Find Us On Social Media :

Resmi Dilantik, Joe Biden Bentuk Pemerintahan Baru, Bagaimana Tanggapan Israel?

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 21 Januari 2021 | 18:58 WIB

Joe Biden dan Netanyahu

Intisari-Online.com - Setelah dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat ( AS), Joe Biden langung menandatangani 17 perintah eksekutif pada Rabu (20/1/2021).

Perintah eksekutif tersebut ditandatanganinya segera setelah dia memasuki Gedung Putih untuk pertama kalinya sebagai Presiden AS.

Salah satu di antara perintah eksekutif tersebut adalah mengembalikan AS ke dalam kesepakatan iklim Paris Agreement sebagaimana dilansir dari DW.

Beberapa perintah eksekutif yang ditandatangani Biden tersebut juga berkebalikan dengan beberapa kebijakan yang diambil oleh mantan Presiden AS Donald Trump.

Baca Juga: Vonis 22 Anak Buah John Kei Diterima Nuskei, Padahal Orang Kei Punya Falsafah Hidup 'Ain ni Ain' yang Berperan Besar Meredakan Konflik Ambon

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Israel Reuven Rivlin mengucapkan selamat kepada Joe Biden setelah resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Keduanya berharap pemerintahan Biden akan membangun kesepakatan perdamaian lebih lanjut di Timur Tengah.

Kesepakatan perdamaian ini sebelumnya dijembatani oleh Presiden AS sebelumnya Donald Trump, yang diklaim mendorong beberapa negara Arab menormalisasi hubungan dengan Israel.

Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (21/1/2021), dalam pesan video yang diposting pada akun Twitter miliknya, Netanyahu berharap AS era Biden bisa bekerja sama dengan Israel dalam menghadapi 'ancaman yang ditimbulkan oleh Iran'.

Baca Juga: Bakal Gantikan Peran Manusia, Amerika Sedangkan Kembangkan Robot yang Akan Dijadikan Tentara Untuk Berperang, Seperti Ini Wujudnya!

Netanyahu telah menyuarakan sikapnya yang menentang kesepakatan nuklir Iran 2015 yang telah ditinggalkan Trump.

"Saya berharap dapat bekerja sama dengan anda untuk lebih memperkuat aliansi AS-Israel, untuk terus memperluas perdamaian antara Israel dan dunia Arab serta untuk menghadapi tantangan bersama, diantaranya adalah ancaman yang ditimbulkan oleh Iran."

"Saya berharap anda sukses, Tuhan memberkati Amerika Serikat, Tuhan memberkati Israel," cuit Netanyahu.

Pada saat yang sama, akun resmi PM Israel ini menyampaikan pesan selamat tinggal yang hangat untuk pemerintahan AS sebelumnya.

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu! Tokoh Ini Dikenal Sosok yang Mengawali Sejarah Internet Indonesia, Punya Pengaruh Besar dalam Pengembangan Jaringan Internet di Tanah Air

Netanyahu berterima kasih kepada Trump untuk 'semua hal hebat' yang telah ia lakukan untuk Israel.

Terkait kesepakatan nuklir JCPOA, Biden telah berjanji untuk bergabung kembali dengan kesepakatan tersebut.

Calon Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa AS akan mencari kesepakatan lebih luas yang mencakup program rudal.

Sementara Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pada hari Rabu kemarin bahwa Iran siap untuk 'bertindak sesuai dengan semua kewajibannya' jika AS melanjutkan kembali implementasi JCPOA.

Baca Juga: Titik Nol Virus Mematikan: Sesibuk Apa Wuhan Setelah Setahun Lakukan 'Lockdown' Pertama di Dunia

Perlu diketahui, pemerintahan Donald Trump telah meninggalkan perjanjian multilateral ini pada 2018 lalu, dan kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran sebagai bagian dari kampanye tekanan maksimum AS.

Sedangkan Presiden Palestina Mahmoud Abbas turut mengucapkan selamat kepada pemerintahan baru AS.

Ia berharap dapat bekerja sama untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah serta dunia.

"Kami siap untuk proses perdamaian yang komprehensif dan adil yang memenuhi aspirasi rakyat Palestina untuk kebebasan dan kemerdekaan," tegas Abbas.

Baca Juga: Junko Furuta, Gadis Cantik yang Disekap 44 Hari, Dirudapaksa hingga Dibunuh dan Jasadnya Dibeton oleh Antek Yakuza

Di bawah pemerintahan Trump, “Negeri Uncle Sam” menarik diri dari Paris Agreement itu pada 2017.

"Seruan untuk bertahan hidup datang dari planet itu sendiri, '' kata Biden dalam pidato pelantikannya.

Dia berencana untuk memberlakukan rencana iklim 2 triliun dollar AS (Rp 28.059 triliun), yang menurutnya akan memprioritaskan ekonomi hijau dan pemulihan negara dari Covid-19.

Baca Juga: Masih Timbulkan Masalah Meski Tak Lagi Jadi Presiden, AS Terpaksa Jalankan Taktik Perang Saat Trump Pergi dengan 'Bola Nuklir' Masih Bersamanya

(*)