Sempat Bikin Pejabat Dunia Melongo Ketika Vladimir Putin Kutip Al-Quran, Lagi-lagi Orang Nomor Satu di Rusia itu 'Baca' Ayat Al Quran di Hadapan Rakyatnya Sendiri

Tatik Ariyani

Penulis

Intisari-Online.com -Rusia merayakan Hari Persatuan Nasional pada Rabu, 4 November

Rusia merayakan Hari Persatuan Nasional pada Rabu, 4 November, lapor TASS.

Hari tersebut didedikasikan untuk peristiwa 1612, ketika pahlawan nasional Kuzma Minin dan Dmitry Pozharsky mengumpulkan milisi rakyat dan mengusir Polandia dari Moskow.

Secara historis, hari itu dikaitkan dengan berakhirnya Masa Sulit di Rusia pada abad ke-17.

Baca Juga: 10 Militer Paling Lemah di Dunia, Laos Salah Satunya Meski Ngotot Miliki Angkatan Laut Padahal Tidak Punya Laut

Itu telah menjadi simbol dari persatuan rakyat dan kemampuan mereka untuk bersatu di masa-masa sulit.

Pada perayaan hari itu pula, Putin melakukan sesuatu yang membuat banyak orang terpana.

Pasalnya, Presiden Rusia Vladimir Putin membacakan ayat-ayat Alquran dalam upacara yang diadakan untuk memperingati Hari Persatuan Nasional Rusia awal pekan ini.

Menurut situs msdernet.xyz, Putin berpidato di acara yang dihadiri oleh perwakilan dari berbagai agama, melalui video-conference.

Baca Juga: Mau Turunkan Berat Badan Tapi Bingung Pilih Metode Diet? Coba Pilih dari 5 Metode Diet Puasa Berikut Ini

Melansir Iqna.ir, Sabtu (7/11/2020), Putinmembaca terjemahan Rusia ayat 23 Surat Asy-Syura (42), "Inilah kabar gembira yang Allah berikan kepada para penyembah-Nya, yang beriman dan melakukan perbuatan baik. Katakan: 'Untuk ini aku tidak meminta upah kepadamu kecuali cinta sanak saudara (Nabi). Kami akan menambahkan kebaikan kepada siapa pun yang mendapatkan perbuatan baik. Allah Maha Pengampun dan Pemberi Syukur", dan ayat 128 Surah al-Nahl (16), "Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berjaga (melawan kejahatan) dan orang-orang yang berbuat baik (kepada orang lain)".

Putin mengutip ayat-ayat itu ketika berbicara tentang persahabatan, perbuatan baik dan pahala Ilahi bagi orang-orang yang berbuat baik.

Dia juga mengutip ayat-ayat dari kitab suci agama lain, termasuk Kristen dan Yudaisme.

Dalam pidatonya, Putin juga mengkritik melukai perasaan umat beragama atas nama kebebasan berbicara.

Sebelumnya pada tahun 2019 lalu, Putin juga pernah mengutip salah satu ayat Al-Quran.

Saat itu,Putin kembali mendesak diakhirinya perang di Yaman.

Baca Juga: Tangguh dan Cantik, Inilah 5 Pasukan Tempur Tentara Wanita Israel yang Paling Ganas, Jadi Pilot Pesawat Tempur hingga Pasukan Antiteror

Putinkemudian mengutip salah satu ayat Al Quran dalam seruannya.

Berbicara di Ankara, Senin (16/9/2019), dengan didampingi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Iran Hassan Rouhani,

Putin menyerukan kepada pihak-pihak yang bertikai untuk mengakhiri perang di Yaman yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

"Dan ingatlah nikmat Allah yang diberikan kepadamu, ketika kamu saling bermusuhan dan Dia mempersatukan hatimu dan menjadikan kamu, atas rahmatnya, bersaudara," kata Putin mengutip sebagian dari Surat Ali-Imran, ayat 103.

Dilansir Russian Times, pernyataan Putin yang mengutip ayat Alquran, tak pelak mengundang keheranan dari penduduk Ankara yang mendengarkan pidato presiden Rusia itu.

Putin juga mengambil referensi lain dari Al Quran, yakni tentang bagaimana tindakan kekerasan hanya diperbolehkan untuk membela diri.

Baca Juga: 'Dekat atau Jadi 'Musuh' Trump, Kim Jong-Un, Xi Jingping, Vladimir Putin, dan 6 Pemimpin Negara Lainnya Belum Ucapkan Selamat ke Joe Biden

Referensi ayat dalam kitab suci Al Quran yang diambil Putin itu turut disetujui oleh Erdogan dan Rouhani, yang masing-masing merupakan Muslim Sunni dan Syiah.

Kedua pemimpin negara itu juga memperingatkan invasi yang dipimpin Arab Saudi ke Yaman telah mengakibatkan puluhan ribu kematian selama lima tahun terakhir dan telah menghancurkan negara di ujung selatan Semenanjung Arab tersebut.

Perang di Yaman berawal dari perang saudara antara pemberontak Houthi dengan pemerintah Yaman, yang didukung Arab Saudi.

Namun perang tersebut meningkat menjadi peperangan yang lebih luas dengan serangan udara dari koalisi pimpinan Arab Saudi dan invasi darat besar-besaran yang dilakukan pada 2015.

Pasukan koalisi Saudi belum berhasil mengalahkan kelompok Houthi, yang didukung Iran, meski perang telah berlangsung bertahun-tahun.

Baca Juga: 'Jika Taiwan Berani Tembak Pesawat Tempur China, Perang Dimulai', Ini Perbandingan Kekuatan Militer China dan Taiwan, Taipe Mengejar Ketertinggalan di Udara

Artikel Terkait