Baru Saja Menangkan Pilpres AS, Joe Biden Langsung Dapat Telepon dari Presiden Iran, Masalah Nuklir Ini Jadi Hal Mendesak, 'Ini Bak Hidup dan Mati Kami'

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Kemenangan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih menuai pro dan kontra.

Ada yang mengucapkan selamat. Ada juga yang menuduh kecurangan.

Walau begitu, perubahan presiden AS ternyata berdampak pada banyak hal.

Salah satunya dari negara musuh dan negara sekutu.

Baca Juga: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Suaminya Kalah Dalam Pemilu, Mantan Staf Gedung Putih Sebut Rencana Melania Trump Selanjutnya, 'Dia Mungkin Akan Bercerai'

Contohnya apa yang dilakukan Presiden Iran ini.

Dilansir dariapnews.com pada Rabu (11/11/2020), Presiden IranHassan Rouhani dilaporkan menelpon Joe Biden setelah dirinya dinyatakan memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2020.

Dalam teleponnya, Presiden Hassan Rouhani tersebut meminta Presiden terpilih Joe Biden untuk "mengkompensasi kesalahan masa lalu".

Selain itu, meminta AS mengembalikan kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan kekuatan dunia.

Baca Juga: Sikap China Makin Meresahkan di Laut China Selatan, NATO dan Pentagon Luncurkan Teknologi Baru yang Bisa Pantau Seluruh Lautan,'China Dijamin Langsung Ngamuk'

Dia sangat berharapBiden dan Wakil Presiden terpilih Kamala Harris yang memenangkan pemilu 3 November mampu menerima permintaan darinya.

"Sekarang, sebuah kesempatan telah datang bagi pemerintahan AS berikutnya."

"Di mana ini untuk mengkompensasi kesalahan masa lalu dan kembali ke jalur untuk mematuhi perjanjian internasional melalui penghormatan terhadap norma-norma internasional," kata kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah mengutipnya.

Di bawah Presiden Donald Trump, ketegangan antara AS dan Iran telah meningkat.

Bahkan mencapai puncaknya awal tahun ini.

Salah satu langkah kebijakan luar negeri Trump adalah secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018, yang telah membuat Teheran membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.

Sejak itu, AS memberlakukan kembali sanksi hukuman terhadap Iran yang telah melumpuhkan ekonominya, yang semakin terpukul oleh wabah viruscorona.

Dalam upaya menekan Eropa untuk menemukan jalan keluar dari sanksi, Iran perlahan-lahan meninggalkan batasan kesepakatan nuklir.

"Rakyat Iran, meskipun perlawanan heroik mereka terhadap perang ekonomi yang dipaksakan, membuktikan bahwa kebijakan tekanan maksimum AS pasti gagal," kata Rouhani.

Dia menambahkan Iran "menganggap keterlibatan konstruktif dengan dunia sebagai strategi."

Pada hari Minggu lalu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammed Javad Zarif menuliskan dalam akun Twitternya, bahwa"dunia sedang menonton".

Baca Juga: Mengaku Setia pada ISIS, Kelompok Jihadis Culik Puluhan Warga, Penggal Kepala Lebih dari 50 Orang, Lalu Memotong Tubuh Jadi Beberapa Bagian

Menonton itu ntuk melihat apakah pemerintahan Biden yang baru akan menyimpang dari pendekatan Trump terhadap Iran dan mencari kerja sama internasional.

“Perbuatan paling penting,” tambah Zarif.

Sama seperti AS, Iran juga diguncang oleh pandemi virus corona.

Pada hari Minggu, kasus kematian mencapai rekor tertinggi.

Di mana ada 459 kasus kematian baru tercatat.

Dengan data itu, maka total kematian Iran yang tercatat akibat viruscorona menjadi 38.291 kasus.

Sementara ada 9.236 kasus virus baru yang dikonfirmasi lainnya telah dikonfirmasi selama 24 jam terakhir.

Menjadikan total kasus yang dikonfirmasi menjadi lebih dari 682.000 secara nasional sejak Februari.

Iran telah berjuang untuk menahan virus dan telah melihat lonjakan harian dan tertinggi selama sebulan terakhir.

Ibukotanya, Teheran, telah menjadi yang paling terpukul dan baru-baru ini memperpanjang beberapa tindakanlockdowndi seluruh kota.

Baca Juga: Merangsek Masuk ke Tengah Pertempuran Sengit antara Armenia dan Azerbaijan, Rusia Kirimkan 10 Pesawat dan 2.000 Pasukan Perdamaian, Putin: Armenia Kalah dan Azerbaijan Menang

Artikel Terkait