Serasa Mendapat Tamparan Keras, Australia Ketar-Ketir Ketika Timor Leste Itu Mendadak Beli Kapal Angkatan Laut dari China, Tujuannya Sungguh Mengejutkan

Afif Khoirul M

Penulis

Tindakan ini membuat hubungan Australia dan Timor Leste makin renggang bahkan berakhir pada titik terburuk sejak saat itu.

Intisari-online.com - Dua kapal patroli angkatan laut setinggi 43 meter buatan China didatangkan oleh Timor Leste.

Kapal itu memiliki meriam 30 milimeter, awalnya diawaki oleh pelaut China, tetapi diluncurkan untuk Timor Leste tahun 2010.

Menurut pengamat ini menjadi tamparan keras bagi Australia Lapor The Sydney Morning Herald.

Kapal Shanghai seberat 175 ton yang dirancang tahun 1960-an, telah tiba di Timor Leste, pada saat hubungan keduanya sedang tegang.

Baca Juga: Pasukan Aktif China Saja Capai 2.183.000 Karena Populasnya Besar, Putin: Gabungan militer Rusia-China akan lebih kuat daripada AS

Pada saat itu dibawah pimpinan Xanana Gusmao, Timor Leste membeli kapal dari sebuah perusahaan China tahun 2008.

Mereka membeli tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan Australia, yang telah diserahkan sejak tahun 2006.

Tindakan ini membuat hubungan Australia dan Timor Leste makin renggang bahkan berakhir pada titik terburuk sejak saat itu.

Tak hanya itu, Australia merasa ketar-ketir ketika kapal tersebut didatangkan oleh Timor Leste dari China dengan tujuan yang mengejutkan.

Baca Juga: Tahanan Dipaksa Berdiri dan Jongkok 1.000 Kali, Mantan Tahanan dan Pejabat Korea Utara Akui Pyongyang Perlakukan Narapidana Lebih Rendah dari Hewan

Menurut Ian Storey, ahli hubungan Timor Leste dan China, Pemerintah Dili membeli kapal dari China ingin menunjukkan pada Australia.

Bahwa mereka tak memiliki pilihan lain sehubungan dengan mitra pertahanan selain Tiongkok.

Dr Storey, seorang rekan di Institute of Southeast Asian Studies di Singapura, mengatakan bahwa saat dia memahaminya, perahu akan digunakan untuk tugas perlindungan perikanan.

Sebuah pernyataan dari Kementerian Pertahanan dan Keamanan Timor Leste mengatakan kapal-kapal tersebut, yang pada awalnya akan diawaki oleh awak China saat menjalani pelatihan.

Akan dapat menempuh jarak 1000 kilometer dan tetap berada di laut tanpa dukungan darat selama seminggu.

Menteri Pertahanan saat itu, Julio Tomas Pinto, mengatakan kapal-kapal itu merupakan tanggapan yang 'mendesak' untuk memerangi kegiatan ilegal di zona ekonomi eksklusif Timor Leste.

Angkatan laut Timor Leste terdiri dari kapal-kapal tua kelas Albatross buatan Portugis dan lebih kecil.

Baca Juga: Usai Berlibur di Korea Utara, WNI Ini Ungkap Kondisi Negara yang Dipimpin Diktator Kim Jong Un yang Dikenal Kejam Tak Berperasaan Itu

Pembelian kapal senilai 28 juta juta dollar dari Poly Technologies, anak perusahaan dari China Poly Group, sebuah perusahaan pertahanan yang memiliki hubungan dekat dengan militer China, memicu kontroversi di Timor Leste.

Pemerintah melakukan pembelian tanpa melalui proses tender terbuka.

Itu terjadi ketika China menghabiskan jutaan dolar untuk membangun pijakan ekonomi, diplomatik, dan strategis di negara setengah pulau itu.

Dr Storey menulis dalam Laporan Singkat China Jamestown Foundation tahun lalu bahwa salah satu kepentingan utama China di Timor Leste adalah mendapatkan akses ke cadangan minyak dan gas negara itu.

Hubungan Australia dengan Timor Leste berada pada titik terendah sejak negara itu memperoleh kemerdekaannya pada tahun 2002, kata pengamat di Timor Leste.

Dalam pidato berapi-api tahun 2010, Gusmao telah menyerang rencana Woodside Petroleum untuk membangun platform gas alam cair terapung di atas ladang multi-miliar Greater Sunrise di Laut Timor.

Media Timor telah mengutip dia yang mengatakan bahwa orang Timor harus bersatu untuk menghentikan Australia mencuri kekayaan mereka seperti yang terjadi pada tahun 1989 ketika Australia menandatangani perjanjian dengan Indonesia untuk mengumpulkan sumber daya di Timor.

Baca Juga: Sri Mulyani 'Sentil' Era Soeharto Terkait Aset Negara yang Hilang: 30 Tahun Pak Harto Memimpin Tidak Ada Pembukuan, Tanah-tanah Dijual

Gusmao mengancam akan memblokir proyek Greater Sunrise kecuali konsorsium menyalurkan gas ke sebuah pabrik di Timor Leste.

Woodside memperkirakan Australia dan Timor Leste akan berbagi keuntungan 32 miliar dollar AS dari pengembangan terapung ladang minyak.

Tempo Semanal, sebuah surat kabar terbitan Dili, mengatakan hubungan antara Canberra dan Dili telah tenggelam hingga hampir tidak bisa lagi saling berbicara.

Surat kabar itu mengatakan perselisihan tentang Greater Sunrise adalah salah satu alasannya, yang juga menunjuk pada program bantuan Australia yang gagal.

''Australia perlu mengetahui bahwa hubungan yang buruk tidak hanya tentang Woodside. Ada sejarah di sini. Sebagian besar sejarahnya buruk, '' kata surat kabar yang dikelola oleh jurnalis paling terkenal di Timor Leste itu.

Artikel Terkait