Penulis
Intisari-Online.com - Donald Trump sudah meninggalkan Gedung Putih dan tak lagi menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Bahkan Trump terancam mendapat hukuman akibat kerusuhan di Capitol Hill pada 6 Januari 2021 kemarin.
Dan itu kabar buruk untuk mantan Presiden itu belum selesai.
Kini, dia mendapat ancaman penyerangan secara online.
Di mana musuhnya merupakan salah satu negara yang dia serang secara terang-terangan.
Siapakah mereka?
Dilansir dari bbc.com pada Sabtu (23/1/2021), mereka adalah Iran.
Dilaporkan salah satu Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khameneitelah memposting secara online seruan nyata untuk serangan terhadap Donald Trump.
Itu dia lakukan sebagai balas dendam atas pembunuhan komandan militer utamanya, Jenderal Qasem Soleimani pada tahun lalu.
Perlu Anda tahu, Ali Khamenei merupakanPemimpin Agung Iran dan Presiden Republik Islam Iran pada periode 1981-1989.
Sehingga kekuatannya tak kalah kuat di Iran.
Sebuah photomontage, di situs resminya, memperlihatkan mantan presiden AS itu bermain golf di bawah bayang-bayang pesawat perang atau drone besar.
Gambar situs web diberi judul "balas dendam pasti".
Twitter sendiri telah menangguhkan akun kecil yang pertama kali men-tweet gambar tersebut.
Namun benarkah ancaman itu?
Seorang juru bicara mengatakan kepada Reuters bahwa akun @khamenei_site adalah palsu dan melanggar manipulasi platform Twitter dan kebijakan spam.
Namun, postingan tersebut juga di-retweet oleh akun Twitter Farsi Ayatollah Khamenei yang jauh lebih besar dengan lebih dari 300.000 pengikut.
Sejak itu, tweet itu menghilang dari akuntersebut.
Dalam tweet, yang ditulis dalam bahasa Farsi, kata "balas dendam" berwarna merah dan sisa posting mengatakan: "Pembunuh Soleimani dan dia yang memerintahkannya harus membayar".
Di situs resmi Ayatollah Khomeini, gambar tersebut diposting secara mencolok.
Teks yang menyertainya mengutip komentar yang dibuatnya pada 16 Desember, sekali lagi bersumpah akan membalas dendam "kapan saja".
Twitter telah didesak untuk bertindak setelah beberapa pengguna menunjukkan apa yang mereka lihat sebagai inkonsistensi pelarangan Trump, tetapi tidak terhadap pemimpin Iran.
Diketahui bersama Twitter menutup akun Trump yang sangat berpengaruh awal bulan ini.
Ini setelah diamengunggahpostingan yang secara luas dianggap mendorong kekerasan yang membanjiri Capitol AS.
"Kenapa psikopat yang kejam ini dapat secara terbuka menyerukan pembunuhan mantan presiden AS, dan tidak dikeluarkan dari Twitter?" salah satu pengguna menulis dalam bahasa Inggris.
"Trump dilarang tapi ini tidak apa-apa. Apakah ini lelucon?" tulis pengguna lain.
Tweet Iran mengacu pada Jenderal Soleimani, yang dibunuh oleh pesawat tak berawak AS di Baghdad setahun lalu.
Di mana serangan itu diperintahkan langsung oleh Trump yang bertindak sebagai Panglima Tertinggi.
Padahal, di bawah kepemimpinan Soleimani, Iran telah mendukung kelompok-kelompok militan pro-Iran, memperluas kehadiran militernya di Irak dan Suriah, dan mengatur serangan Suriah terhadap kelompok pemberontak dalam perang saudara yang telah berlangsung lama.
Namun Trump mengatakan pada saat itu sang jenderal secara langsung dan tidak langsung bertanggung jawab atas kematian jutaan orang.
Iran menanggapi dengan meluncurkan rentetan rudal ke pangkalan udara Irak yang menampung pasukan AS dan memperingatkan serangan lebih lanjut, dengan Ayatollah Khamenei mengatakan pada saat itu bahwa balas dendam berat menunggu para penjahat.
Twitter sendiri telah melarang tweet dari ayatollah awal bulan ini yang menggambarkan vaksin virus corona yang dikembangkan di Inggris dan AS sebagai "tidak dapat dipercaya".