Temukan Puing Pesawat dan Bagian Tubuh Korban Sriwijaya Air, Pasukan Elite Denjaka Ternyata Sering Bikin Gentar Navy Seal Amerika

Tatik Ariyani

Penulis

Ilustrasi Denjaka

Intisari-online.com -Evakuasi pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu masih terus dilakukan.

Dalam evakuasi ini, sejumlah pasukan elite TNI Angkatan Laut (AL) diterjunkan termasuk Detasemen Jalamangkara (Denjaka).

Pasukan khusus TNI AL itu ikut menyelam ke dasar laut mencari pesawat Sriwijaya Air SJ182.

Denjaka pun menemukan serpihan yang diduga pesawat Sriwijaya Air SJ182 di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.

Baca Juga: TNI Kerahkan Pasukan Khusus untuk Buru Ali Kalora Dalang Pebunuhan Sadis di Sigi, Inilah 6 Pasukan Khusus Andalan TNI

Temuan itu berupa benda yang diduga mirip roda pesawat hingga nomor tempat duduk.

Keberhasilan Denjaka dalam penemuan bagian pesawat Sriwijaya Air SJ182mengindikasikan betapa mengesankannya kemampuan pasukan khusus TNI AL tersebut.

Melihat rekam jejaknya, bahkan Denjaka sering membuat gentar Navy Seal Amerika Serikat.

Dalam berbagai atraksi di luar negeri, Denjaka berhasil membuat gentar pasukan-pasukan khusus lainnya termasuk Navy Seal dari AS.

Baca Juga: Sering Bikin Gentar Navy Seal AS, Beginilah Kehebatan Pasukan Khusus TNI AL Denjaka yang Misterius Itu

Para anggota Navy Seal yang secara rutin melakukan latihan bersama Denjaka selalu dibuat geleng-geleng kepala mengingat latihan Denjaka tergolong ekstrem dan berbahaya.

Misalnya saja para personel Denjaka biasa melakukan latihan menembak sasaran dalam jarak dekat dan saling berhadap-hadapan menggunakan peluru tajam, melakukan demo penerjunan dari udara untuk membebaskan teroris dengan cara terjun di atas atap gedung atau kapal kecil yang sedang melaju di tengah laut, dll.

Sebagai pasukan khusus yang dibentuk oleh TNI AL, para personel Denjaka memang merupakan orang-orang pilihan dan terbaik di satuannya.

Para personel Denjaka bahkan berasal dari personel terbaik yang semula sudah bertugas di satuan pasukan khusus TNI AL, yakni Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Intai Amfibi Marinir (Taifib).

Eksistensi Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) sebagai satuan antiteror aspek laut TNI dimulai sejak diterbitkannya Surat Keputusan KSAL No.Skep/2848/XI/1982 tertanggal 4 November 1982.

Isinya berupa pembentukan Pasukan Khusus Angkatan Laut (Pasusla) yang bertugas menanggulangi bermacam bentuk ancaman keamanan yang terjadi pada aneka wahana transportasi laut sipil, kapal perang TNI AL, maupun instansi penting yang berada di tepi pantai atau di tengah laut.

Ancaman dapat berupa aksi klandestin, sabotase, penyanderaan, maupun pembajakan konvensional. Denjaka dipimpin perwira berpangkat letnan kolonel.

Baca Juga: Tahun Terburuk dalam Dunia Penerbangan Disabet Tahun 1972, Lihat Saja Daftar Rentetan Kecelakaan Mengerikan yang Terjadi Tahun Itu dan Berbagai Penyebabnya

Di awal pembentukannya, pasusla beranggotakan 70 prajurit pilihan yang berasal dari Satuan Pasukan Katak (Kopaska) dan Batalion Intai Amfibi Marinir (Yontaifib).

Pucuk kendali pembinaan menjadi tanggung jawab Panglima Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) dengan koordinasi bersama Komandan Korps Marinir. Sementara wewenang penugasan ada di tangan KSAL.

Pasusla memperoleh legalisasi lewat surat keputusan Panglima ABRI tahun 1984. Sejak itu Pasusla menjadi satuan antiteror yang pembinaannya khusus di bawah Komandan Korps Marinir.

Secara resmi nama “Detasemen Jala Mangkara” mulai dipakai sejak keluarnya Surat Keputusan KSAL No.Kep/42/VII/1997 tertanggal 31 Juli 1997.

Namun hingga kini justru tanggal 4 November yang ditetapkan sebagai hari jadi satuan elite yang bermarkas komando merangkap pusat pendidikannya berada di Bhumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan.

Fasilitas pendidikan Denjaka di Bhumi Marinir itu merupakan fasilitas latihan yang lengkap karena terdapat bangunan yang bisa mensimulasikan lautan, kapal perang, kapal selam, hutan belantara, rawa-rawa, bangunan untuk latihan perang antiteror dan lainya.

Pada dasarnya, materi pendidikan antiteror dan antisabotase yang diterima calon anggota Denjaka tak banyak beda dengan yang disuguhkan pada unit-unit antiteror lainnya di jajaran TNI.

Hanya saja ruang lingkup operasi lebih banyak berkutat di laut.

Baca Juga: Digadang-gadang Saingi Jet Tempur F-22 AS, China Bakal Modifikasi Mesin Jet Tempur J-20, Rupanya Alasan Utamanya Ada Kaitannya dengan Rusia

Selain metode pencapaian sasaran lewat teknik lintas udara (combat free fall) juga ditekankan penguasaan metode bawah air (combat diving) dan lintas atas air senyap.

Baik dengan berenang (combat swimming) maupunmemakai perahu karet.

Hal ini wajar mengingat pada praktiknya satuan Denjaka sedang menggabungkan ketiga macam teknik perlintasan guna mencapai sasaran yang dituju.

Alhasil, satuan elit ini bakal mengadakan program latihannya di tempat yang bermatra lautan.

Misalnya kapal penumpang yang tengah berlayar, anjungan minyak lepas pantai, atau pulau terpencil di tengah laut.

Selain penguasaan ilmu bertempur, Denjaka juga dibekali ilmu kejiwaan dan analisa situasi khusus.

Sebelum melancarkan serangan, biasanya diajukan tim pendahulu yang bertindak sebagai negosiator dengan teroris.

Di samping agar tahu apa yang dituntut, dari negosiasi dapat juga diukur waktu yang cukup lama agar unit serbu sempat menyiapkan diri sebaik mungkin.

Tak hanya itu, para negosiator juga bertugas “membaca” kemampuan, kekuatan, tipu muslihat, sekaligus kelemahan teroris.

Baca Juga: Sriwijaya Air Jatuh di Perairan Kepulauan Seribu, Ini Cara Mudah Mengambang di Air Agar Tak Tenggelam, Seperti Daun!

Bila upaya negosiasi berujung pada kebuntuan, unit serbu segera dikerahkan.

Terbagi dalam tiga tim, yakni tim atas air, bawah air dan lintas udara.

Masing-masing tim beranggotakan selusin prajurit dengan spesialisasi beragam.

Mulai dari penjinakan bahan peledak, medis, komunikasi elektronik dan teknologi informasi.

Ada banyak sandi yang dipakai dalam operasi Denjaka.

Isyarat operasi bisa disandikan dengan “KILAT”, penundaan dengan “MENDUNG”, dilanjutkan dengan “CERAH”.

Waktu yang dibutuhkan oleh ketiga tim serbu Denjaka sejak masuk ke lokasi sasaran, menggelar serangan dadakan hingga evakuasi personel biasanya tak lebih dari 15 menit.

Layaknya satuan antiteror, tim serbu mengandalkan persenjataan yang cukup mumpuni dalam pertarungan jarak dekat.

Beragam pistol otomatis, granat asap, granat kejut hingga senapan mesin ringan, masuk dalam inventaris.

Misalnya, pistol otomatis SiG Sauer P-226/P-228 kaliber 9mm, pistol mitraliur Uzi kaliber 9mm, senapan otomatis MP5 dengan beragam variannya dan senapan tembak runduk SG-550 kaliber 5,56mm.

Tim serbu juga memanfaatkan sejumlah peralatan pendukung.

Daftarnya cukup standar: perahu karet bermotor, peralatan selam lengkap, peralatan para lengkap, komunikasi elektronik, senter kedap air, navigasi GPS serta pengendus malam NVG.

Tak hanya operasi antiteror dan antisabotase, Denjaka dapat pula dilibatkan dalam operasi rahasia “jenis lain” berdasarkan perintah langsung Panglima TNI.

Hingga kini, keberadaan satuan ini terkesan dirahasiakan.

Bahkan penugasannya pun acap kali tak diakui ataupun tercatat resmi oleh Markas Besar TNI.

Yoyok Prima Maulana

Artikel Terkait