Advertorial

Pantas Saja Meski Diobok-Obok China Malaysia Hanya Pasrah Saja, Ternyata Negeri Panda Pernah Selamatkan Malaysia dari Kebangkrutan, Gara-gara Uang Negara Dikorupsi Habis-Habisan

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Salah satunya adalah meminta bantuan pada China untuk mendapatkan uang untuk menutupi kerugian akibat korupsi tersebut.
Salah satunya adalah meminta bantuan pada China untuk mendapatkan uang untuk menutupi kerugian akibat korupsi tersebut.

Intisari-online.com - Malaysia pernah di ambang kebangkrutan gara-gara skandal mega korupsi 1MDB yang melibatkan mantan Perdana Menteri Najib Razak.

Keuangan negara yang digarong habis-habisan membuat negara itu jatuh dalam utang besar-besaran, sampai harus putar otak untuk membayarnya.

Salah satunya adalah meminta bantuan pada China untuk mendapatkan uang untuk menutupi kerugian akibat korupsi tersebut.

Menurut Reuters, Malaysia pernah menjual salah satu aset berharganya kepada China.

Baca Juga: Sudah Masuk Bulan Desember, Presiden Jokowi Tambah Libur Nasional,Seperti Ini Jadwal Libur Panjang dan Tahun Baru 2021, Catat Ya!

Aset energi itu dijual ke China General Nuclear Power Corporation (CGN) dan anak perusahaannya senilai 9,83 miliar ringgit (Rp34 triliun), sebagai langkah untuk memotong utang.

1MDB, adalah skandal yang melibatkan mantan Perdana Menteri Najib Razak, yang perlu melepaskan aset untuk mengurangi tumpukan utangnya.

Utang Malaysia saat itu diperkirakan, 11 miliar dollar AS (Rp38 triliun), Najib Razak yang memimpin dewan penasihan 1MDB dinilai melakukan korupsi tersebut.

Akibatnya Malaysia harus melakukan langkah salah satunya menjual aset energinya ke China.

Baca Juga: Sanggup Luluh Lantakkan Pangkalan Angkatan Laut Dalam Sekejab Mata, Inilah ProyekKapal Selam Nuklir Tercanggih Rusia, Siap Beroperasi Akhir Tahun Ini

"Kami sangat terkesan dengan kerangka kerja produsen listrik independen yang sangat diatur, stabil, dan transparan di Malaysia," He Yu, ketua CGN milik negara, mengatakan di pernyataan yang dikeluarkan bersama oleh 1MDB dan unit daya, Edra Global Energy Bhd, dan CGN.

"Telah memberi kami kepercayaan diri untuk melakukan investasi jangka panjang ke negara tersebut," tambahnya.

CGN mengatakan akan menanggung semua hutang perusahaan Edra dan kesepakatan diharapkan selesai pada Februari 2016.

Malaysia saat itu sedang berjuang di tengah depresiasi ringgit MYR ,yang muncul sebagai mata uang berkinerja terburuk di Asia.

Turun hampir 19 persen terhadap dolar dan ketidakpastian politik yang disebabkan oleh 1MDB.

Penjualan Edra Global telah menarik investor asing dari setidaknya setengah lusin peminat.

Baca Juga: Pantas Saja Penyebarannya Semakin Menjadi-jadi Bahkan Tak Terbendung, Ternyata Ada Ratusan Mutasi Virus Corona Bermunculan di Seluruh Dunia, Ahli Tak Bisa Berbuat Apa-apa

Mereka ingin membeli ke produsen listrik independen terbesar di Bangladesh dan Mesir dan terbesar kedua di Malaysia, kata sumber tersebut.

Edra juga memegang aset di Uni Emirat Arab dan Pakistan melalui usaha patungan.

Perusahaan listrik negara, Tenaga Nasional Bhd TENA.K, 30 persen dimiliki oleh sovereign wealth fund Malaysia Khazanah Nasional Bhd (KHAZA.UL).

Sebelumnya perusaaah itu disorot oleh sumber sebagai favorit untuk membeli Edra.

"Grup CGN adalah pemenang yang jelas dalam tender internasional ini, berdasarkan tujuan yang telah diumumkan oleh 1MDB sebelumnya,"kata Arul Kanda, presiden 1MDB dalam pernyataannya.

"yaitu memaksimalkan nilai, syarat komersial yang dapat diterima, dan kepastian pelaksanaan transaksi," tambahnya.

Baca Juga: Optimis Kalahkan Amerika dari Sektor Teknologi, China Sukses Daratkan Pesawat Ruang Angkasa Robot di Bulan, Geser Rekor Uni Soviet 44 Tahun

Selain perusahan listrik, Asia Sentinel juga membocorkan bahwa Malaysia juga menjual hak ekonomi ekslusifnya atas Laut China Selatan pada China.

The Sarawak Report, membocorkan detail catatan untuk menutupi kerugian 1MDB secara diam-diam Najib Razak menjual zona ekonomi ekslusifnya pada China melalui perusahaan China Communication Contruction Company (CCCC).

Kesepakatan itu telah memberi keuntungan China selama bertahun-tahun, yang membatasi Malaysia untuk membuka proyek-proyek dengan China.

Hal itu tidak mengherankan, jika angkatan laut Malaysia tidak melakukan apapun untuk menghentikan penangkap ikan Tiongkok yang masuk di perairannya.

Artikel Terkait