Penulis
Intisari-online.com - Tepat setahun lalu di kota Wuhan, China, pada bulan Januari, kota itu memiliki kondisi yang cukup mencekam.
Virus corona menyebar dengan cepat di kota yang menjadi asal muasal virus yang kini menjadi masalah di seluruh dunia itu.
Penguncian alias lockdown pertama di dunia dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus corona.
Kota Wuhan ditutup rapat-rapat bak kota mati, semua industri berhenti, semua orang diungsikan dan dipastikan untuk isolasi di rumah.
Baca Juga: Titik Nol Virus Mematikan: Sesibuk Apa Wuhan Setelah Setahun Lakukan 'Lockdown' Pertama di Dunia
Pemerintah China memastikan pasokan makanan untuk penduduk Wuhan yang melakukan isolasi.
Hasilnya dalam beberapa bulan, kota itu berhasil memutus rantai penyebaran, dan kini menjadi kota yang aman.
Menurut AsiaTimes pada Jumat (22/1/21), kota Wuhan kini menikmati kebebasannya setelah tahun lalu berguat dengan penguncian dan infeksi.
Bahkan jangan heran jika Super Monkey klub malam terbesar di pusat kota itu juga sudah buka secara normal
Item wajib, setidaknya untuk melewati pintu, adalah masker dan pemeriksaan suhu jika lebih tinggi dari 37,3 derajat Celcius dan penjaga bisa menolak calon pengunjung.
Di dalam, banyak para clubber bersantai di lantai dansa di tengah suara techno yang memekakkan telinga.
Pertunjukan laser yang membutakan, peraturan tidakditaati dengan ketat, demikian laporan AFP.
Awalnya masker wajib ada saat di depan pintu, tapi DJ dan pengunjung pesta melepasnya untuk mengobrol dengan teman, menari, atau merokok.
Banyak yang senang dan menikmati kondisi ini, setelah melewati karantina yang melelahkan tahun lalu.
Penduduk Wuhan dipaksa untuk memerangi apa yang saat itu merupakan virus baru yang misterius.
"Saya terjebak di dalam selama dua atau tiga bulan, tapi negara ini memerangi virus dengan sangat baik, dan sekarang saya bisa keluar dengan tenang sepenuhnya," kata seorang pria berusia tiga puluhan, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Xu, kepada AFP.
Getaran hedonistik dan sampanye, jauh dari kesederhanaan yang diberitakan oleh pihak berwenang di Beijing.
Chen Qiang, seorang pria berusia 20-an, memuji Partai Komunis karena telah secara praktis memberantas epidemi.
Meskipun baru-baru ini kasus lonjakan baru terjadi di bagian lain negara itu dalam beberapa hari terakhir.
"Pemerintah China itu baik. Pemerintah China melakukan segalanya untuk rakyatnya, dan rakyatnya adalah yang tertinggi. Beda dengan luar negeri," ujarnya.
Media pemerintah Beijing telah menekankan kegagalan pemerintah Barat untuk mengatasi virus itu, membandingkan kekacauan di luar negeri dengan kondisi Chinayang kini normal.
Mereka memuji kesuksesan itu sebagai bukti keunggulan model politik otoriter Beijing.
Tetapi banyak yang ingin kembali ke kehidupan normal, Chen menyadari bahwa virus telah mengubah banyak hal.
Di klub itu misalnya, jumlah orang lebih sedikit dibandingkan sebelum pandemi, katanya.
Manajer merek klub malam Li Bo mengatakan virus telah menghantam industrinya dengan keras.
"Dibandingkan dengan penguncian lain di negara lain, negara kami setidaknya setengah terbuka, tetapi konsumen masih merasa tidak nyaman," katanya kepada AFP.
Dia memperkirakan bahwa kehidupan malam di Wuhan telah turun sekitar 60 hingga 70 persen.
Aturan ketat yang diterapkan oleh beberapa perusahaan tidak membantu, dengan jumlah peserta terbatas dan diperlukan reservasi.