Penulis
Intisari-online.com - Sebuah peristiwa aneh terjadi di Australia, di mana seorang pria asal Vietnam diselidiki oleh petugas setempat gara-gara sperma.
Pria asal Vietnam bernama Alan Phan, berusia 40 tahun menyebabkan kegemparan publik karena spermanya yang berceceran sampai Australia.
Pria itu menyumbangkan spermanya secara diam-diam kepada siapa saja yang ingin memiliki anak. Kemudian dia menyumbangkannya ke klinik infertilitas.
Atas tindakannya tersebut kini dirinya diselidiki oleh Layanan Reproduksi Victoria (VARTA).
Banyak klinik memberi tahu pihak berwenang bahwa Phan secara sukarela memberikan spermanya.
Menurut 24h.com.vn, Senin (30/11/20), ia mendonorkannya melalui saluran tidak resmi, yang artinya kemungkinan dia memiliki anak lebih banyak dari yang diperkirakan.
Di bawah hukum Victoria, seorang pria hanya boleh memiliki 10 keluarga, termasuk anak-anaknya sendiri.
Namun, Phan terus-terusan memberikan spermanya, karena dia mengatakan sulit menolak wanita yang menginginkan spermanya.
Bahkan dia pernah menyumbang kepada 3 wanita berbeda hanya dalam satu hari.
"Awalnyasaya hanya berencana untuk berdonasi 9 kali," kata Phan.
"Kemudian saya mendapat SMS dari seorang wanita yang mengatakan bahwa donasi berhasil dan menjadi yang ke-10 kalinya," imbuhnya.
"Saya berpikir: 'Pokoknya sudah terlampaui. Batasi sudah, saya akan membantu lebih banyak orang dan itu berlanjut," ungkap Phan berbagi kisahnya.
Diketahui bahwa ia memiliki keluarga sendiri dengan 2 orang anak.
Pria kelahiran Vietnam itu menggambarkan berdonasi hanya sebagai hobinya sendiri tapi sebagai pekerjaan tetap.
Ia harus pantang dari aktivitas seksual, olahraga setiap hari dan suplemen berbagai vitamin untuk memastikan sperma yang sehat.
Phan menegaskan bahwa dia adalah orang Vietnam pertama yang menyumbangkan sperma di Australia dan dia dicari oleh banyak orang berkat etnisitas dan tingkat keberhasilannya.
Diketahui, selain mendaftar untuk berdonasi di klinik, Phan juga melakukan donasi secara tidak resmi melalui grup online bernama Sperm Donation di Australia.
Louise Johnson, seorang pejabat VARTA, berkata bahwa mereka sedang menyelidiki dan harus memastikan bahwa tidak ada lagi anak yang lahir dari sperma Phan.
Oleh karena itu, seorang pasien yang berusia hampir 40 tahun tidak dapat menggunakan telur yang dibuahi oleh Phan dan menderita depresi berat.
Menurut Johnson, begitu klinik perawatan mengetahui bahwa donor telah menciptakan lebih dari 10 keluarga, mereka tidak dapat terus menggunakan sperma orang tersebut.
Ia mengatakan sedih dan naif ketika Phan terus mendonorkan spermanya ke banyak orang meski sudah melebihi batas dan menekankan pentingnya keikhlasan pendonor saat berdonasi di klinik.
Pembatasan 10 keluarga ditetapkan untuk mencegah bayi yang lahir dari layanan ini memiliki lebih dari satu saudara kandung yang tinggal di komunitas yang sama.
Menurut laporan itu, setidaknya dalam setahun Phan memiliki 23 anak di Australia, namun jumlahnya kemungkinan bisa lebih banyak.