Find Us On Social Media :

Saat Soeharto Memaksa Soekarno Kosongkan Istana, Bung Karno Tinggalkan Seluruh 'Harta Karunnya' yang Menggunung Ini, Hanya Bawa 1 Benda Kramat Ini 

By Mentari DP, Minggu, 11 Oktober 2020 | 16:30 WIB

Ir. Soekarno.

Intisari-Online.com - Sebagai presiden pertama Indonesia, fakta-fakta mengenai Ir. Soekarno selalu menarik untuk dibicarakan.

Walah menjelang akhir kekuasaannya namanya menurun, tapi tidak ada yang bisa menolak pesona Bung Karno.

Termasuk entang berakhirnya masa jabatan Presiden Soekarno.

Ada banyak kisah yang cukup unik terjadi dan diulas sejumlah penulis Indonesia.

Baca Juga: 9 Hari Terjangkit Virus Corona, Kini Donald Trump Kembali Muncul di Depan Publik Tanpa Mengenakan Masker, Desak Ratusan Pendukungnya untuk Coblos Dirinya dan Klaim Siap Kampanye Lagi 

Menjelang akhir kekuasannya, Soekarno pernah dipaksa keluar Istana oleh Soeharto.

Di mana pada masaitu, era kekuasaan Soeharto pun perlahan mencuat ke permukaan.

 

 

Kisah itu dituliskan oleh Adji Nugroho dalam bukunya yang berjudul "Selangkah Lebih Dekat dengan Soekarno", yang diterbitkan tahun 2017.

Saat meninggalkan Istana Kepresidenan, Soekarno meninggalkan sejumlah barang berharga miliknya.

Di antaranya berbagai kemeja favorit, arloji Rolex, dan berbagai barang berharga lainnya.

Baca Juga: Banyak Dihuni Negara Maju, Nyatanya Eropa Kewalahan dan Dianggap Tak Bisa Hadapi Gelombang 2 Pandemi Covid-19, 'Mereka Kekurangan Ruang dan Tempat Tidur di Rumah Sakit'

Meski demikian, ada satu barang berharga yang justru dibawa oleh Soekarno.

"Ketika meninggalkan Istana Kepresidenan, Bung Karno hanya membawa benda yang merupakan salah satu simbol dari 1001 kisah pengorbanannya untuk menyelamatkan bangsa Indonesia," tulis Ajdi Nugroho.

Benda yang dibawa, dan digenggam erat oleh Soekarno itu adalah bendera pusaka, Sang Saka Merah Putih.

"Bendera itu hanya dibungkus dengan kertas koran," tandas Adji Nugroho.

Sementara itu dalam kisah lainnya, Soekarno pernah diajak melarian diri oleh para loyalisnya.

Itu seperti yang ditulis dalam buku "80 Tahun Sidarto Danusubroto Jalan Terjal Perubahan Dari Ajudan Soekarno Sampai Wantimpres Joko Widodo," terbitan Kompas tahun 2016 lalu.

Dalam buku itu disebutkan, Detasemen Kawal Pribadi (DKP) yang mengawal Soekarno digantikan oleh Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan Darat (Satgas Pomad), pada 16 Agustus 1967.

Pergantian itu membuat Soekarno sempat down. Hingga Soekarno merasa kehilangan segalanya.

Sebab, DKP merupakan ring satu yang selalu menjaganya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

"Karena Komandan DKP Ajun Komisaris Besar Polisi Mangil Martowidjojo sudah ditahan."

"Sudiyo dan beberapa perwira DKP bersama beberapa perwira Korps Komando Angkatan Laut/ sekarangn Marinir (KKO), sekitar 15 orang mengadakan rapat-rapat untuk merancang rencana melarikan Bung Karno dari tahanan," tulis Sidarto.

Baca Juga: Tubuhnya Dipenuhi Sampah dan Kotoran Manusia, Kondisi Ibu dan Anak Ini Begitu Memprihatinkan Ketika Ditemukan Warga, 'Tak Keluar Kamar Sejak Sang Ayah Meninggal'

Rapat itu mereka adakan di rumah seorang loyalis Soekarno, AKBP Oetoro, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

"Mereka meminta saya hadir dalam pertemuan tersebut," ungkap Sidarto.

Menurut Sidarto, mereka mengundang dirinya karena menganggap dia adalah ajudan yang dekat dengan Soekarno.

Mereka pun menyampaikan pesan untuk Soekarno.

"Bilang pada Bapak, daripada Bapak meninggal dalam keadaan tersiksa seperti ini, lebih baik sama-sama kita," lanjut Sidarto.

Sidarto pun menyampaikan hal itu kepada Soekarno dan Sidarto pun merasa terkejut.

Sebab, dia sama sekali tidak menyangka Soekarno bersedia dilarikan diri dari tahanan.

Bahkan, Soekarno juga menyampaikan sebuah pesan.

"To, kalau terjadi apa-apa dengan saya, beritahu Mega," kenang Sidarto menirukan ucapan Soekarno.

Menurut Sidarto, Megawati Soekarnoputri, putrinya, pun pada akhirnya mengetahui rencana ini.

Sayang, rencana tersebut akhirnya terbongkar.

Baca Juga: Ada 6,9 Juta Kasus Positif di India, Justru Lansia di Atas 65 Tahun Lebih Aman Ketimbang Anak Muda, Bahkan Anak-anak Dapat Sebarkan Virus

Penyebabnya satu hal.

"Rencana melarikan Bung Karno terbongkar karena saya rasa yang mendengar konspirasi ini cukup banyak sehingga mudah tercium aparat intelijen," kata Sidarto.

Akibatnya, Sidarto pun diinterogasi selama empat tahun oleh Tim Screening Kepolisian Pusat (Tenning Polsat), dan Tim Pemeriksa Pusat (Teperpu).

Sidarto dianggap sebagai penghubung Soekarno.

"Setiap ditanya tentang rencana ini, saya selalu membantah pernah lapor kepada Bung Karno."

"Saya ikut rapat dua kali dengan mereka karena solidaritas saja," tandas Sidarto.

(Aminudin)

(Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul "Dipaksa Soeharto Kosongkan Istana, Soekarno Tinggalkan 'Harta Karun', Salah Satunya Arloji Branded")

Baca Juga: Ketika Larangan Masuk Amerika Serikat untuk Prabowo Subianto Dicabut Setelah 20 Tahun, Amnesty Internasional Sebut Ini Bencana untuk HAM, Apa Maksudnya?