Penulis
Intisari-online.com - Sebagai kekuatan militer kelas dunia, China tidak bisa dianggap remeh.
China menjadi salah satu negara yang memiliki personel militer terbanyak di dunia, dan tak ragu menyatakan akan menjadi yang terbaik di dunia.
Menurut 24h.com.vn, pada Selasa (1/12/20), China menyatakan untuk memoderniasasi sepenuhnya kekuatan militernya tahun 2021.
China juga menyatakan akan menjadi militer terkuat di dunia pada tahun 2050.
Dengan demikian, China mencoba mengalirkan uang untuk melakukan modernisasi senjata militer, dan rekonstruksi arsitektur militer.
Namun, ambisi besar China ini juga tak luput dari kelemahan di dalamnya, seperti yang diungkapkan oleh SCMP.
China ternyata masih memiliki lubang besar di dalamnya yang sedirkit diketahui dunia.
Lantas, apa kelemahan terbesar yang dimiliki oleh Militer China?
Sebelumnya mari kita ulas asal usul militer China, yang secara resmi didirikan pada tahun 1927.
Meskipun ada upaya perampingan, militer Tiongkok masih memiliki lebih dari 2 juta tentara aktif yang terbesar di dunia.
Menurut buku putih pertahanan 2019, China telah mengurangi lebih dari 300.000 tentara aktif.
Bersamaan dengan pengurangan jumlah pasukan, China membelanjakan lebih banyak uang untuk pengembangan senjata guna memenuhi ambisinya untuk memodernisasi sepenuhnya tentara sesuai dengan tujuan Xi Jinping sejak 2012.
Ambisi utama China tidak lebih dari memiliki kekuatan militer yang setara dengan militer AS. Namun, untuk mewujudkan ambisi ini, jalan yang harus ditempuh China masih sangat panjang, menurut SCMP.
Pada tahun 2020, China menghabiskan 193 miliar USD untuk pertahanan, meningkat 6,6% dari anggarannya dibandingkan tahun lalu.
Belanja militer China menempati urutan kedua di dunia, di belakang AS.
China telah berulang kali dikritik karena kurangnya transparansi dalam pengungkapan pengeluaran militernya.
Pada 2019, China mengumumkan menghabiskan 176 miliar dollar AS untuk pertahanan, tetapi Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm memperkirakan angka sebenarnya sebesar 261 miliar dollar AS.
Pada 2019, AS menghabiskan 732 miliar dollar AS untuk pertahanan.
Meskipun China tidak menyesali uang untuk berinvestasi di militer, namun menurut para ahli, China menghadapi pembatasan dari para komandan tinggi itu sendiri.
Ini juga merupakan kelemahan terbesar ketika China berupaya memodernisasi militernya.
"Ketika melihat anggota Komisi Militer Pusat Tiongkok (CMC), hanya sedikit yang memiliki pengalaman tempur praktis. Tapi, pengalaman orang-orang itu sudah ada puluhan tahun," kata seorang sumber yang enggan disebutkan namanya kepada SCMP.
Liang Guoliang, seorang ahli militer di Hong Kong, mengatakan bahwa kurangnya pengalaman tempur tentara Tiongkok dapat berdampak besar pada pelatihan militer dan modernisasi.
Banyak komandan senior militer China tidak terbiasa dengan perubahan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi militer.
"Banyak jenis senjata dan perlengkapan militer yang akrab bagi komandan tingkat tinggi telah disingkirkan dan diganti selama proses modernisasi," kata Guoliang.
Menurut pakar militer Antony Wong Dong dari Makau, doktrin pelatihan militer China yang baru sedang dipelajari dari AS dan Rusia.
Namun, tentara Rusia dan Amerika telah mengalami banyak perang nyata di Timur Tengah, tentara Tiongkok hanya berhenti pada pelatihan dan latihan.
Hal lain yang mempersulit militer China untuk menjadi "kelas dunia" adalah tidak adanya sistem aliansi militer yang ekstensif seperti AS dan Rusia, menurut para ahli.
Menurut buku putih pertahanan 2019, China lebih menyukai kemitraan daripada aliansi militer dan tidak bergabung dengan blok militer mana pun.
Di Asia, AS tidak hanya memiliki pangkalan militer yang kuat tetapi juga memiliki aliansi militer yang sering disebut dengan "Diamond Quartet", termasuk AS, Jepang, India, Australia.