Find Us On Social Media :

Ada 6,9 Juta Kasus Positif di India, Justru Lansia di Atas 65 Tahun Lebih Aman Ketimbang Anak Muda, Bahkan Anak-anak Dapat Sebarkan Virus

By Mentari DP, Minggu, 11 Oktober 2020 | 08:00 WIB

Di sebuah krematorium di New Delhi, India.

Intisari-Online.com - Saat ini, India menempati urutan ke-2 sebagai negara dengan kasus virus corona (Covid-19) terbanyak di dunia.

Di mana ada 6,9 juta kasus positif, 107.450 kasus kematian, dan 5,9 orang telah dinyatakan sembuh.

Jika dilihat secara grafik, mungkin data di India begitu mengkhawatirkan.

Namun sebuah penelitian menemukan adanya beberapa fakta menarik terkait penyebaran Covid-19 di India.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Selain Bantu Azerbaijan Bombardir Armenia, Mendadak Presiden Turki Juga Perintahkan Pasukan Militernya Serbu Qatar, Apa Alasannya?

Dengan sekitar 1,3 miliar populasi dan kepadatan penduduk yang sangat tinggi, India dianggap sebagai lokasi yang ideal bagi virus penyakit untuk menyebar.

Saat ini India sudah mencatat lebih dari 6 juta kasus Covid-19.

Mengutip New York Times, sebuah penelitian ambisius terhadap hampir 85.000 kasus dan sekitar 600.000 orang di sekitarnya, menunjukkan sejumlah fakta menarik.

Tidak hanya di India, tapi juga beberapa negara lain dengan pendapatan menengah ke bawah.

Baca Juga: Walau Jalani Pelatihan Brutal dan Tak Manusiawi, Nyatanya Pasukan Khusus Filipina Ini Tetap Kewalahan Hadapi Militan ISIS, Langsung Minta Bantuan Kopassus TNI AD

Fasilitas kesehatan baik, tapi tingkat kematian tinggi

Hasil penelitian diterbitkan melalui jurnal Science pada hari 30 September 2020 lalu, menyatakan bahwa rata-rata lama waktu perawatan pasien Covid-19 di India sebelum meninggal hanya lima hari.

Berbanding cukup jauh dengan AS yang mencapai dua minggu.

Hal ini menimbulkan dugaan kurangnya akses menuju fasilitas medis yang berkualitas maupun jumlah fasilitas yang sangat terbatas.

Penelitian di atas difokuskan pada dua negara bagian di India selatan, Andhra Pradesh dan Tamil Nadu, yang bersama-sama memiliki populasi sekitar 128 juta.

Dua wilayah tersebut juga memiliki sistem perawatan kesehatan yang paling canggih di India.

Akses ke perawatan kesehatan juga dapat berperan.

Meskipun India memiliki beberapa rumah sakit yang sangat baik, kebanyakan rumah sakit di negara itu tidak memiliki perlengkapan yang baik, hanya memiliki sedikit tempat tidur dan lebih sedikit dokter.

"Akan ada hambatan finansial besar yang membuat orang menunggu sampai mereka sakit parah," ungkap Dr. Ashish Jha, dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Brown.

Orang di atas usia 65 tahun cenderung lebih aman

Fakta lain menunjukkan bahwa tingkat kematian untuk pasien di atas usia 65 tahun cukup rendah.

Baca Juga: Susah Payah Merdeka dari Indonesia, Nyatanya Timor Leste Pernah Porak-poranda Hanya Karena Satu Orang, Berani Tembak Presidennya sampai 150 Militer Australia Kewalahan Menangkapnya

Peneliti menilai hal ini muncul karena orang India yang melewati usia tersebut cenderung relatif kaya dan memiliki akses ke perawatan kesehatan yang baik.

Dr. Krutika Kuppalli, seorang ahli penyakit menular di Medical University of South Carolina, turut mengamini bahwa India adalah tempat di mana wabah penyakit bisa menyebar dengan mudah ke berbagai level usia.

"India adalah tempat di mana Anda akan memperkirakan penyakit seperti ini menyebar, setidaknya pada populasi yang lebih tua," ungkap Kuppalli, dikutip New York Times.

Di antara mereka yang terinfeksi, para peneliti menemukan tingkat fatalitas kasus secara keseluruhan sebesar 2%.

Angka ini meningkat tajam seiring bertambahnya usia, seperti yang terjadi di tempat lain.

Namun berbeda dengan negara lain, setelah usia 65 tahun, angka kematian menurun lagi.

Orang India yang bertahan sampai usia tua mungkin lebih mungkin untuk bertahan hidup dari penyakit karena kesehatan yang lebih baik dan akses ke perawatan kesehatan.

Anak-anak juga mampu menyebarkan virus

Beralih ke orang-orang di sekitar pasien, peneliti menemukan bahwa anak-anak dari segala usia dapat terinfeksi virus corona dan menyebarkannya ke orang lain.

Baca Juga: Menham Prabowo Subianto Diundang Menhan AS: Saking Akrabnya Militer Indonesia dan Militer AS, Mereka Tak Hanya Latihan Militer, Tapi Juga Lakukan Hal Ini

Fakta ini menunjukkan bahwa anak-anak juga memiliki potensi penularan, berbanding terbalik dengan banyak anggapan lain yang beredar sebelumnya.

Joseph Lewnard, ahli epidemiologi di Universitas California, Berkeley, yang memimpin penelitian, mengungkapkan bahwa mayoritas kasus Covid-19 secara global telah terjadi di negara-negara miskin sumber daya.

"Menurut saya ini adalah beberapa data terpenting yang kami kumpulkan dalam sebuah epidemi untuk memutuskan jenis interaksi apa yang aman, dan jenis apa yang tidak," ungkapnya seperti dikutip New York Times.

Para peneliti juga membagi aspek penelitian berdasarkan usia dan gender, dan menemukan bahwa orang yang terinfeksi cenderung menyebarkan virus kepada mereka yang berusia sama.

Sebagai contoh, lebih dari 5.300 anak usia sekolah dalam penelitian tersebut telah menginfeksi 2.508 orang di sekitarnya tetapi lebih mungkin untuk menyebarkan virus ke anak-anak lain pada usia yang sama.

"Klaim bahwa anak-anak tidak berperan dalam proses infeksi tentunya tidak benar."

"Memang, tidak ada banyak sekali anak dalam data pelacakan kontak, tetapi mereka yang ada di dalamnya pasti mentransmisikan," ungkap Dr. Lewnard.

(Prihastomo Wahyu Widodo)

(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Peneliti temukan sejumlah fakta menarik terkait penyebaran Covid-19 di India")

Baca Juga: Miliki Utang Sebesar Rp157 Triliun, Maskapai Penerbangan Asal Thailand Ini Bangkrut dan Banting Setir Jadi Jualan Gorengan, Segini Omzetnya Selama Sebulan