Sempat Sesumbar Enggan Normalisasi dengan Israel, Qatar Kini Buka Peluang dengan Syarat

Ade S

Penulis

Ilustrasi bendera Qatar dan Israel

Intisari-Online.com -Pemerintah Qatar tampaknya sedang membuka peluang untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.

Hal itu, menurut sumber dari pemerintah Qatar, dapat dilakukan asalkan ada syarat yang dapat dipenuhi.

Padahal, pada pertengahan tahun lalu, negara kaya minyak ini sempat dengan lantang menolak normaliasi hubungan dengan Israel.

Saat itu, pernyataan mereka dilontarkan setelahdua negara Arab, Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain sudah lebih dulu melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.

Baca Juga: Masa Bodo dengan Konsensus Internasional, AS Bersiap Bangun Gedung Sendiri untuk Kedutaan Besarnya di Yerusalem, Israel Langsung Beri Janji Manis Bagi Negara Lain

Qatar, pada pertengahan September 2020, lalu menegaskan tak akan mengikuti langkah kedua negara tersebut.

Menurut Juru Bicara Pemerintah Qatar, Lolwah Al-Khater, normalisasi hubungan dengan Israel bukan jawaban atas konflik Israel dan Palestina.

“Kami tak berpikir normalisasi jadi intin dari konflik ini dan oleh sebab itu hal tersebut bukanlah jawaban,” tutur Al-Khater kepada Bloomberg seperti dikutip dari Al-Jazeera.

“Inti dari konflik ini mengenai kondisi drastis yang dialami Palestina sebagai masyarakat tanpa negara dan hidup dalam penjajahan,” tambahnya.

Baca Juga: Dihukum karena Tolak Terbangkan Pesawat ke Israel, Pilot Maskapai UEA: Tuhan Menjaga Saya, Saya Tidak Menyesalinya

Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani sempat mengatakan kepada penasehat Gedung Putih, Jared Kushner, awal bulan ini, bahwa negaranya mendukung solusi dua negara.

Pada solusi tersebut untuk menghentikan konflik dengan Israel, Yerusalem Timur ditetapkan sebagai Ibu Kota dari Palestina.

Bahrain dan UEA telah meresmikan normalisasi hubungan dengan Israel di Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), Selasa (15/9/2020) waktu setempat.

Baca Juga: Israel Punya Gudang Senjata Berisi 200 Senjata Nuklir, Mengapa Tak Ada yang Menyingungnya Sama Sekali?

AS memang berperan besar dalam normalisasi tersebut mengingat mereka menjadi perantara terjadinya kesepakatan tersebut.

Normalisasi itu membuat hubungan diplomatik, komersil, keamanan dan beberapa kerja sama lainnya antara Israel dan kedua negara Arab bisa terjadi.

Namun, Palestina merasa normalisasi hubungan tersebut menjadi pengkhianatan bagi mereka.

Baca Juga: 'Pemenjaraan Palsu:' Aksi Petugas Kesehatan Israel Memaksa Mantan Kekasihnya untuk Isolasi 4 Kali Tanpa Alasan Medis

Namun, baru-baru ini Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman Al-Thani telah mengkonfirmasi bahwa negaranya akan menormalkan hubungannya dengan Israel.

Menurutnya, hal ini dapat terjadi jika Israel berkomitmen pada Prakarsa Perdamaian Arab, RT melaporkan pada hari Kamis.

Sang menteri menekankan, menurut RT Arab, bahwa sikap Qatar tentang normalisasi hubungan dengan Israel sudah jelas.

Baca Juga: Percaya Bisa Merubah Situasi Timur Tengah, Mesir Ajak 4 Negara Ini Untuk Menekan Perdamaian Israel-Palestina, Jika Terjadi Bagaimana Pembagian Wilayahnya?

"Kami akan menormalkan hubungan kami dengan Israel setelah berkomitmen pada Prakarsa Perdamaian Arab - mengakhiri pendudukan, memungkinkan pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya dan mengembalikan para pengungsi," Al-Thani mengumumkan.

Pada hari Rabu, RT melaporkan Kepala Israel Mossad Eli Cohen berkomunikasi dengan TV i24 Berita Israel bahwa rekonsiliasi antara Qatar dan negara-negara Teluk penting untuk stabilitas regional.

Dia menekankan: "Langkah ini pasti akan menjadi landasan penting untuk mengembangkan hubungan antara Qatar dan Israel di kemudian hari."

Baca Juga: Ternyata Normalisasi Secara Rahasia Sudah Terjadi Lama, Begini Rupanya Cara AS menyuap Negara-negara Arab untuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Dia mengomentari normalisasi baru-baru ini dengan negara-negara Arab, menjelaskan: "Kami saat ini berhubungan dengan enam atau tujuh negara di Afrika, Teluk dan Asia Timur - negara-negara Islam dan Arab. Mereka memahami bahwa Israel adalah mitra."

Artikel Terkait