, kepala kepercayaan Shinto.

Setelah 260 tahun pemerintahan Keshogunan Tokugawa, merupakan transformasi besar untuk membongkar sistem feodal.

Namun, hanya empat bulan kemudian, arsitek perubahan ini (Iwakura Tomomi, Kido Takayoshi, dan Okubo Toshimichi) berangkat dalam perjalanan selama 18 bulan untuk mengamati kondisi di Amerika Serikat dan Eropa.

Baca Juga: Diperkirakan Berumur 1.000 Tahun dari Dinasti di Masa Lalu, Pria Ini Temukan Terowongan dalam Rumah yang Terhubung dengan Terowongan Rumah di Desa Lain

Iwakura memimpin sebuah misi yakni Iwakura Mission.

Ini adalah sebuah delegasi yang dikirim ke Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dari Jepang antara tanggal 23 Desember 1871 dan 13 September 1873.

Jepang mengirim 107 orang termasuk jajaran tertinggi dari pemerintahan dan pelajar.

Mereka meninggalkan Pelabuhan Yokohama dengan kapal pada tahun 1871, mendarat di San Francisco.

Baca Juga: Bingung Bedanya Ninja, Samurai, bahkan Ronin? Simak Penjelasan tentang Prajurit Tradisional Jepang yang Lengkap Ini

Misi itu dibangun berdasarkan penelitian.

Setiap hari, anggota delegasi berdebat dan belajar, sementara pengalaman dan pemahaman bersama menghasilkan keputusan kebijakan berdasarkan kondisi aktual setelah mereka kembali.

Tulang punggung kebijakan baru ini berasal dari apresiasi baru wakon yosai (semangat Jepang dan pembelajaran Barat), pendekatan modernisasi yang berusaha memanfaatkan teknologi asing tanpa kehilangan identitas nasional.

Sikap berpengaruh lainnya dirangkum dalam slogan fukoku kyohei (memperkaya negara, memperkuat militer) dan shokusan kogyo (meningkatkan produksi, mempromosikan industri).

Ini sangat penting bagi keberhasilan Jepang dalam mempertahankan kemerdekaannya.

Baca Juga: Tak Hanya Samurai, Pisau Tradisional Jepang pun Miliki Kegunaan Berbeda-beda di Dapur Anda, Beda Pisau untuk Potong Sayuran dan Bikin Sushi atau Sashimi

Tugas pertama para pemimpin Jepang setelah kembali ke rumah adalah menghentikan rencana, yang dikembangkan oleh pemerintah sementara saat mereka tidak ada, untuk mengirim ekspedisi hukuman ke Korea.

Setelah beberapa pengaturan ulang urusan dalam negeri, mereka mengumumkan rencana untuk terus melakukan modernisasi di sepanjang garis Barat.

Okubo memimpin pemerintahan otokratis yang berfokus pada pembangunan.

Baca Juga: Lebih Biarkan Seni Ninja Mati Bersamanya, Ninja Terakhir Jepang Ini Ceritakan Semua Keterampilan Mematikan Saat Latihan Ninja, Termasuk Dengarkan Suara Jarum Jatuh

Menyusul kematian Kido dan Okubo, Ito Hirobumi mengemuka dan mulai menyusun konstitusi.

Ini memposisikan kaisar di tengah negara, dengan tujuan agar sistem kekaisaran dan Shinto akan menjalankan peran yang sama dengan agama Kristen di Barat.

Keputusan tersebut sebagian didasarkan pada pujian atas sistem kekaisaran Jepang oleh ekonom Prancis Maurice Block dan nasihat dari ekonom Jerman Lorenz von Stein bahwa konstitusi harus didasarkan pada tradisi Jepang.

Mereka yang kembali dari Iwakura Mission memberikan kontribusi besar bagi peradaban dan pencerahan Jepang yang melayani di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya.

Baca Juga: Terkenal Sangat Disipilin, Ternyata Seperti Inilah Cara Orang Jepang Mendidik Anaknya

Tepatnya setelah mengunjungi negara-negara Eropa setelah melintasi benua Amerika Serikat dan mengunjungi Washington, DC.

Mereka mengunjungi sebanyak 12 negara di Eropa yaitu Inggris, Prancis, Belgia, Belanda, Jerman, Rusia, Denmark, Swedia, Austria, Italia dan Swiss.

Mereka juga mengunjungi negara-negara Asia dalam perjalanan pulang, namun, mereka tidak tinggal di negara-negara ini lebih lama daripada di negara-negara Eropa.

Mereka kembali ke Jepang pada tahun 1873, 2 tahun setelah pemberangkatan.

Baca Juga: 7 Fakta Mengejutkan Ini Bukti bahwa Jepang Memang Negara yang Punya Etika Tinggi!

Berbeda dengan Indonesia, studi banding menjadi sorotan publik menyusul besarnya anggaran yang dihabiskan.

Di luar itu, hasil dari studi banding seringkali tak dirasakan manfaatnya pada perubahan kebijakan di dalam negeri.

(*)

Artikel Terkait