Find Us On Social Media :

Tersimpan Rapat Selama Dua Dekade, Inilah Kisah saat Pesawat Indonesia dan Australia Nyaris Menjadi Puing-puing di Langit Timor Leste

By Tatik Ariyani, Rabu, 9 Desember 2020 | 06:00 WIB

Jet tempur A-4 Skyhawk.

Pemimpin penerbangan untuk serangan mendadak itu adalah Kapten Azhar "Gundala" Aditama dengan nomor seri TT-1207 Hawk Mk 209 satu kursi.

Henri, tanda panggilan “Tucano,” berada di Hawk Mk 109 TL-0501 dengan dua kursi bersama Anton “Tomcat” Mengko.

Kedua jet tersebut dilaporkan lepas landas sekitar pukul 09.00 untuk menerbangkan CAP di tenggara Flight Information Region (FIR), yang berbatasan dengan wilayah udara Australia di lepas Darwin, di Northern Territory negara itu.

Misi Hawk dikoordinasikan menggunakan Ground Control Interception (GCI), melalui unit radar di Kupang yang dipimpin oleh Mayor Lek Haposan.

Haposan-lah yang memberi tahu Azhar bahwa dua pesawat tak dikenal telah melintasi batas FIR Darwin pada ketinggian 8.000 kaki dan kecepatan 160 knot.

Menurut keterangan itu, operator radar kemudian meminta pemeriksaan penerbangan Hawk yang diduga helikopter, menuju Dili, ibu kota Timor Leste.

Henri meminta Azhar, pemimpin penerbangan, untuk menggunakan radarnya dan untuk memverifikasi kecepatan kontak.

Pemimpin penerbangan melaporkan kontak bergerak dengan kecepatan 150 knot, kemudian mencatat bahwa angka tersebut terus meningkat… 160, 170, 200 knot.

Pesawat tak dikenal itu sekarang berada pada jarak sekitar 80 mil dari Hawk.

Pada saat ini, tidak jelas apakah GCI masih memberikan informasi tentang kontak tersebut, atau apakah mereka dilacak menggunakan radar Azhar, yang akan berada pada batas jangkauannya.

“Mengetahui hal itu, saya langsung terbang tinggi dan mengambil posisi dogfight untuk melindungi Azhar karena saya tidak memiliki radar,” kenang Henri. "Saya ada di belakangnya."

Baca Juga: Playfest 2020, Sarana Tumbuhkan Industri Kreatif Tanah Air yang Jadi Ujung Tombak Pemulihan Ekonomi Nasional