Find Us On Social Media :

Dikenal Sering Bikin Eksperimen Gila, China Berencana Hidupkan Kembali Orang Mati dengan Teknologi Ini, Sudah Ada 10 Mayat yang Bakal Jadi Tikus Percobaan

By Afif Khoirul M, Selasa, 29 September 2020 | 10:03 WIB

Tempat penyimpanan mayat di Laboratorium Yifeng.

Intisari-online.com - Beberapa tahun lalu sempat heboh di China di mana negeri panda itu melakukan eksperimen rekayasa genetik bayi.

Akibatnya tindakan itu dicekal seluruh dunia, karena melanggar kode etik kemanusiaan.

Tak lama kemudian, China juga pernah membuat percobaan dengan merekayasa genetik simpanze dengan genetik manusial.

Hal ini dinilai cukup aneh, namun penelitian ini tidak begitu heboh dan hanya diketahui sedikit orang.

 Baca Juga: 'Jika Semua Pakai Masker, Pandemi Berakhir dalam 8 Minggu,' Kata Direktur CDC, Simak Juga 8 'Senjata' Lawan Covid-19 Berikut Ini

Kali ini, lagi-lagi China terungkap memiliki rencana melakukan eksperimen yang tak kalah gila, yaitu menghidupkan orang mati.

Melansir South China Morning Post, pada Selasa (29/9/20), sebuah lembaga penelitian di China diketahui telah menyiapkan 10 mayat manusia.

Mayat itu dibekukan dalam wadah khusus untuk menunggu dihidupkan kembali menggunakan teknologi canggih milik China.

Penelitian itu dilakukan di Institut Penelitian Sains Kehidupan Shandong Yinfeng, satu-satunya pusat di China yang membekukan tubuh untuk menunggu dihidupkan kembali.

 Baca Juga: Luas Negaranya Hanya Seujung Kuku, Vanuatu Sok-Sokan Sentil Indonesia Soal Papua, Tak Disangka Negara Itu Disebut Wilayah Paling 'Rawan' di Dunia untuk Ditinggali

Menurut laporan di seluruh dunia, hanya ada empat laboratorium yang memiliki fasilitas seperti itu.

Pusat-pusat itu menyediakan layanan yang membekukan tubuh pada suhu yang sangat rendah.

Dengan harapan untuk menghidupkan kembali orang mati dianggap oleh banyak orang kaya sebagai "kunci" untuk membantu mereka menemukan kehidupan kekal. 

Namun, Yinfeng tidak hanya membekukan orang tetapi juga melangkah lebih jauh dalam penelitian transplantasi organ dan organ.

Cryonics termasuk teknik yang menjaga tubuh manusia pada suhu yang sangat rendah dengan tujuan "menipu" kematian. 

Mayat disimpan dalam tangki stainless steel yang berisi nitrogen cair super dingin.

Metode cryonics dimulai di China pada tahun 2015.

Baca Juga: 3 Hari Sudah Perang Berkobar, Mari Tilik Perbandingan Militer Azerbaijan Vs Armenia, Siapa Terkuat?

Du Hong, seorang penulis di Chongqing, menjadi orang pertama di China yang membekukan tubuhnya setelah dia meninggal karena kanker pankreas.

Tubuh Du dibekukan di Alcor Life Extension Foundation penyedia layanan cryonics Amerika yang berbasis di Phoenix, Arizona. Di tahun yang sama, Yinfeng didirikan.

Mereka yang memilih Yinfeng semuanya memiliki keinginan unik bahwa, suatu hari, tingkat sains manusia akan maju ke titik menghidupkan kembali mereka.

Saat ini, Yinfeng membekukan jenazah 10 pelanggan yang menggunakan layanan tersebut. Ini adalah angka yang relatif sederhana jika dibandingkan dengan 181 mayat di Alcor Life Extension Foundation.

Li Qingping, direktur institute Yifeng mengatakan, semakin hari banyak orang kaya China yang tertarik untuk membekukan tubuh mereka.

"Lebih dari 100 orang mengunjungi pusat kami tahun lalu, 60 di antaranya berjanji akan menggunakan layanan tersebut, dan mereka sudah memberikan deposit," kata Li.

Baca Juga: Waspadalah Penggemar Boba! Viral Kisah Gadis 20 Tahun Lumpuh Akibat Minum Boba, Berikut Penjelasan Dokter

Aaron Drake, direktur pusat respons klinis di Yinfeng sejak 2016, mengatakan bahwa orang Tiongkok lebih suka membekukan tubuh mereka untuk menunggu kesempatan untuk hidup kembali daripada orang Barat.

"Orang Barat tidak tahu apakah agama mereka mengizinkan mereka untuk membekukan tubuh mereka. Namun, di China, orang-orang tidak terlalu terikat dengan masalah ini," kata Drake.

"Orang-orang saat ini meninggal karena kanker, Parkinson, dan penyakit otak lainnya. Namun, dalam 100 tahun, penyakit tersebut dapat dengan mudah disembuhkan," katanya.

"Pada awal 1900-an, banyak orang meninggal karena serangan jantung, stroke, dan flu," imbuhnya.

"Saat ini, pengobatan modern memperbaiki masalah ini dengan baik. Jika kami dapat memberi pasien lebih banyak waktu tanpa melakukan tindakan yang membahayakan, mereka akan memiliki kesempatan untuk hidup lebih lama," komentar Drake.