Jangan Pikir AS atau China Pemilik Senjata Nuklir Terbesar di Dunia, Pemegang Senjata Nuklir Paling Besar dan Mustahil Untuk Dikalahkan Saat Ini Ternyata Dimiliki Oleh Negara Ini

Afif Khoirul M

Penulis

Keduanya bisa meratakan seluruh kota di dunia, tetapi antara China, Rusia, dan Amerika manakah negara pemilik senjata nuklir paling kuat.

Intisari-online.com - Seperti kita ketahui, saat ini China dan Amerika adalah dua negara yang saling bersaing untuk menjadi negara dengan militer terkuat di dunia.

Keduanya sama-sama menjadi pemegang senjata nuklir dan diprediksi akan bersaing menjadi negara adidaya di dunia.

Namun, jauh sebelum itu Rusia dan AS adalah dua negara yang memperebutkan persenjataan nuklir terbesar di dunia.

Sebagian besar memiliki hulu ledak nuklir strategis dengan daya penghancur mengerikan.

Baca Juga: Peringatkan Mengerikannya Rudal Korut, Ahli Beri Peringatan: Jika Korea Utara Bisa Membuat Rudal Balistik Siapa pun Bisa

Keduanya bisa meratakan seluruh kota di dunia, tetapi antara China, Rusia, dan Amerika manakah negara pemilik senjata nuklir paling kuat.

Tentu saja jawabannya adalah Rusia, dalam judul dijelaskan bahwa baik China ataupun Amerika bukanlah keduanya.

Hal itu diungkapkan oleh Mark Episkopos dalam majalah National Interest, tentang persenjataan taktis nuklir Rusia.

Berbeda denga nuklir strategis, senjata nuklir taktis memiliki daya hancur lebih kecil setara dengan 10-100 ton bahan peledak TNT.

Baca Juga: Diberi Kode Bom-H, Korea Utara Pernah Sesumbar Menyebutnya Bom Terkuat yang Pernah Diciptakannya, Memang Seperti Apa Kehebatannya?

Senjata nuklir taktis digunakan di medan perang tanpa batas, untuk menetralkan kemampuan tempur musuh.

Senjata nuklir taktis tidak dikendalikan oleh perjanjian internasional mana pun.

Penulis Mark Episkopos mengatakan di majalah National Interest, bahwa Rusia saat ini adalah negara dengan persenjataan taktis nuklir terbesar di dunia.

Bahkan hal ini tidak akan berubah dalam waktu dekat.

Menurut penulis Episkopos, Rusia memiliki antara 3.000-6.000 hulu ledak nuklir taktis dibandingkan dengan sekitar 1.000 hulu ledak nuklir AS.

Jumlah hulu ledak Rusia telah menurun secara signifikan dari 13.000-22.000 selama Perang Dingin.

Rusia adalah negara yang berbatasan dengan Eropa, jadi Anda harus selalu waspada agar NATO menyerang dengan cepat.

Baca Juga: Hubungannya dengan Joe Biden Masih Tak Jelas, Mendadak Kim Jong-Un Kumpulkan Warganya di Lapangan Besar, Mau Pamer Senjata Nuklir Lagi?

Saat itulah senjata Rusia dapat membantu Rusia menyeimbangkan kekuatan militer dengan NATO karena pengeluaran militer Rusia terbatas, menurut penulis Episkopos.

Menurut statistik yang diandalkan Barat, penulis Episkopos mengatakan bahwa angkatan laut Rusia adalah kekuatan yang dilengkapi dengan senjata nuklir paling taktis.

Senjata-senjata ini terutama mencakup rudal jelajah Kalibr kapal selam atau permukaan.

Untuk angkatan udara, pembom Tu-22M3 Rusia dilengkapi dengan rudal jelajah hipersonik hulu ledak nuklir Kh-47M2.

Ini adalah senjata paling sulit untuk dicegat saat ini, selain itu, pembom siluman Su-57 Rusia juga mampu membawa rudal dengan hulu ledak nuklir.

Di darat, kekuatan serangan nuklir taktis Rusia didasarkan pada kompleks rudal balistik jarak pendek Iskander-M.

Menurut penulis Episkopos, daftar singkat di atas menunjukkan bahwa senjata nuklir taktis sangat populer di kalangan angkatan bersenjata Rusia dan terus dimodernisasi.

Baca Juga: Saking Pesat dan Mengejutkannya Kemajuan Senjata Baru China dan Rusia, Amerika Sampai Menulis Ulang Prosedur dan Hukum Akuisisi Departemen Pertahanan 5000 yang Terkenal, Ada Apa?

Sebaliknya, persenjataan nuklir taktis AS cukup terbatas, saat ini hanya bom B61, kapasitasnya untuk menghancurkan 300 ton bahan peledak TNT.

Jenderal militer AS telah mengkritik persediaan Rusia sejumlah besar senjata nuklir taktis yang berpotensi memicu perang nuklir.

Di masa depan, negara-negara anggota NATO berencana untuk meningkatkan hulu ledak nuklir taktis dengan senjata berpemandu presisi, yang dapat dilengkapi pada pesawat siluman untuk mengatasi ancaman Rusia dengan lebih baik.

Artikel Terkait