Penulis
Intisari-online.com -Para penikmat film, pasti Anda sudah kenal film King Kong.
King Kong tidak dipungkiri adalah salah satu film monster Hollywood yang menjadi definisi film Hollywood.
Serta, film itu menampilkan spesies kera gorilla yang termasuk kera unggulan.
Cerita mengenai upaya kemanusiaan untuk memanfaatkan kekuatan alam, dan hubungan mustahil tapi menyentuh antara Ann Darrow (Fay Wray) dan raja primata Kong terus memuaskan para pembuat film.
2018 lalu, kera raksasa kembali mendapat posisi di film Hollywood, dengan rilisnya Kong: Skull Island, dan momen tersebut tampaknya pantas untuk menceritakan dongen lain.
Dongeng ini kali ini merupakan inspirasi nyata di balik petualanga fantasi menakjubkan ini.
Sutradara film King Kong menggambarkan perjalanan Carl Denham (Robert Armstrong) dan rekan-rekannya ke pulau kelahiran Kong rupanya berasal dari sebuah ekspedisi yang nyata.
Bahkan, jika produser memperbolehkan, film itu akan dibuat menjadi dokumenter.
Merian C. Cooper merupakan wakil sutradara dan sosok di balik penggambaran lokasi tersebut, yang rupanya tidak akan terlihat aneh di dalam film tersebut.
Penulis Ray Morton mengatakan kepada The Hollywood Reporter jika Cooper merupakan "petualang pemberani, pria beraneka ragam, pahlawan perang, pernah ditembak di Perang Dunia I dan di Perang Polish-Russo, ia melarikan diri dari kamp tahanan perang. Ia punya sejarah menakjubkan."
Dari The Vintage News, hubungan cinta Copper dengan kamera dimulai saat ia mendokumentasikan perjalnanannya dengan mitra dan rekan Sutradara Kong Ernest Schoedsack.
Pasangan itu mengambil rekam jejak perjalanan mereka dan membangun plot di sekitar apa yang mereka sebut "drama alami".
Saat itu ada elemen dokumenter, dan memang acara alam dikritik untuk kurangnya fiksi di dalamnya, tapi Cooper dengan cepat memiliki ide.
Morton menceritakan "Cooper memiliki ide pelestari alam di abad ke-19, yaitu Anda pergi dan menembak hewan dan membuatnya diawetkan dan menyimpannnya dalam museum karena Anda khawatir mengenai keberadaan hewan itu, itu benar-benar ide Cooper."
Drama alami ini menuntunnya untuk mencari benda lebih besar dan lebih baik untuk ditampilkan di layar lebar.
Ia telah mengembangkan ketertarikan kepada leluhur berambut manusia, dan ingin menyusun lokasi di sekitar leluhur itu.
Namun malah asal usul naskah King Kong lahir dari Komodo yang hidup di Pulau Rinca, Indonesia.
Dulunya, teman Cooper, William Douglas Burden telah mengunjungi pulau Komodo untuk menjadi yang pertama warga non-Indonesia yang melihat dan harapannya bisa menangkap komodo.
Burden tentu saja menjadi pesaing untuk Cooper, dan yang belakangan segera menjadi karakter dalam film itu.
Burden segera menjadi pemburu, sedangkan untuk buruannya mereka merujuk obituari Burden dari 1978, yang dikutip Inverse sebagai berikut: "Komodo mungkin lebih mematikan daripada cerita mengenai mereka, menghancurkan vegetasi, berstruktur seperti dinosaurus, 'tanpa usaha menjatuhkan satu kerbau besar sekali dudukan saja.'"
Baca Juga: Labuan Bajo: Jejak Perkembangan Kota yang Lekat dengan Tradisi Multikultur
Artikel itu mengestimasi ukuran dan berat Komodo sebesar 3 meter dan 158 kg.
Sejak itu kerangka film King Kong dibuat, Cooper segera dicitrakan oleh Carl Denham, Burden oleh sosok Jack Driscoll (Bruce Cabot), dan kemudian Ann Darrow, seorang aktris yang justru dirayu oleh gorila raksasa.
Peran Ann Darrow awalnya muncul dari Catherine White Burden, yang pergi ke pulau Komodo dengan suaminya dan tidak sengaja terlibat dalam aksi genting.
Ia bukanlah seorang ratu peneriak seperti Fay Wray, tapi sosialita itu kurang kasar dan kurang siap.
Pasangan itu sudah melihat komodo mengunyah dan mencakar jalan mereka menuju kawah panas untuk tempat mereka berendam.
Dalam satu cerita, Catherine hampir dimakan oleh Komodo dan jika ia tidak diselamatkan, Burden bisa pulang dengan jasad istrinya.
Cooper segera menggarap saga kehidupan liar ini dengan menekankan kata "liar", kemudian untuk menangkap tiga Komodo, tim Burden telah mengumpulkan ribuan sampel yang diambil dari ekosistem pulau itu, termasuk Komodo, serangga dan burung-burung.
Dua Komodo menjadi bintang di Kebun Binatang Bronx, sama seperti Kong yang dirantai dan ditunjukkan ke dunia.
Bedanya, saat Kong mati secara epic ditembak jatuh dari atap gedung Empire State, Komodo yang dibawa itu meninggal saat mereka ditampilkan.
Mereka kemudian diawetkan agar bisa terus ditampilkan ke para pengunjung.
Dalam panggung itu juga ada boneka gorilla raksasa, yang masih cukup eksotis seperti Komodo.
Ray Morton mengatakan "gorilla pada waktu itu masih seperti makhluk mistis.
"Orang Barat pertama yang menyaksikan gorilla adalah pada di awal abad ke-20 atau di akhir abad ke-29, sehingga banyak orang yang tidak tahu tentang mereka.
"Ini penting, karena Cooper segera tahu ia bisa membuat gorillanya berbuat seperti yang ia mau."
Cooper awalnya ingin membuat cerita gorilla melawan Komodo, tapi hal itu gagal karena masa Depresi Besar di akhir 1920an sampai akhir 1930an.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini