Penulis
Intisari-Online.com -Yaman masih menjadi salah satu negara paling korup di dunia.
Menurut data terbaru dari Transparency International, Yaman dianggap sebagai negara paling korup di peringkat ketiga, dengan indeks persepsi korupsi (CPI) yang sangat rendah.
Negara ini hanya memiliki skor transparansi 15, sama dengan yang dimiliki Venezuela. Selisih satu angka dibanding Suriah yang mencatatkan skor 14.
Sementara Sudan Selatan dan Somalia adalah pemilik skor transparani paling rendah di antara 180 negara lainnya, yaitu skor 12.
Baca Juga: Terus-menerus Jadi Negara Paling Korup di Dunia, Ini 10 fakta Memilukan Somalia
CPI yang dikeluarkan Transparency Intrnational merupakan Indeks yang memeringkat 180 negara dan wilayah berdasarkan persepsi tingkat korupsi sektor publik menurut para ahli dan pengusaha.
Digunakan skala nol hingga 100, di mana nol sangat korup dan 100 sangat bersih.
Dilaporkan, lebih dari dua pertiga negara-negara tersebut mendapat skor di bawah 50. Sementara, rata-rata skor Indeks Persepsi Korupsi dari 180 negara adalah 43. Angka ini menggambarkan betapa suram korupsi di berbagai negara di dunia.
Setelah Yaman dan Suriah, ada Sudan dan Equatorial Guinea sebagai negara paling korup di dunia dengan skor 16. Kemudian Libya memiliki skor 17.
Transparency International mengungkapkan, bahwa sebagian besar negara hanya membuat sedikit atau tidak sama sekali terkait kemajuan dalam menangani korupsi dalam hampir satu dekade.
Korupsi di berbagai negara telah berdampak pada penderitaan rakyatnya termasuk di Yaman.
Bahkan dii Yaman, korupsi telah lama menghambat akses orang-orang yang membutuhkan terhadap makanan dan bantuan.
Melansir globalnews.ca (31/12/2018), Miliaran dolar dalam bentuk makanan dan bantuan luar negeri lainnya masuk ke tanah Yaman yang dilanda perang, tetapi jutaan orang Yaman masih hidup sangat dekat dengan kelaparan.
Dokumen yang ditinjau oleh The Associated Press dan wawancara dengan al- Hakimi, seorang pejabat kemanusiaan di Taiz, salah satu kota besar di Yaman, dan pejabat lain serta pekerja bantuan menunjukkan bahwa ribuan keluarga di kota tersebut tidak mendapatkan bantuan pangan internasional yang ditujukan untuk mereka.
Dikatakan, hal itu seringkali terjadi karena bantuan telah disita oleh unit bersenjata yang bersekutu dengan koalisi militer pimpinan Saudi yang didukung Amerika di Yaman.
"Tentara yang harusnya melindungi bantuan itu justru menjarah bantuan," kata al-Hakimi kepada AP.
Di seluruh Yaman, faksi dan milisi di semua sisi konflik telah memblokir bantuan makanan yang ditujukan kepada kelompok yang mereka curigai tidak setia.
Mereka mengalihkannya ke unit tempur garis depan atau menjualnya demi mendapatkan keuntungan di pasar gelap, menurut catatan publik dan dokumen rahasia yang diperoleh oleh AP dan wawancara dengan lebih dari 70 pekerja bantuan, pejabat pemerintah dan rata-rata warga dari enam provinsi yang berbeda.
Masalah bantuan yang hilang dan dicuri biasa terjadi di Taiz dan daerah lain yang dikendalikan oleh pemerintah Yaman yang diakui secara internasional didukung oleh koalisi militer pimpinan Saudi.
Itu bahkan lebih luas di wilayah yang dikendalikan oleh pemberontak Houthi, musuh utama pemerintah yang berjuang selama hampir empat tahun perang yang telah melahirkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Beberapa pengamat telah mengaitkan kondisi kelaparan di sebagian besar negara itu dengan blokade koalisi pelabuhan yang memasok daerah yang dikuasai Houthi.
Investigasi AP menemukan bahwa sejumlah besar makanan berhasil masuk ke negara itu, tetapi begitu sampai di sana, makanan tersebut seringkali tidak sampai ke orang yang paling membutuhkannya, yang mana ini menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi bantuan besar lainnya untuk beroperasi secara efektif di Yaman.
Setelah keluarnya investigasi AP itu, Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pertama kalinya secara langsung menuduh pemberontak Houthi mengalihkan bantuan.
Direktur World Food programme (WFP), David Beasley, mengatakan dalam sepucuk surat kepada pemimpin Houthi bahwa jika pemberontak tidak menyelidiki dan mengakhiri pencurian, organisasi itu akan menangguhkan beberapa bantuan, yang berpotensi berdampak pada hampir 3 juta orang.
WFP mengatakan penyelidikannya sendiri telah menemukan "bukti truk yang secara ilegal mengeluarkan makanan dari pusat distribusi makanan yang ditunjuk" di daerah yang dikuasai Houthi serta penipuan oleh distributor bantuan makanan lokal yang terhubung dengan Kementerian Pendidikan Houthi.
Dikatakan bahwa telah diketahui banyak orang di ibu kota yang dikuasai Houthi, Sanaa, belum mendapatkan jatah makanan yang berhak mereka dapatkan dan bahwa di daerah lain "orang yang kelaparan tidak diberi jatah penuh."
Program Pangan Dunia memiliki 5.000 lokasi distribusi di seluruh wilayah negara, yang menargetkan 10 juta orang sebulan dengan keranjang makanan tetapi mengatakan hanya dapat memantau 20 persen pengiriman.
Analisis pada Desember 2018 oleh koalisi kelompok bantuan global menemukan bahwa bahkan dengan bantuan makanan yang masuk, lebih dari setengah populasi tidak mendapatkan cukup makanan.
Menurut WFP, tingkat kelaparan saat ini di Yaman belum pernah terjadi sebelumnya dan menyebabkan kesulitan yang parah bagi jutaan orang.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari