Penulis
Intisari-Online.com - Sudah sejak lama tentara Amerika Serikat (AS) menginvasi Irak.
Jika ada berita ribuan tentara AS dikirim Irak, maka itu bukan hal baru.
Tapi bagaimana jika malah sebaliknya? Misalnya tentara AS ditarik dari Irak?
Ya, dilansir dari foxnews.com pada Rabu (9/9/2020),Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pentagon berencana untuk mengumumkan pengurangan jumlah pasukan AS di Irak.
Di mana sekarang ada sekitar 5.200 tentara, lalu hanya menjadi 3.500 tentara saja.
Hal itu disampaikan oleh seorang pejabat senior pertahanan.
Rencananya pengumuman itu akan diumumkan pada hari Rabu ini dan pemerintah Irak diklaim sudah tahu soal keputusan ini.
Untuk membawa ribuan tentara AS itu,pesawat Air Force One sudah disiapkan sejak Selasa malam.
Jenderal tertinggi AS untuk Timur Tengah mengatakan pada bulan Juli 2020 bahwa dia yakin AS akan mengurangi jumlah pasukanya di Irak.
Walau begitu, mereka masihmempertahankan Irak.
Jenderal Marinir Frank McKenzie, komandan Komando Pusat AS, mengatakan dia yakin Irak menyambut pasukan AS dan koalisi.
Terutama dalam pertempuran yang sedang berlangsung untuk mencegah pejuang ISIS menguasai negara itu lagi.
Pada dua minggu, Presiden Trump memang sudah mengatakan kepada wartawan soal ini secara tersirat.
Di mana dia mengatakan,"Kami menantikan hari ketika kami tidak harus berada di sana."
Apa yang Presiden Trump sampaikan mungkin berkaitan dengan pertemuannya denganPerdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi.
Ini juga bisa menjadi upaya Trump untukmenepati janjinyadengan mengakhiri partisipasi AS dalam "perang tanpa akhir".
Tak hanya di Irak.
Dilaporkan AS juga berencana untukmengurangi pasukan di Afghanistan menjadi antara 4.000 hingga 5.000 dari level saat ini.
Tapi hal serupa tidak terjadi di Suriah, di mana AS tetap menempatkan600 tentaranya di sana.
Seperti yang Anda tahu, tentara AS mulai menginvasi Irak pada 2003 atau 16 tahun yang lalu.
Itu adalah perintah dari mantan Presiden AS, George W. Bush.
Saat itu, Bush mengatakan bahwa rezim Saddam Hussein menyembunyikan senjata nuklir yang berbahaya. Namun hingga kini hal tersebut terbukti salah.
Yang ada, invasi ini meninggalkan kehancuran dan kekacauan di Irak hingga hari ini.
RezimSaddam Hussein jatuh namun Irak takbisa bangkit lagi.